Berubah

268 17 24
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

Sadar nggak kalau dua episode terakhir jauh lebih panjang?

Sengaja aku buat lebih panjang untuk mengobati hasrat kepo readersku tercinta, biar nggak ngegantung nggak jelas, karena aku tahu nggak enaknya digantungin 😭😭

So...pengertianya dong, jangan cuma mampir doank pergi nggak permisi macem jailangkung.

Tinggalkan jejak kalian melalui Vote dan Komen

Happy Reading

🍁🍁🍁🍁

Suasana hening semenjak beberapa saat lalu sepasang muda-mudi itu tiba di apartemen.

Arin lebih banyak diam, hanya terlihat sesekali tersenyum dan tertawa palsu menanggapi celotehan Eza.

Sepulang dari sekolah Eza memang sengaja mengajak kekasihnya itu untuk singgah sejenak diapartemenya. Mencari ruang privasi untuk sekedar melepas kangen setelah satu minggu lebih mereka terpisahkan oleh jarak.

Kerinduan yang membuncah menjadikan selama kebersamaan mereka itu Eza bak perangko yang selalu menempel dan tak pernah beranjak dari sisi Arin walaupun sekejap.

Disofa panjang ruang apartemen saat ini mereka berada, setelah mengganti seragam sekolahnya terlebih dulu, kini Eza merebahkan kepalanya dipangkuan Arin, menyelonjorkan kaki panjangnya yang sebagian menjuntai dipinggiran sofa yang tak muat akibat kakinya yang terlalu panjang.

Jemari tangan Eza yang aktif tak henti-hentinya mengelus pipi mulus Arin, membelai surai rambut gadisnya itu yang  biarkan tergerai, diciuminya aroma wangi samphoo dari helaian rambut panjang Arin yang  menjuntai menyentuh wajah tampannya.

Bibir Eza tak henti mengutarakan perasaan rindunya karena harus berpisah dengan sang pujaan hatinya itu. Dan Arin hanya membalas dengan lengkungan senyum dari bibir merah ranumnya.

Arin sudah cukup paham, begitulah tabiat Eza memang, layaknya anak kecil ia ingin selalu bermanja meski perpisahan mereka hanya sekejapan mata saja.

"Maafin aku ya yang.., aku nggak ada disamping kamu saat kamu benar-benar butuh aku. Aku nggak bisa membayangkan gimana paniknya kamu saat harus menjalani semua itu seorang diri" Ungkap Eza disela-sela moment kemesraan mereka

"Nggak apa-apa, semuanya udah lewat..kondisi Kak Rio juga sudah mulai membaik kok sekarang, lagian saat itu aku nggak sendirian sayaang. Ada Amel, Sisi dan Alfond yang selalu nemenin aku"

"Kenapa sih kamu nggak ngabarin aku waktu Kak Rio kecelakaan, kalau saat itu aku tahu...entah bagaimana caranya aku pasti pulang buat nemenin kamu" dengan nada sedikit kesal, terlihat dari kerutan didahi dan bibirnya yang sedikit mengerucut, Eza mengungkapkan kekecewaanya. Seperti merasa Arin yang jadi tak terbuka padanya.

"Tuh kan..." Arin menoel ujung hidung mancung Eza dengan telunjuknya "udah bisa aku tebak, kamu pasti bakalan panik dan pulang. Itu makanya aku nggak mau ngabarin kamu yaang..., Aku nggak mau kamu terganggu"

Tiba-tiba Eza bangkit dari posisinya, dan duduk persis menghadap Arin. Memandang gadis itu lekat-lekat, diraihnya tangan Arin dalam genggamanya.

"Kamu anggap aku apa? selain keluargamu akulah orang yang seharusnya ada saat kamu ditimpa kesulitan. Seperti ini" Eza menunjukan genggaman erat tanganya yang bertaut pada jemari tangan Arin

"Seharusnya saat itu aku menggenggam erat tangan kamu seperti ini, dan mengusap air mata yang menetes dipipimu. Tapi gimana bisa justru saat itu aku malah tertawa menikmati indahnya dunia saat kamu merasakan dunia seakan hancur. Aku jadi merasa seolah aku ini pacar nggak berguna"

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang