Rio

226 22 5
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

🍁🍁🍁🍁

Arin baru memasuki halaman rumah saat mendapati sebuah mobil terparkir didepan rumah kontrakanya. Siang ini ia terpaksa pulang ke rumah terlebih dulu sebelum brangkat ke tempat kerja karena beberapa barang keperluanya yang tertinggal dirumah.

Terdengar suara obrolan dari dalam saat langkah kaki Arin menjejak dihalaman rumah. Arin mengerutkan dahi penasaran, akan sosok yang tengah berada diruang tamu rumahnya saat ini.

"Nak..., sudah pulang sayang?" sapa Bunda saat melihat Arin yang sudah berdiri diambang pintu ruang tamu.

Sebuah senyuman Arin layangkan untuk membalas pertanyaan Bunda, seraya menoleh pada sosok pria lebih dari paruh baya yang tengah duduk berseberangan dengan Bunda diruang tamu.

"Mbak Arin sudah pulang" sapa Mbak Asih yang saat itu juga berada diruang tamu mendapingi Bunda.

"Iya Mbak, Arin lupa bawa seragam kerja yang kemarin Arin cuci"

Kembali Arin melempar pandang pada pria yang kini memberikan senyuman ramah sambil menganggukan kepalanya pada Arin.

"Naak..." Bunda mengayunkan lenganya, seolah memberi isyarat agar Arin ikut bergabung duduk disebelahnya.

"Bapak ini siapa? dan ada keperluan apa?" tanya Arin dengan tak melunturkan tatapan penasaran dalam sorot matanya

"Sa-"

"Bapak ini adalah Pak Rusli, pemilik rumah kontrakan yang kita tinggali ini sayang" bunda menyela ketika bapak itu hendak memulai kata-katanya

"Pak Rusli memberitahukan kalau kita sudah menunggak uang sewa selama 3 bulan ini Arin, dan sudah berulang kali katanya Pak Rusli menghubungi Rio untuk menanyakan kesanggupan melunasi tunggakan itu, tapi karena beliau tidak kunjung bisa menghubungi Rio jadi Pak Rusli datang langsung kemari" Bunda berujar dengan wajah yang terlihat bingung.

"Bunda juga sudah menjelaskan tetang kejadian yang menimpa Rio pada Pak Rusli tadi" sesaat Bunda menjeda kata-katanya dengan wajah yang dipenuhi tanya

"Jujur Bunda nggak ngerti bagaimana duduk permasalahanya, karena sejak awal kalian sama sekali nggak menjelaskan apapun mengenai rumah ini pada Bunda"

"E..ee..bukanya Kak Rio sudah membayar uang sewa rumah ini sampai 2 tahun ya pak, jadi masih tersisa 1 tahun lagikan?" Arin sama sekali tak menjawab kebingunagan Bunda, dan malah mengajukan pertanyaan pada pria dihadapanya itu.

Kerutan dikening Arin terlihat makin dalam saat mendengar penuturan Bunda barusan. Karena setahun lalu ia ingat betul saat kakaknya mengatakan bahwa uang penjualan mobilnya ia gunakan untuk membayar sewa rumah sampai 2 tahun kedepan.

"Maaf mbak, tapi selama ini mas Rio hanya menyewa rumah ini perbulan saja, dan sudah selama 3 bulan ini mas Rio menunggak pembayaran sewanya"

Arin terperanjat mendengar penuturan dari Pak Rusli. Bibirnya terkatup rapat tak bisa mengelak saat pria yang usianya terlihat sebaya dengan Ayahnya itu memberikan beberapa lembar bukti pembayaran sewa rumah padanya.

Arin hanya bisa menghela nafas lemah, mendapati kebenaran yang ada dihadapanya saat ini.

Pak Rusli sudah pergi beberapa saat lalu, mendengar musibah yang menimpa Rio dengan begitu bijaksana pria itu memberi kelonggaran waktu untuk Arin bisa melunasi biaya sewa yang menunggak selama beberapa bulan berikut biaya perpanjangan sewa dibulan berikutnya.

Sampai beberapa saat Arin hanya berdiam diri didalam kamar, setelah sebelumnya gadis itu memberi penghiburan pada Bundanya agar tak terlalu merisaukan masalah itu. Ia berjanji untuk segera menemukan solusi untuk masalah yang tengah mereka hadapi kali ini.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang