Marah

240 13 1
                                    

Jangan lupa vote and Komenya

========================================

Suasana acara Amal hari begitu meriah, sesuai harapan semua berjalan lanca. Selain penggalangan dana acara juga diisi dengan beberapa penampilan seni dari berbagai macam eskul di sekolah.

Banyak donatur yang datang dan memberikan sumbangan, sehingga membuat kerja keras panitia seolah terbayar lunas.

Dana yang terkumpul dalam setiap acara charity biasanya akan di gunakan untuk membiayai Siswa-siswi yang tidak mampu sampai mereka menyelesaikan pendidikanya,  dan sisanya akan di kelola oleh pihak yayasan untuk di sumbangkan ke panti asuhan dalam bentuk program pendidikan.

Yang mengejutkan dalam acara itu adalah sebuah sumbangan dana fantastis darinseorang donatur yang tidak mencantumkan namanya, menurut kabar sumbangan itu berasal dari seorang pengusaha kaya.

Tampak dari kejauhan Ayah melemparkan senyum penuh kebanggan dan mengacungkan jempolnya pada Arin yang tengah berada  diatas panggung untuk menyampaikan sambutan selaku ketua panitia acara, Arinpun membalas dengan senyumnya yang begitu lebar.

Binaran mata indah Arin serta senyuman hangatnya mampu menghipnotis seluruh audiens yang hadir untuk tak berkedip atau bahkan berpaling dari setiap gerak dan ucapan gadis cantik itu.

Ayah dan bundapun di undang untuk hadir di acara itu, karena mereka merupakan donatur tetap di sekolah Arin.

"Ayah bangga...putri Ayah Benar-benar keren" Arin mengingat ucapkan Ayah tadi yang diiringi dengan sebuah pelukan dan kecupan manis dipuncak rambutnya. Setelah acara selesai ayah dan menyempatkan waktu untuk menemui Arin dibelakang panggung.

"Hhuufftt...." Arin menghela napasnya panjang sambil  menyandarkan bahunya pada sebuah kursi di belakang panggung.

Mata gadis itu terpejam, rasa lega tergambar jelas dari raut wajahnya. lelah memang, tapi rasanya puas melihat hasil kerja timnya selama beberapa hari ini membuahkan hasil yang luar biasa.

"Gue boleh ngobrol sebentar Riin...? suara yang tak asing itu mengagetkan Arin yang tengah terlena dalam rehatnya.

"Ngobrolin apa, kalau nggak penting mending nggak usah, hari ini gue capek banget" Jawab Arin ketus dengan ekspresi yang terlihat datar

Dimas yang berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding sedikit mengernyitkan dahinya, mendengar nada bicara Arin yang tidak biasa

"Ada apa Rin...? kenapa sehari ini lo seolah ngindarin gue..? trus nada bicara lo juga beda dari biasanya?

"menurut lo...?

"Kok loe jawab pertanyaan dengan pertanyaan? justru gue bingung kenapa lo berubah tiba tiba?

"Huuhh..." Arin melempar senyum kecut, merasa sebal dengan sikap Dimas yang seolah tak berdosa setelah mengerjainya begitu rupa

Arin memangkas jarak dengan Dimas, melangkah mendekati cowok itu tanpa ragu. Sebuah map berwarna merah yang sebelumnya ia keluarkan dari dalam tas di hempaskanya ke dada cowok itu, hingga Kertas-kertas didalamnya berhamburan keluar.

"Seharusnya gue yang nanya, maksud loe apa" Dengan hentakan nada yang tegas menunjukan kemarahanya Arin melangkah pergi meninggalkan Dimas yang berdiri mematung.

"Hanya karena itu..., loe sampai semarah ini sama gue?"

Arin menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Dimas dengan tatapan tajam

"HANYA mas..., hanya loe bilang..." Amarah Arin semakin tersulut saat sikap Dimas yang seolah menganggap remeh masalah itu.

"5 jam Dimas...5 jam loe bilang HANYA..., gue ngerjain tugas yang seharusnya bertenggat 1 bulan hanya dalam waktu 5 jam loe bilang HANYA. Gue kerjain tugas itu karena loe bilang tugasnya harus selesai hari itu juga, dan nyatanya apa? kenapa loe nggak bilang kalau Pak Cipto sebenernya nggak minta cepat laporan itu? gila loe ya mas"

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang