Hasrat yang Membuncah

935 18 0
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya

Ternyata kak Arin beneran cantik ya.., seperti kata kak Eza..., lebih cantik aslinya malah dari pada yang di foto..."

Wajah Arin seketika bersemu merah saat mendengar pujian dari seorang gadis cantik yang kini berdiri dihadapanya.

Gadis dengan senyuman yang ramah itu sungguh cantik dimata Arin, tubuhnya yang tinggi dengan dua kaki jenjang menyangga tubuh indah bak model, sungguh tampilan yang sempurna.

Tunggu, manik mata coklat mereka sungguh serupa. Sama persis dengan milik seseorang yang kini duduk disebelahnya.

Sungguh Tuhan berbaik hati dengan menjadikan rupa mereka yang begitu elok, atau mungkin ini merupakan warisan keluarga, bagaimana tampilan kakak beradik ini begitu sempurna dan indah memanjakan mata.

"Riiin.., ini adikku Karenina" Karen terlebih dulu  mengulurkan tanganya dengan Arin yang membalasnyapun dengan begitu hangat

Arin sudah lebih dulu mempersilahkan Karen untuk duduk, saat pandangan matanya beralih pada ketiga sosok mahluk yang terlihat sudah berdiri dua langkah dari meja tempatnya kini berada.

Ketiga orang itu melempar tatapan tak ramah dengan kedua tangan menyilang di depan dada

"Ada yang bisa njelasin ke kita...?" Amel menatap satu persatu wajah yang ada di hadapanya dengan tatapan yang haus akan penjelasan

"Nggak perlu di paksa juga kan...?"
Alfon semakin menegaskan rasa penasaranya

Tatapan sinis Amel juga picingan mata Alfon dan Sisi mewarnai sepanjang obrolan mereka.

Semua macam alasan berusaha Arin kemukakan berharap dapat membendung kekesalan yang nampak jelas dari ekspresi ketiga sahabatnya itu.

Salahnya memang kenapa harus merahasiakan hubungannya dengan Eza. Sebuah kabar yang seharusnya membahagiakan bagi semua namun ia sembunyikan hanya karena sebuah alasan yang tak tepat.

"Please deh...mel, fon, Si, bukan niat gue mau ngerahasiain ini semua, tapi gue butuh waktu buat bisa ngongong ke kalian"

"5 bulan bukanya waktu yang pendek ya Riiin..., gile loe...bisa nyimpen rahasia sampe segitu lamanya dari kita..." Amel sungguh mengungkapkan kekecewaanya kali ini pada Arin

"Lagian emang pernah selama ini kita ngelarang loe buat pacaran, nggak kan.." Sisi menimpali dengan tak kalah emosi

Arin dan Eza hanya bisa menunduk pasrah menerima protes dan segala bentuk kekecewaan yang dilontarkan Amel, Sisi dan Alfon.

Wajah polos dan bodoh di tunjukan Karenina yang sama sekali tak memahami akan keadaan yang tengah terjadi, seperti tengah terjebak dalam situasi yang salah..

"Loe juga Za...lo sama aja ya.., macarin sahabat gue nggak ada permisinya sama sekali"

"Ini bukan salah Eza Mel, gue yang minta dia buat ngerahasiain ini semua, jadi jangan salahin Eza dalam hal ini" Kilah Arin yang terdengar hendak melindungi Eza dari tuduhan Amel barusan.

"Belain aja teruuus...., emang sudah cocok ya kalian" Amel menjeda sesaat "terus kapan nih acara makan-makannya"

Arin dan Eza tersrntak, kemudian mengangkat pandangannya bersamaan setelah mendengar ucapan Amel barusan.

"Ameeeellll"

Seketika Arin bangkit dari duduknya berhambur memeluk Amel dan Sisi yang sedang terbahak menertawakan kekonyolan Eza dan Arin yang sukses mereka kerjai.

Situasi tegang bak pengadilan yang tengah menghakimi sepasang sejoli yang jadian diam-diam itupun bubar seketika.

"Ha ha ha...suruh siapa ngeboongin kita" ledek Alfon dengan gaya sok imutnya

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang