Sunset

207 19 7
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

"Mas tidak pernah tau apa masalahmu, Mas juga tidak tahu apa yang tengah kamu rasakan, tapi yang Mas tahu kamu adalah gadis kuat, Mas yakin kamu akan bisa melalui ini semua"

*
*

Siang itu setelah puas mencurahkan kegundahan hatinya, menangis guna menumpahkan seluruh kegetiran hidup yang tengah ia rasakan akibat penghianatan yang dilakukan Ayahnya.

Namun bagi Arin yang lebih menyedihkan dari semua itu adalah ia harus manahan beban itu seorang diri tanpa sanggup untuk menceritakan semua yang ia ketahui itu pada keluarganya.

Entah kenapa ia begitu sulit untuk bisa menceritakan semua itu, bibirnya selalu saja kelu saat ingin memulai kata. padahal sudah berulangkan kali Arin ingin menceritakan semua itu pada Rio ataupun Fikri namun ia tak tahu harus memulainya dari mana, Sama sekali tak ada keberanian untuk mampu bersikap lebih terbuka, seolah batin Arin tak sanggup untuk mengakui bahwa Ayahnya adalah seorang penghianat

Setelah lelah berjalan menyusuri bibir pantai yang seperti tak bertepi, menghitung berapa kali gulungan kecil ombak yang berlarian itu berhasil menyentuh kakinya, hingga alarm lapar diperutnyapun akhirnya berdering keras tanda cacing-cacing diperutnya sudah berdemo minta dinafkahi, membuat Arin dan Sendy akhirnya memutuskan untuk kembali.

Seorang pelayan yang tadi membawa buku menu sudah pergi untuk segera menyiapkan menu makanan yang tadi sudah mereka pesan, bersamaan dengan itu pula terdengar nada dering ponsel dari dalam sling bag yang tadi sempat Arin tinggalkan didalam mobiles

Hallo sayang, kamu dimana sih.., kenapa teleponku nggak diangkat

Intonasi penuh kehawatiran terdengar dari seberang telepon begitu Arin mengangkat panggilan itu.

"Iya sayang maaf" sejenak Arin melirik pada Sendy yang kini tengah duduk persis  dihadapanya, memberi isyarat permontaan izin untuk menjawan panggilan telepon sembari beranjak dari duduknya.

"Tadi ponselku ketinggalan di mobil, maaf ya sayang " Arin mulai menjelaskan setelah menemukan tempat dimana ia bisa lebih leluasa berbincang dengan Eza

Tapi kamu baik-baik ajakan yang?

"Iya sayang...aku baik-baik aja kok, oh iya dokter sudah mengizinkan aku pulang lho.. jadi kemungkinan lusa aku sudah bisa sekolah"

Serius, wah..aku seneng dengernya yang, kamu jaga diri baik-baik ya.., nggak boleh sakit-sakit lagi

"Iya sayang..maaf ya udah bikin kamu sama yang lain jadi khawatir"

Nggak kok sayang, oh ya kamu lagi dimana sekarang, aku udah kangen nih

Mendadak Arin jadi panik saat Eza menanyakan keberadaanya, rasanya tidak mungkin menjelaskan semuanya melalui telepon, Arin takut kalau Eza justru akan salah paham jika sampai ia tahu kalau saat ini Arin tengah bersama Sendy, terlebih sejak awal Eza begitu menaruh rasa cemburu pada pria dewasa itu.

"E..ee..begini sayang, nanti lagi ya ngobrolnya..aku janji nanti akan ngobrol lebih lama lagi sama kamu" dengan suara sedikit terbata-bata karena sementara harus menyembunyikan kebohongan pada Eza, akhirnya Arin meutuskan untuk mengahiri pembicaraanya.

Iya sayang, aku sampai lupa kalau kamu harus banyak istirahat, i miss love

"Miss u too sayang"

Mungkin karena ini kali pertama ia berbohong pada Eza, ada rasa bersalah yang diam-diam menyelinap dalam benaknya.

"Mas...setelah ini bisakan kalau kita langsung pulang"

Sendy yang sudah lebih dulu menikmati makanan yang tersaji di atas meja menyempatkan untuk melempar pandanganya pada gadis yang kini sudah kembali duduk manis dihadapanya.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang