Mempersiapkan hati 2

327 20 6
                                    

Maaf karena menghilang cukup lama, semoga kalian masih setia mengingatku😁😘

Sayub-sayub Arin mendengar suara perbincangan seseorang saat perlahan ia mulai menemukan kesadaranya.

Meski masih terasa berat, Arin terus mencoba untuk membuka kelopak matanya yang terkatup rapat.

Samar-samar sebuah bayangan tertangkap lensa optiknya, yang dengan jelas ia kenali sebagai Sendy. Seketika Arin tersentak, tangannya spontan meremas kain selimut yang menutupi hampir setengah tubuhnya. Tubuh lemahnya sedikit beringsut sebelum akhirnya terhenti oleh rasa nyeri yang ia rasakan dibagian intinya

Tubuh Arin bergetar mana kala melihat gurat senyum yang terbit diwajah pria dihadapanya itu. Seketika mengingatkan ia akan bayangan kejadian terakhir yang baru ia alaminya. Dimana Sendy dengan begitu beringas menyetubuhinya tanpa ampun. Memperlakukannya dengan begitu kasar layaknya jalang murahan.

"Jangan banyak bergerak dulu Ariana, kamu masih butuh banyak istirahat"

Seperti dapat membaca pergerakan tubuh Arin yang nampak hendak menjauh darinya, serta suara rintihan lirihnya bersama ringisan wajah gadis itu yang tengah menahan sakit. Dengan gerak cepat Sendy segera menahan agar Arin tak beranjak sedikitpun dari posisi semula

Sementara Arin yang mendapati perubahan pada sikap Sendy yang mendadak menjadi lebih perhatian dan perduli padanya, justru merasa tak nyaman dan sebal. Mengingat apa yang sudah pria itu lakukan kemarin padanya. hingga Arin spontan menghempas sentuhan tangan Sendy dengan tatapan penuh kekesalan yang ia layangkan bersamaan.

Namun demikian pria itu hanya menaggapi sikap Arin dengan reaksi yang cukup santai dan tenang

Kekesalan Arin saat ini tentunya cukup beralasan. Bagaiamana ia mengingat betul saat Sendy menulikan telinganya dari rintihan kesakitan yang teriakan sepanjang pergumulan mereka kemarin.

Bagaimana Sendy seperti hendak mengoyak kewanitaannya dengan prilaku bringas dan brutalnya itu. Hingga membayangkannya saja membuat tubuh Arin bergidik ngeri.

"Bagaimana, apa kamu sudah merasa lebih baik Ariana?"

Seolah lupa dengan prilaku bringasnya, kali ini Sendy berbicara dengan nada lembut dan penuh perhatian

"Aku mau pulang" Seolah mengabaikan pertanyaan Sendy, dengan suaranya yang nyaris tak terdengar, Arin memberanikan diri mengakhiri kebungkamannya.

Dahi Sendy nampak berkerut sesaat, sebelum sebuah senyuman kecil menyusul bersama tatapan matanya yang meneduh pada gadis polos dihadapanya itu.

"Setelah aku pastikan keadaanmu membaik, baru aku akan mengantarmu pulang. Sekarang makan dan minumlah obatmu"

"Tapi aku mau pulang sekarang, Bunda pasti sudah bingung mencariku"

Sendy terlihat menghela nafas "Apa kamu fikir bisa berjalan dengan baik sekarang, Ada luka dibagian vitalmu yang harus disembuhkan, jadi aku minta beristirahatlah sampai keadaanmu benar-benar membaik, setelah itu aku akan mengantarmu pulang"

"Tap—"

"Masalah Bundamu sudah aku urus, jadi jangan mendebatku lagi"

Sendy melempar tatapan tegas pada gadis yang sejak semalam membuatnya sungguh dicekam rasa khawatir. Sampai harus terjaga semalaman untuk memastikan bahwa kondisinya tak semakin buruk.

Sendy tak sama sekali membahas mengenai kehamilan Arin yang sudah ia ketahui dari dokter yang memeriksanya semalam. Mungkin gadis itu memiliki alasan tertentu hingga harus menyembunyikan hal itu darinya.

Sikap Sendy sama sekali tak menunjukkan bahwa ia sudah mengetahui semua hal mengenai kehamilan Arin. Entah pemikiran apa yang saat ini ada dalam benaknya, hanya ia dan Tuhanlah yang tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang