Sosok Lain

341 26 12
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

🍁🍁🍁🍁

Eza POV

Kurapikan buku pelajaranku diatas meja sambil mendengus kesal. Saat tiba-tiba Pak Alex masuk kelas bersamaan dengan bunyi bel pulang sekolah. Pembina eskul basket itu memberi pengumuman agar anak-anak tim Basket berkumpul di aula sepulang sekolah nanti.

Ilham menepuk pundakku berulang-ulang seperti dapat membaca raut kesal diwajahku.

Padahal siang ini sepulang sekolah rencananya aku akan meluangkan waktu untuk mengantar kekasih tercintaku ke Rumah Sakit dan berlanjut mengantarkanya ke toko buku tempatnya bekerja.

Mengingat akhir-akhir ini rasanya kami sangat jarang bisa menghabiskan waktu bersama. Ia begitu sibuk dengan segala rutinitasnya yang aku tahu pasti sangat melelahkan, begitu terlihat saat ia berada disekolah. Raut wajah lesu dan kelelahan sering kali aku dapati diwajah cantik kekasihku itu.

Tak ingin membuat Arin terlalu lama menungguku diujung koridor kelas, aku segera bergegas berlari menghampirinya yang ternyata sudah berdiri menungguku disana.

Sedih rasanya kali ini harus membuatnya kecewa karena kami tak jadi melanjutkan janji yang sempat kami buat tadi.

"Yang..., udah lama ya nunggunya?" sambil terengah karena terburu-buru berlari kusapa Arin yang tengah berdiri seorang diri diujung koridor yang mulai sepi.
Ia yang semula berdiri memunggungiku sambil menyandarkan tubuhnya ditiang koridor sontak membalikkan tubuhnya.

"Nggak" jawabnya singkat sambil menggeleng dan menyunggingkan senyum termanisnya

Kuraih jemari tanganya dengan menujukkan wajah kecewaku

"Kenapa? apa ada meeting dengan anak-anak basket" mungkin ekspresi wajahku terlalu mencolok hingga ia dapat dengan mudah membacanya

"Maaf ya yaaang..tadi pak Alex nyamperin ke kelas, anak-anak basket semua harus kumpul di aula sekarang. Sebenarnya aku males ikutan, tap--"

"Ya udah sayang, kalau emang lagi sibuk kan kita bisa jalan besok lagi, aku bisa naik angkot atau OJOL kok. Jadi nggak perlu khawatir"

Sungguh sifat pengertianya ini yang bikin aku bucin setengah mati, mungkin jika Arin adalah cewek lain sudah pasti aku di teriaki habis-habisan.

Jadilah acara nge-date kamipun batal, dengan Arin yang akhirnya harus naik OJOL untuk pergi ke Rumah Sakit.

Bukannya aku tak peka akan sikapnya yang perlahan semakin berubah, bahkan dalam hatiku selalu bertanya-tanya, rahasia apa yang sebenarnya tengah ia sembunyikan.

Wajah murungnya, sikap pendiamnya, ketertutupanya serta prilakunya yang akhir-akhir ini selalu mnghindariku semakin membuatku bertanya-tanya, ada apakah dengan Arinku.

Flashback On

Sore hari, 2 hari yang lalu dicafe tempatku bekerja.

Aku yang tengah sibuk merapikan meja pantry dikejutkan dengan tepukan dipundakku oleh Laurent, manager cafeku yang memberitahu bahwa ada beberapa orang yang mencariku didepan.

Posturku yang tinggi memudahkanku untuk bisa mendongak ke seberang dinding setengah tiang yang membatasi antara meja bar dan pantry dimana aku sedang berada saat ini.

Aku mendapati Alfond, Amel dan Sisi, sahabat dekat Arin yang kini juga menjadi sahabatku juga.

Dengan tergesa kuhampiri mereka dengan rasa penasaran, mengingat ini bukan kebiasaan mereka yang tiba-tiba mendatangiku ditempat kerja

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang