Sesal

221 19 4
                                    

Bunda...Maafin Arin..., Arin nggak ada saat Bunda butuh Arin. Tapi Arin janji..ini nggak akan terjadi lagi, apapun akan Arin lakukan untuk menebus semuanya, sekalipun dengan kebahagiaan ataupun nyawa Arin

🍁🍁🍁

Jangan lupa Vote dan Komenya

Arin terkejut saat mendengar penuturan Kakaknya Fikri. Rasa penasaranya yang membuncah tentang penyebab petaka malam itu.

Arin tak lagi bisa berkata-kata, mulutnya menganga dengan telapak tangan yang menggantung didepanya, ekspresi dari keterkejutan yang teramat sangat akan berita yang baru ia dengar.

Menurut penuturan Fikri dalam tiga hari ia dan keluarganya harus mengosongkan rumah yang mereka tempati saat ini. Rumah keluarga yang menyimapan banyak kenangan indah semenjak masa kecilnya dulu.

Rupanya diam-diam tanpa sepengetahuan mereka Ayah menjadikan rumah itu sebagai jaminan peminjaman uang  Bank.

Kondisi keuangan perusahaan yang memburuk membuat Ayah gelap mata dan membabibuta menjual aset-aset berharga yang dimiliki termasuk rumah tinggal mereka.

"Bukanya rumah itu atas nama Bunda kak, bagaimana Ayah bisa menjaminkanya tanpa seizin Bunda"

"Ayah memalsukan semua dokumen termasuk tanda tangan Bunda, dan diam-diam mengambil sertifikat rumah tanpa sepengetahuan Bunda juga"

"Lalu...lalu..gimana Kak.."

Fikri menghela nafasnya meski terlihat berat, diusapnya punggung Arin perlahan, berusaha meredakan kepanikan adiknya itu

"Beberapa hari lalu teman kakak menghubungi dan tanya informasi, ia kaget saat melihat nama perusahaan kita masuk dalam bursa lelang. Dengan cepat dia ngasih kabar ke Kakak dan menanyakan kebenaranya. Kakak kaget bukan main Rin, Kakak segera menghubungi semua orang yang bisa Kakak mintai informasi. Karena Kakak nggak bisa menghubungi Ayah ataupun Pak Rudy"

Fikri mengusak rambutnya kasar dengan ekspresi penuh frustasi "Beruntung Kakak bisa menghubungi Mas Diki, salah satu staf Mandala Karya yang Kakak kenal waktu magang dulu. Mas Diki bilang, kondisi keuangan perusahaan morat-marit setahun belakangan ini, hutang membengkak, proyek banyak yang mandek karena kurang modal. Kreditur nggak lagi percaya dan menyetop semua permodalan. Dan puncaknya perusahaan diyatakan bangkrut"

"Kenapa bisa kita sampai nggak tahu sama sekali Kak, kenapa kita nggak dengar apapun" Arin seolah tak terima dengan kenyataan yang terasa begitu mendadak seperti ini.

"Ayah sengaja menutup rapat semuanya dari kita, mungkin berusaha mengatasi semuanya sendiri. Dan nyatanya Ayah nggak mampu. Surat peringatan sebenarnya sudah dilayangkan berulang kali juga oleh pihak Bank,  namun semua dialamatkan ke Kantor Ayah, sehingga kita nggak tahu sama sekali mengenai kredit macet Ayah di Bank"

Hiikks...hikks...hiikkss...

Tangis Arinpun pecah seketika, menyadari  sesalnya yang saat ini seolah tidak berguna lagi. Andai beberapa bulan lalu ia menceritakan semuanya pada keluarganya tentang Ayah, mungkin semuanya tak akan jadi separah ini

"Ini salah Arin Kak, semua ini terjadi karena kebodohan Arin Kak...Arin terlalu bodoh karena percaya pada semua kata-kata Ayah.., kalau ada yang pantas disalahkan untuk semua ini Arin orangnya Kak, Arin...."

Begitu histerisnya Arin menangis sambil berteriak menyalahkan dirinya sendiri. Air matanya tumpah ruah membasahi wajah ayunya. Tak hanya itu, Arin terus memukul-mukul kepalanya seolah merutuki kebodohanya  yang menganggap bisa mengembalukan keutuhan keluarganya, namun nyatanya semua justru hancur lebur disaat bersamaan.

"Arin....Arin..nggak dek..ini bukan salah kamu, nggak ada yang menyalahkan kamu dek,nggak ada" Fikri berusaha menenangkan Arin yang kian histerisnya

"AYAH SELINGKUH, AYAH MENIKAH LAGI DENGAN SISKA KAK!!! MEREKA BAHKAN SUDAH PUNYA ANAK. PEREMPUAN JALANG ITU YANG MEHANCURKAN KELUARGA KITA KAK"

Fikri mematung, tak bergeming sedikitpun setelah mendengar pengakuan mengejutkan dari Arin

"Kamu bilang apa Rin?" terdengar sebuah suara menyahut dari koridor menuju ruang IGD

"Apa yang kamu bilang tadi, coba ulangi"

Rahang Rio tampak mengeras dengan sorot matanya yang menajam seolah hendak menusuk siapa saja disekelilingnya

"Jawab Arin!!!"

Arin tersentak kaget, tubuhnya bergetar mendapati Rio yang kini sudah berdiri dihadapanya

"Kamu sudah tahu dari awal kalau Ayah selingkuh? ayo ulangi sekali lagi..ULANGI RIN!!"

Pekik Rio semakin keras

"Iya Kak, Arin tahu sejak lama kalau Ayah selingkuh dengan sama Siska" isakan tangis gadis itu membuat suaranya tersendat "Ayah bilang sudah menikahi Siska dan mereka sudah mempunyai seorang anak kak"

Seketika tubuh Rio meluruh. Kakak laki-laki Arin itu kini sudah bersimpuh dilantai, tepat berada dihadapan Arin. Mengusap kasar wajahnya. Ekspresi wajahnya saat ini kian melengkapi kesan berantakan yang ada pada dirinya.

"Kenapa kamu baru bilang sekarang kalau perempuan itu Siska, Hah" Rio mengguncangkan lemah pundak Arin, seolah meminta penjelasan pada adik perempunya itu.

"Arin fikir semuanya masih bisa berubah Kak, Arin berharap Ayah akan menepati janjinya untuk berubah, Arin pengen keluarga kita balik lagi kayak dulu...Arin nggak nyangka kalau semuanya malah semakin parah"

Ketiga saudara itu kini hanya bisa menangis tergugu dengan segala penyesalan dan amarah yang ada. Menghadapi kenyataan buruk yang mendadak nyatanya membuat mereka kalang kabut tak tahu harus berbuat apa.

Begitu rapihnya Tuhan menulis skenario tentang kehancuran sebuah kehidupan, hingga detil serpihanya tak lagi menjejak, namun bukti kehancuranya jelas dan nyata.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang