Terungkap

385 16 1
                                    

Jangan lupa Vote and Komen

---------------------------------------------------------------------------

Isakan Arin makin menjadi, rasanya ingin ia luapkan semua rasa jengkel, amarah dan perasaan terhianati saat itu juga, tak disangka Indahnya kisah Cinta pertama yang pernah ia khayalkan dulu harus ternodai dengan sebuah perselingkuhan.

Eza yang dalam waktu sekejap mampu meyingkirkan semua keragua-raguanya malah berbalik menggoreskan luka yang begitu dalam.

"Maaf sayang...aku udah bikin kamu nangis, sungguh.. bukan ini yang aku mau" lirih suara Eza berbisik ke telinga Arin, justru semakin membuat lara di hatinya

Rasa malu tak lagi mereka perdulikan dari setiap pandangan mata orang yang lalu-lalang, mengingat mereka yang kini tengah berada dihalaman parkir rumah sakit.

Sampai akhirnya Eza yang merasakan Arin jauh lebih tenang dari sebelumnya memutuskan untuk mengajak gadis itu kesebuah coffee shop yang berjarak tidak jauh dari rumah sakit, meski tetap saja diwarnai dengan drama penolakan, namun dengan gigihnya Eza berusaha meyakinkan Arin, hingga gadis itupun luluh dan mengikuti permintaan Eza.

Eza memilih sebuah sofa di sudut ruangan yang agak sepi agar mereka bisa lebih leluasa berbincang, tanpa harus terganggu lalu-lalang pengunjung yang datang

"Aku nggak ada banyak waktu untuk sekedar meladeni basa-basi kamu" Eza menghela nafas mendengar nada ketus Arin yang sama sekali belum pernah ia dengar sebelumnya

Mata Arin masih terlihat berkilat penuh amarah, dengan rahang yang mengeras

Arin semakin kesal dibuatnya saat laki-laki dihadapanya itu memilih memesan kopi terlebih dulu ketimbang memulai pembicaraan

"Kalau kamu cuma mau ngopi, nikmatin aja sendiri" Arin sudah bangkit dari dudunya dan hendak melangkah pergi, tapi dengan cepat Eza meraih jemari gadisnya dan memintanya untuk kembali duduk

"Maaf..., aku sudah membuat kamu kecewa, sungguh ini cuma kesalah pahaman saja sayang"

"Bohoong..!! kamu jangan coba bohongin aku Zaa...kamu pikir aku percaya..kamu pikir aku bodoh" dengan sorot mata penuh kemarahan dan bibir yang bergetar menahan gejolak emosinya Arin memotong ucapan Eza begitu saja

"Kamu fikir baru kali ini, kamu tau... beberapa hari yang lalu aku juga melihat kamu sama cewek itu jalan mesra di Mall" tatapan Arin menyalak tajam "pantas saja... kamu tiba-tiba batalin janji sama aku...ternyata buat nemuin cewek selingkuhan kamu itu.., kenapa...? dia hamil ? Waahh...wah...kamu hebat ya Za...kamu bilang nggak mau melakukanya sama aku, kamu pengen jagain aku sampe kita menikah, nyatanya kamu hamilin cewek lain"

"ARIN STOP!!!..." Eza yang terlihat jengah dengan segala tuduhan yang di lontarkan Arinpun akhirnya bersuara

Pekikan keras suara Eza itupun membungkam Arin sesaat.

"Namanya Karenina, aku memanggilnya Karen, dia adikku, adik kandungku..." suara Eza melembut, memandang Arin dengan sorot mata teduhnya. Perlahan iapun meraih tangan Arin dalam genggamanya

"Karen selama ini tinggal di luar negeri, baru satu minggu yang lalu ia pulang, mendadak ia sakit dan harus menjalani operasi"

Arin tak bergeming, dengan seksama ia mendengarkan semua penuturan Eza tanpa ada satupun yang terlewat.

"Bukan salahmu kalau kesalah pahaman ini akhirnya terjadi, aku....yang salah karena tidak dari awal menceritakan semuanya, bukan tak ingin menceritakanya, tapi sejujurnya aku menunggu waktu yang tepat untuk bisa bicara jujur "

Mungkin benar kata Eza, butuh keberanian lebih untuk dapat menceritakan sebuah kisah hidup yang tak biasa, walaupun itu pada orang terdekat sekalipun.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang