Pertanda

226 18 3
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya

🍁🍁🍁🍁


Setelah kejadian malang yang menimpa Arin malam itu selama tiga hari iapun harus rehat sejenak dari berbagai rutinitas yang biasa ia lakukan. Fisiknya yang memang drop menjadikan ia harus istirahat sementara waktu hingga kondisinya kembali stabil. Kejadian malam itu sedikit banyak berpengarus pada kondisi mental ataupun psikisnya, setiap malam tidurnya harus terjaga karena banyangan mimpi buruk seputar kejadian itu terus menghantuinya.

Jangan tanyakan tentang Sendy, sampai satu minggu setelah kejadian pria itu tak pernah lagi terdengar kabar beritanya. Ia bagai lenyap ditelan bumi. Bahkan sekedar pesan singkat berupa ucapan maafpun tak Arin terima dari pria itu. Meski Arin sama sekali tak pernah  mengharapkanya, karena bagi gadis itu dengan tak munculnya Sendy justru membuatnya merasa tenang.

Sebenarnya jauh dilubuk hati kecil Arin terbersit rasa kecewa yang begitu dalam pada sosok Sendy. Pria yang sejak awal dikenalnya sebagai sosok yang baik, sopan, dermawan lagi berwibawa itu bisa berubah sedemikian rupa, tanpa sebab yang jelas. Meski Arin tahu semua terjadi disaat Sendy berada dibawah pengaruh minuman keras dan masalah yang tengah menderanya, tapi tetap saja, pelecehan yang Sendy lakukan telah melukai harga dirinya sebagai perempuan.

Meski telah kembali bersekolah dan disibukan dengan aktifitas kerja paruh waktunya, Arin sama sekali tak ada keinginan untuk datang ke apartemen dan menyelesaikan sisa pekerjaanya. Jangankan untuk datang ke sana membayangkan wajah Sendy saja Arin sudah ngeri.

Siang itu setelah mengumpulkan tugas Fisika dari Pak Hernowo dikantor, Arin dan Amel bergegas menuju kantin, dimana Alfon dan Sisi sudah lebih dulu berada disana.

Dri kejauhan terlihat jelas kerumunan cowok-cowok yang berada persis diujung koridor yang hendak Arin lalui. Entah bergosip atau semacamnya, namun dari sikap dan ekspresi  yang mereka tunjukan nampak ada obrolan yang penting tengah menjadi bahan perbincangan mereka saat ini.

"Baru kali ini nih pemilik sekolah memberi apresiasi semacam ini untuk prestasi siswa"

"Gue denger-denger sih setelah akuisisi sekolah kita sama pemilik yang baru banyak perubahan disistem sekolah termasuk program-programnya"

"Yang jelas pemilik sekolah yang sekarang lebih royal broo... nggak pelit buat ngasih penghargaan ke siapa saja yang punya andil membawa nama harum sekolah"

Meski tak begitu jelas tema apa yang tengah mereka bahas saat inj, namun Arin sempat mendengar tentang pemilik sekolah yang disebut-sebut tadi

"Lagi ngobrolin apaan sih"

Rupanya bukan hanya Arin saja yang didera rasa kepo dengan apa yang tengah cowok-cowok yang kebanyakan dari anak basket itu bicarakan, hingga Amelpun sengaja mengampiri mereka untuk sekedar iseng mencari tahu tentang topik pembahasan cowok-cowok itu.

"Waah...loe nggak bakalan ikut kebagian rejeki nomplok Mel" pekik Hugo, anak ips yang juga berada diantara kerumunan itu.

"Amel bisa ikutan kok" salah satu menimpali tak kalah antusias "kalau ada yang ngajak"

Ha ha ha

Suara tawa yang terkesan meledek dari kerumunan cowok itu spontan membuat Amel kesal karena nyatanya rasa penasaran dalam benaknya tak segera bisa terjawab.

"Loe ikutan sama gue aja ya Mel"

Celetukan itu langsung dibalas hujaman dari tatapan mata yang tajam milik Amel.

"Kalau Arin sih nggak perlu khawatiiir....Ezakan bintangnya"

"Heee..kampret, bukanya jawab pertanyaan gue, malah makin bikin gue penasaran"

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang