29. SO SWEET

12K 1.1K 18
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Happy reading.

***

29. SO SWEET

"Karina?" gumam Davandra tidak percaya.

Karina merangkul bahu Albarian lalu memeluknya dengan erat. Cowok itu mengambil kasar nafasnya karena emosi dengan lawan yang tengah dilihatnya dengan mata tajam.

Davandra menarik tangan Karina hingga gadis itu melepaskan rangkulannya dan beralih posisi berdiri di samping Davandra.

"Apa-apaan, sih, kakak!" kesal Karina memukul kasar bahu Davandra.

Albarian menaikkan sudut bibirnya ke arah Davandra dan Karina. Dia menghela nafas kasar.

"Kakak sama adek sama aja. Sama-sama nggak tahu diri!"

Bugh.

Bugh.

Davandra kembali melayangkan pukulannya ke pipi dan perut Albarian dengan kuat, hingga wajah cowok itu berpindah posisi ke samping dan mencengkeram erat perutnya.

Hoek hoek.

Albarian kembali memuntahkan darah segar dari mulutnya sebanyak dua kali, hingga berceceran di atas jalan raya. Karina yang melihat itu hanya mendelik sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena khawatir dengan keadaan Albarian.

Albarian mendongak ke arah Davandra yang dadanya tengah naik turun karena emosi.

"Bangsat!" umpat Albarian.

"Albarian!" pekik seorang gadis saat melihat cowok itu mengeluarkan darah segar dari mulutnya yang turun dari mobil bak lalu berlari menghampiri Albarian.

Zelia memeluk erat tubuh Albarian dalam dekapannya. Tanpa disuruh, bulir air bening jatuh dari mata gadis itu tanpa henti. Dia menangis tersedu-sedu dan sesekali melirik ke arah Davandra yang tengah memegang erat tangan Karina. Terlihat Karina yang memberontak untuk dilepaskan karrna gadis itu cemburu melihat Albarian dekat-dekat dengan Zelia.

"Kita ke rumah sakit, ya?" saran Zelia setelah melepaskan pelukannya lalu menatap dalam bola mata hitam milik Albarian.

Albarian menyeka lembut air mata Zelia.

"Ke KUA aja, sayang," ujar Albarian sambil tersenyum kecil.

Raut wajah Albarian yang tadi terlihat sedih dengan campuran emosi, kini berubah menjadi senyuman akibat gadis yang berada dihadapannya.

"Gue nggak lagi bercanda, Al," ucap Zelia serius.

Albarian mengelus-elus pelan rambut Zelia lalu menepuk-nepuknya dengan penuh kasih sayang.

Cup.

"Ngapain lo ke sini? Siapa yang memberitahu lo kalau gue di sini?" tanya Albarian menjauhkan tangannya dari kepala Zelia.

Flashback on.

Dari balik pintu cafe tempat Zelia bekerja yang dilapisi dengan kaca. Cafe Moonlight. Gadis itu melihat seorang cowok yang tengah menelpon seseorang. Ya, dua adalah Albarian. Tak sengaja, gadis itu mendengar pembicaraan Albarian dengan seseorang di telepon itu.

"Sekarang lo dan yang lainnya harus ikut dengan gue buat ketemu sama geng Foster!" titah Albarian kepada telepon seberang.

"Gue tunggu kalian di Jalan Khatib Sulaiman, kita akan menemui geng Foster di sana."

Tut.. tut.. tut...

Albarian mematikan ponselnya. Terlihat dari balik pintu Zelia mendengar pembicaraan cowok itu sedari tadi. Lalu gadis itu langsung pergi keluar bersama rekan satu kerjanya, Rafa.

Flashback off.

"Gue takut lo kenapa-kenapa, hiks." jawab Zelia khawatir sambil menangis tersedu-sedu.

"Udah, jangan nangis," ujar Albarian menyeka air mata Zelia.

"Gue nggak bakalan kenapa-kenapa, gue kan mas gentengnya putri cantik yang kuat dan tangguh," lanjut Albarian sambil tersenyum memenangkan Zelia.

"Udah jangan bercanda, gue nggak mau lo terluka."

"Lo sayang banget, ya, sama gue?"

"Nggak, gue nggak sayang sama lo. Tapi..."

Zelia memeluk Albarian lalu melanjutkan ucapannya.

".... gue sangat mencintai lo, Al."

"Gue juga mencintai lo, Ze."

Uwu.

Davandra dan Karina terlihat cemburu melihat kemesraan mereka berdua.

Kecuali Davandra dan Karina, seluruh orang yang ada di sana menonton drama romantis itu bak drama Korea sedari tadi. Dan ada juga yang meneteskan air mata sambil berpelukan, antara Gevin dan salah satu anggota geng Foster.

"So sweet," gumam Gevin sambil menghapus kasar ingusnya dengan tisu.

Prang!

Dari kejauhan, Fenny berjalan sambil melempar sebuah tongkat besi ke sembarang arah.

"Sudah, dramanya?" tanya Fenny sambil berkacak pinggang.

"Gue capek dengan drama alay kek gini. Tangan gue udah pegel-pegel, nih," lanjut Fenny sambil meregangkan otot-ototnya.

Albarian menoleh ke belakang, dia mendapati teman-teman sekolahnya berdiri di belakang. Lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah Zelia.

"Mereka?" tanya Albarian. yang diangguki oleh Zelia dengan senyuman.

Tbc ...

Nih, lanjutan part-nya.

Semoga suka, maaf kalau feel-nya kurang.

Bagaimana menurut kalian Albarian dan Zelia?

Albarian x Zelia

Maklum, sama-sama bobrok, kalau yang satu lagi serius pasti yang satunya bercanda dan sebaliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maklum, sama-sama bobrok, kalau yang satu lagi serius pasti yang satunya bercanda dan sebaliknya.

See you next part!

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang