[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]
Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.
Tebarkan komen sebanyak-banyaknya!
Happy reading.
***
68. WHO?
Ting!
Zelia menghela nafas kasar. Dia melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas kasurnya. Gadis itu tengah bersandar di headboard kasurnya. Dia mengambil ponselnya lalu menatap nanar layar ponselnya. Di luar, malam semakin mencekam.
Davandra:
| Jangan pikirin dia
| Lebih baik lo tidur
| Besok gue anterin lo ke sekolah
01.00Raut wajah Zelia terlihat sendu. Kenapa kenyataan begitu menyakitkan?
Gue udah tidur
01.10
ReadDavandra:
| Lucu, ya
| Apa jangan-jangan lo arwah yang suka gentayangan itu, ya?
01.11| Ngadi-ngadi lo
01.16
ReadDavandra:
| Lo, kan arwah yang selalu gentayangan di dalam hati gue.
| Udah, sana tidur
| Sweet dream:)
01.17| Hmm
01.20
ReadZelia meletakkan ponselnya di atas nakas, di samping kasurnya setelah selesai membalas chat dari Davandra. Gadis itu mematikan lampu tidurnya lalu berbaring sambil menyelimuti tubuhnya.
Gadis itu tidur menyamping sambil menghadap ke arah nakasnya. Perlahan-lahan dia memejamkan matanya, detik itu juga.
Drtd.....
Zelia membuka matanya Perlahan-lahan lalu menghela nafas kasar. "Siapa, sih malam-malam begini nelpon?" gumamnya parau.
Tangan Zelia terjulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Gadis itu tidak menatap jelas layar ponselnya. Dia langsung saja mengangkat telepon itu lalu mendekatkannya ke telinganya.
"Halo?" ucap Zelia parau, seperti orang yang mengantuk.
"Hai, baby. Sudah siap untuk mati dan menghilang dari dunia ini?" tanya telepon seberang dengan suara serak-serak basah. Terlihat misterius.
Zelia menatap nanar layar ponselnya. Matanya melotot tajam saat mendapati nama Albarian yang terpampang di layar ponselnya.
"Bagiamana baby, gue akan membuat lo menderita perlahan-lahan dan merasakan sakit hati, hingga lo mati dengan sendirinya," lanjut telepon seberang dengan suara super misteriusnya.
"L-lo siapa?" tanya Zelia bergetar dan ketakutan.
"Jangan pura-pura lupa. Lo orang yang datang ke rumah gue sambil membawa kue ulang tahun tadi, kan? Gue pacar lo. Jangan pura-pura lupa. Atau, lo sudah berhasil melupakan pacar lo dan mendapatkan hati cowok lain. Hmm, dasar jalang!" bentak suara misterius itu. Terdengar seperti suara cowok, tapi, rada-rada aneh.
"Bangsat!" umpat Zelia kesal. Raut wajah gadis itu benar-benar emosi.
"Setelah lo membuat hati gue sakit dan menganggap cinta gue hanya mainan. Sekarang, lo malah menghina gue sebagai jalang. Lo, jadi cowok punya otak, nggak, sih?" kesal Zelia.
Telepon seberang terkekeh miris. "Ck, dasar jalang, itu aja marah. Mimpi apa gue pernah pacaran sama lo. Gue harap lo mati secepatnya. Karena jalang seperti lo pantasnya langsung ke neraka!"
Zelia menghela nafas panjang, dia benar-benar kesal. Hingga membuatnya benar-benar membenci Albarian. Cowok yang sedari tadi ada dalam benaknya. "Lo bukan, Albarian, kan? Pasti lo manusia jadi-jadian?"
"Gue pacar lo. Orang yang lo sakiti, hingga lo lebih memilih cowok lain," ucap telepon seberang semakin misterius.
"Gue-" ucapan Zelia terpotong.
"Lihat ke luar jendela, arah jarum jam dua!" titah telepon seberang.
Tubuh Zelia benar-benar bergetar hebat. Semua orang di rumahnya sudah tertidur pulas. Dia benar-benar ketakutan. Dia beranjak dari atas kasurnya.
Zelia berjalan gontai ke arah jendela kamarnya. Perlahan-lahan, dia membuka kerai jendela kamarnya. Pandangannya mengarah ke arah jarum jam dua. Tangan kirinya masih setia memegang ponselnya di telinga.
Mata gadis itu mendelik sambil menelan susah salivanya saat mendapati seorang berjaket hitam, pakaiannya serba hitam dengan tudung kepala dan mengenakan masker berwarna hitam. Terlihat tangannya yang sedang memegang telepon genggam. Sedangkan, tangan kirinya memegang sebuah pisau tajam.
"Gue akan membunuh lo!"
Sontak ponsel Zelia jatuh dari genggamannya. Tubuhnya terdiam kaku. Gadis itu mengeluarkan peluh dingin. Pandangannya teralihkan dari orang misterius itu. Detik itu juga orang misterius itu menghilang. Zelia kembali melirik ke arah orang misterius itu, sudah tidak ada.
Hawa dingin semakin terasa, hingga menusuk tulangnya. Gadis itu menunduk -mengambil ponselnya yang terjatuh tadi. Lalu, dia langsung mendapatkan sebuah pesan dari nomor tidak di kenal. Bukam nomor Albarian.
+62 813 57** ****
|Kelihatannya besok bukan hari keberuntungan lo
01.35Gadis itu mendongak setelah mengambil dan membaca pesan yang masuk dalam ponselnya. Sontak, gadis itu terkejut saat dia melihat seseorang dengan wajah lesu dan aneh berdiri di depannya.
"Aaaa!" pekik Zelia, detik itu juga.
Bruk.
----oOo----
Ayo, kita main tebak-tebakan. Siapakah, orang misterius itu?
Janjinya hari ini nggak bakalan update. Ternyata update juga, hehehe. Maklum, labil.
Terima kasih udah vote dan coment.
See you next part!
Spam, next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]
Roman pour Adolescents"Kalau mau cium gue jangan ragu-ragu gitu!" sambar Zelia membuat Albarian mematung diam. "Ciuman gue mahal!" Sungut Albarian. __________________ Baca aja!! Aku tantang kalian membaca part 13 dan 14, kalau nggak suka baru tinggalin kalau suka, baca d...