32. MANTAN ADALAH TITISAN SETAN

12.1K 1K 8
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Happy reading.

***

32. MANTAN ADALAH TITISAN SETAN

Zelia berdiri di depan rumahnya menunggu Albarian datang. Gadis itu sudah menunggu cowok itu dari sepuluh menit yang lalu.

Dari pintu rumah Zelia terlihat Felisia tengah keluar sambil membawa sebuah keranjang yang didalamnya berisi rengginang.

"Ze, belum berangkat?" tanta Felisia.

Zelia menoleh ke belakang.

"Belum, Bun," sahut Zelia.

Felisia mengenakan sendalnya lalu berjalan ke arah pagar luar, yang dibalik pagar terlihat Zelia tengah berdiri sambil menunggu seseorang.

"Bunda mau kemana?" tanya Zelia saat Felisia berjalan di sampingnya.

"Bunda mau nitipin rengginang ke warung Mpok Leha yang ada di persimpangan jalan," jawab Felisia.

Zelia mengambil keranjang berwarna bening itu dsri tangan Felisia.

"Biar Ze aja, Bun."

"Kamu, kan mau berangkat ke sekolah, nanti terlambat lho."

"Masih ada dua puluh menit lagi kok, Bun."

Tak lama kemudian, sebuah motor sport berwarna hitam berhenti di depan rumah Zelia. Terlihat seorang cowok dengan jaket jeansya dan helm full face-nya turun dari motor itu. Dia membuka helmnya dan meletakkannya di atas motor.

"Davandra?" gumam Zelia saat melihat jelas wajah cowok itu. Dia kan nunggu Albarian. Kenapa malah Davandra yang datang?

Setelah selesai meletakkan helmnya, Davandra menyalami tangan Felisia. Felisia mengelus lembut rambut Davandra saat dia hendak menyalami wanita itu.

"Gimana kabar Bunda?" tanya Davandra basa-basi.

"Ck, caper," cicit Zelia memutar malas bola matanya.

"Alhamdulillah, Bunda baik," jawab Felisia sambil tersenyum kepada Davandra.

"Bunda, aku pamit dulu," pamit Zelia menyalami tangan Felisia lalau beranjak dari sana.

"Ze!" panggil Felisia yang membuat langkah kaki Zelia terhenti lalu membalikkan badannya ke arah Felisia.

"Ada apa Bunda?" tanya Zelia.

"Mendingan kamu berangkat bareng Davandra, aja," saran Felisia.

"Tapi, Bunda-"

"Udah, pamali nolak tumpangan. Nanti kamu nggak laku-laku."

"Sejak kapan nolak tumpangan pamali?" batin Zelia.

"Hm, iya!" ujar Zelia malas. "Aku ambil helm dulu di atas meja teras rumah."

Zelia beranjak dari sana, masuk ke dalam rumahnya, mengambil helm yang tergeletak di atas meja lalu kembali ke pagar depan.

"Ayo!" seru Zelia memberikan keranjangnya ke Felisia lalu langsung menggenakan helmnya. Setelah selesai, dia kembali mengambil keranjangnya dari Felisia.

"Aku pamit dulu, Bun," pamit Zelia menyalami tangan Felisia yang diikuti juga oleh Davandra.

"Aku juga pamit ya, Bun."

"Iya, kalian hati-hati."

"Iya, Bunda," sahut Zelia.

Davandra mengenakan helm full face-nya lalu naik ke atas motornya yang disusul oleh Zelia dari belakang.

"Dadah, Bunda!" say hai Zelia sambil melambaikan tangan.

Davandra memasukkan gigi motornya lalu menancapkan gas perlahan-lahan. Felisia memandangi motor itu yang makin lama menghilang.

"Nanti, berhenti di persimpangan jalan!"

-oOo-

Davandra menghentikan motornya di persimpangan jalan ke arah Rumah Zelia. Gadis itu turun dari atas motor lalu berjalan ke arah sebuah warung. Ya, itu adalah warung Mpok Leha, tempat langganan Bunda Zelia menitipkan dagangannya.

"Mpok! Ze mau nitipin rengginang," ujar Zelia.

"Iya, tarok aja di atas meja!" titah Mpok Leha yang tengah bangkit sambil mengikat rambutnya.

Zelia berjalan ke arah meja lalu meletakkan rengginangnya.

Warung yang terlihat tidak terlalu besar. Berbagai jenis makanan ringan ada di sini. Kecuali hati dan perasaan.

"Berapa semuanya?" tanya Mpok Leha menghampiri Zelia.

"Seperti biasa Mpok, lima puluh bungkus," jawab Zelia menoleh ke arah Mpok Leha.

"Oke."

Tak sengaja, Mpok Leha melirik ke arah cowok tampan yang tengah menaiki motor sport. Ya, itu adalah Davandra.

"Itu pacar kamu, Ze?" tanya Mpok Leha terkagum-kagum.

"Enggak, itu kang ojek!" jawab Zelia lalu beranjak dari sana menuju motor Davandra.

"Zelia pamit, Mpok!" pamit Zelia kepada Mpok Leha yang masih terkagum-kagum.

"Iya," sahut Mpok Leha.

"Lumayan juga, tuh berondong," lanjut Mpok Leha sambil mengedipkan centil matanya.

"Udah?" tanya Davandra dari balik helm full face-nya saat Zelia berdiri di hadapannya.

"Udah," jawab Zelia malas lalu naik ke atas motor Davandra. "Ayo!"

"Peluk, dong!"

"Bacot! Buruan!"

"Gini-gini, gue juga mantan terindah lo."

"Kampret, yang ada mantan titisan setan."

"Hm."

Ngeng.

Bruk.

Berhasil, batin Davandra.

Saat cowok itu menancapkan gasnya kencang, tubuh Zelia tersandar di punggung Davandra dan tangannya melingkar di pinggang cowok itu sontak dia terdiam beberapa detik.

Anjir, mencari kesempatan dalam kesempitan!

-oOo-

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang