10. DI PERSIMPANGAN HATI

20.1K 1.9K 84
                                    

[Aku yakin pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Happy reading.

***

10.  DI PERSIMPANGAN HATI

Guru rapat di sekolah lain. Itu tandanya. Pulang cepat. Hal yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa-siswi SMA Savard, mungkin seluruh dunia.

Seluruh siswa kelas XII IPS 2 memasukkan semua buku mereka ke dalam tasnya masing-masing.

Zelia mengambil bukunya yang ada di dalam laci mejanya, memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai Zelia mengenakan tasnya di punggung.

Semua siswa sudah berlarian keluar kelas untuk pulang. Zelia melirik ke samping, lebih tepatnya ke arah kursi Albarian. Cuman ada tas saja, orangnya nggak ada. Begitu juga dengan teman-teman Albarian lainnya.

Zelia berjalan menghampiri Nancy yang tengah sibuk mengemasi buku-bukunya ke dalam tas.

"Nan, gue pulang dulu, ya." pamit Zelia.

Nancy mendongak ke arah Zelia sambil mengenakan tasnya. "Lo pulang sama siapa?"

"Gue pulang sama A-"

"Zelia!"

Zelia menghentikan ucapannya, membalikkan badannya menatap ke arah cowok yang memanggil namanya. Ya, itu adalah Albarian. Dia sedang mengambil tasnya yang diikuti oleh ketiga teman-temannya.

"Gu-gue pulang sa-ma a-angkot. Ya, angkot. Gue duluan, ya. Bay bay." ucap Zelia gelagapan lalu melambaikan tangan ke arah Nancy yang terlihat menatap heran ke arah Zelia sambil membalas lambaian tangan gadis itu.

Lalu Zelia pergi keluar dari kelas. Kebetulan Zelia berpapasan dengan Albarian. Albarian menahan langkah Zelia sengba menggenggam erat tangan gadis itu.

"Albarian!" pekik Karina kesal dari luar pintu masuk kelas.

Karina menghampiri Albarian, menepis jauh tangan Zelia dari tangan Albarian. Padahal kan Albarian yang menggenggam tangan Zelia.

Karina mendelik kesal ke arah Zelia. "Dasar pelakor, lo! Jangan pernah lo deketin Albarian! Karena dia calon tunangan gue!" semprot Karina kepada Zelia.

Bayu, Gevin, Bryan dan Nancy hanya melihat ke arah mereka bertiga. Karena mereka tidak ingin ikut campur. Karena mereka takut jika Albarian emosi dan melampiaskan semuanya kepada mereka.

Hati Zelia memang sangat rapuh. Gadis itu mudah sekali untuk menangis. Zelia mendongak ke arah langit-langit kelas sambil menahan air matanya yang akan terjatuh.

"Zel-"

Zelia menoleh ke arah Albarian sambil mencoba untuk tersenyum. Walaupun hatinya sangat sakit mendengar kata-kata Karina.

"Al, gue nggak papa, kok. Gue sadar diri." potong Zelia tersenyum tegar lalu menoleh ke arah Karina. "Dan buat lo, Kar, gue nggak pernah ngerebut Albarian dari lo. Dan jika Albarian tidak mencintai lo dan lo terus mengejarnya. Gue kasihan sama lo, karena lo udah ngejatuhin harga diri lo sendiri sebagai cewek." pungkas Zelia.

Zelia menghapus kasar air matanya beranjak, berlari pergi keluar dari kelas.

"Al, ayok kita pulang!" ajak Karina mengandeng tangan Albarian.

Albarian menatap tajam ke arah Karina, menepis jauh tangan Karina lalu menatap tajam bola mata hitam milik Karina.

"Lo jangan buat emosi gue naik. Lo tahu kan kalau gue tempramen. Gue nggak mau lo ngelarang gue berhubungan dengan siapapun!" ucap Albarian sambil berjalan ke depan sedangkan Zelia berjalan mundur.

Brak!

Karina tersandar di dinding kelas. Albarian mengepal erat tangannya lalu melayangkannya ke arah Karina. Karina menutup erat matanya.

"Albarian!"

Albarian menjauhkan kesal tangannya dari wajah Karina. Karina menghela nafas panjang. Albarian menghampiri siswa laki-laki yang berdiri di depan pintu kelas Albarian sambil ngos-ngosan.

Albarian mencengkram erat krah baju siswa itu lalu mengangkatnya. Albarian benar-benar emosi. Cowok itu sangat tempramen. Nggak mau tahu siapa orang yang ada di depannya. Mau itu orang tuanya ataupun orang lain. Dia akan tetap melampiaskannya.

Albarian menatap tajam bola mata siswa itu. Dari belakang Bryan, Gevin dan Bayu menghampiri Albarian. Bryan menjauhkan tangan Albarian dari krah baju siswa itu.

"Lo harus bisa nahan emosi lo, Al." ujar Bryan.

"Argh." Albarian melempar kesal tangannya.

"Al-" ucap Karina.

"Diam lo!" ketus Albarian keras, menunjuk ke arah Karina sontak Karina menciut.

"Ngapain lo cari Albarian?" tanya Bayu mewakili Albarian.

"Geng Foster di depan nyariin lo, Al." jawab siswa itu cemas.

Albarian mendelik ke arah siswa itu. "Apa?!"

"Tolong lo bilang kepada seluruh siswa-siswi untuk segera pulang!" titah Albarian langsung ditanggapi siswa itu.

"Baik."Siswa itu beranjak dari hadapan Albarian.

Albarian menoleh ke arah Karina yang masih menciut di sampingnya. "Cepetan lo pulang. Gue nggak mau terjadi apa-apa sama lo."

Karina yang menunduk tiba-tiba mendongak ke arah Albarain lalu mengangguki ucapan Albarian sambil tersenyum.

Gue tahu lo perhatian dan sangat mencintai gue, Al, batin Karina.

Karina berlari cepat meninggalkan sekolah. Gadis itu sudah hilang dari hadapan Albarian.

"Gue pulang dulu, ya." ujar Nancy keluar melewati geng Zagas.

Nancy berjalan di koridor kelas menuju tangga lantai satu. Bryan yang berada di samping Albarian berdiri di depan pintu lalu menatap ke punggu Nancy yang belum menjauh, cuman berjarak empat meter.

"Nancy!"

Nancy menoleh ke belakang karena mendengar panggilan dari Bryan.

"Hati-hati, ya." ujar Bryan sambil memberikan senyuman.

Nancy membalas senyuman Bryan. "Lo hati-hati juga. Gue nggak mau lo terluka. Kalau kenapa-kenapa, kabari gue, ya."

Bryan mengangguk. Nancy kembali melangkah pergi, sekarang gadis itu sudah hilang dari pandangan Bryan.

"Bucen!" syirik Bayu.

"Syirik ae lo!" rutuk Bryan.

"Udah-udah. Ayok, kita susul tuh si Poster." ujar Gevin melangkah pergi.

"Foster goblok! Bukan Poster!" Bayu membenarkan ucapan Gevin.

Mereka bertiga berjalan di koridor kelas. Tapi, Bryan merasa ada yang kurang. Dia melirik ke seluruh member Zagas. Ada yang kurang.

"Stop!" titah Bryan.

"Ape lagi?" tanya Bayu heran dengan ekspresinya yang malas.

"Albarian." Bryan menoleh ke belakang.

Albarian masih berdiri di depan pintu kelas sambil bersandar. Kelihatannya cowok itu sedang memikirkan seseorang. Cowok itu beranjak, berlari melewati ketiga teman-temannya. Mata mereka bertiga menatap heran ke arah Albarian.

Albarian berteriak sambil memanggil nama seseorang. Dan teriakan itu menggema di lorong-lorong sekolah.

"Zelia!"

_ALBARIAN_

Tbc...

Jangan kabur,ya dari cerita ini!

Maaf jika feel-nya kurang.

See you next part!

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang