65. LUKA

7.3K 552 69
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Tebarkan komen sebanyak-banyaknya!

Happy reading.

***

65. LUKA

"Gue hanya cewek bodoh yang mudah percaya dengan siapapun. Tanpa, gua sadar kalau gue hanya dimanfaatkan. Sampai-sampai gue melupakan orang yang berjuang melawan penyakitnya demi gue. Maafin gue, Dav ... maafin, gue..." lirih Zelia sambil menangis tersedu-sedu lalu tertunduk sendu.

Davandra tersenyum. Dia menghampiri Zelia lalu memeluk gadis itu erat. Cowok itu benar-benar belum siap untuk meninggalkan Zelia saat ini. Dia masih mempunyai janji dengan seseorang. Janji yang belum sempat dia tepati.

Davandra mengelus sayang punggung Zelia sambil menangis tersedu-sedu. "Gue ingin lo bahagia sebelum gue benar-benar menghilang, Ze, hiks."

Kenapa harus menghilang?

"Gue mohon, jangan menghilang," ucap Zelia lirih sambil menangis tersedu-sedu.

"Teruslah berada di samping gue," lanjut Zelia. Ini adalah kalimat yang pernah diucapkan oleh Zelia kepada Albarian. Menurutnya, dia sudah mengatakan kalimat ini kepada orang yang salah sebelumnya. Orang yang hanya mempermainkan perasaannya. Orang yang benar-benar tidak mencintainya.

"Gue akan tetap di samping lo dan juga di hati lo," ucap Davandra lemah.

Davandra melepaskan pelukannya. Dia mengambil tangan Zelia lalu mengiringnya ke arah dadanya, tepatnya di arah detak jantungnya.

"Jantung gue tidak normal, Ze," lanjut Davandra lirih. "Jantung gue berdetak kencang, itu bukan cinta. Tapi, rasa sakit yang tengah gue alami."

"Gue mohon, jangan pergi. Gue akan memberikan jantung gue untuk lo. Asalkan lo tetap bernafas dan melindungi gue ... tanpa gue sadari...." ucap Zelia sendu sambil menangis tersedu-sedu.

Percayalah, di belakang Zelia ada seorang cowok yang tengah menangis dalam keheningan. Dia sangat rapuh, hingga tidak ada seseorang pun yang bisa memeluknya. Termasuk pacarnya sendiri. Dadanya terasa sangat sesak. Albarian sadar kalau ini salahnya. Dia mencoba untuk tenang.

"Maaf, kalau gue tidak menyadari perjuangan lo selama ini. Lo telah berjuang mati-matian buat menghilang dari gue. Lo telah berjuang buat hidup demi melihat gue bahagia. Lo telah berjuang untuk melupakan gue. Lo telah berjuang buat nahan perasaan lo sendiri. Lo telah berjuang buat nahan sakit hati. Lo udah berjuang, Dav ... Lo berjuang demi gue, Dav..., cewek bodoh yang tidak menghiraukan perasaan lo...." ucap Zelia parau sambil menangis menggebu-gebu. Dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Davandra.

Zelia mencoba memukul-mukul dirinya sendiri kuat. Tapi, Davandra tidak membiarkan hal itu terjadi, dia memeluk Zelia semakin erat. Sedangkan, Albarian benar-benar menjadi sadboy yang berdiri sendirian di belakang. Hingga dia tidak tahan lagi, detik itu juga.

Albarian mencoba menjauhkan Zelia dari Davandra dengan menarik tangan gadis itu. Hingga Zelia dan Davandra tidak lagi berpelukkan. Albarian menggenggam erat tangan Zelia. Seakan-akan, dia tidak ingin Zelia menghilang darinya. Cowok itu mengiring Zelia menjauhi Davandra secara paksa. Sesekali Zelia menoleh ke belakang -menatap ke arah Davandra yang tengah menahan rasa sakit di dadanya.

Tapi, Zelia memberontak. Dia menepis kasar tangan Albarian yang menggenggam erat tangannya. "Lepasin gue, Al!"

Albarian membalikkan badannya lalu menatap Zelia dalam. "Kenapa, Ze? Lo itu milik gue! Milik gue!" tegas Albarian.

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang