[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]
Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.
Tebarkan komen sebanyak-banyaknya!
Happy reading.
***
71. Ternyata Bunda Adalah?"Bunda, sehat, kan? Udah nggak sakit, kan? Kenapa wajah Bunda sangat pucat? Bunda udah periksa ke dokter? Bunda, jawab, Dav?!"
"...."
"Kenapa Bunda diam?"
"B-bunda-" ucapan Felisia terpotong.
"Dav?"
Davandra menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. "Papa? Kapan papa pulang-"
Plak.
Davandra langsung mendapatkan tamparan keras di pipinya, tanpa tahu apa kesalahannya. Pipi cowok itu langsung menoleh ke samping. Sedangkan, Felisia menatap penuh selidik ke arah pria berperawakan tinggi dan tegas itu dalam. Wanita itu seperti menganal pria itu.
Leon? Batin Felisia bertanya.
Davandra mendongak dan menatap nanar ke arah papanya, Leon. "Kenapa papa menampar, Dav?" tanya Davandra tanpa tahu apa salahnya.
"Siapa yang menyuruh kamu bolos? Dasar anak berpenyakitan! Bisanya cuman ngabisin uang orang tua!" bentak Leon.
Plak.
Felisia yang mendengar itu langsung menampar Leon karena tidak terima atas perlakuan pria itu kepada Davandra. Pipi Leon langsung menoleh ke samping dan menatap tajam Felisia.
"Apakah kamu tidak punya otak? Ini anak kamu! Ternyata, kamu belum berubah juga ,ya. Masih kasar!" ketus Felisia kesal.
Davandra hanya menatap heran ke arah Felisia dan Leon.
Leon menatap tajam ke arah Felisia. "Bangsat! Dasar jalang!"
Deg.
Felisia menelan susah salivanya. Tubuh wanita itu bergetar hebat. Dia terdiam seketika tanpa bisa berkata-kata. Wajahnya semakin pucat. Matanya terlihat sayu.
"Ck, takut, ya? Kalau anak kamu tahu?" Leon terkekeh miris.
"Ibu sama anak sama aja, sama-sama nyusahin!" lanjut Leon sinis.
Davandra menatap heran Leon. "Maksud, papa?"
Leon menoleh ke arah Davandra. "Iya, kamu itu anak haram, beruntunglah kamu karena saya masih mau menampung kamu."
Davandra menoleh ke arah Felisia yang tertunduk sendu. "J-jadi, b-bunda adalah ibunya, Dav?"
Davandra bangkit lalu menyampirkan tangannya di pundak Felisia. Cowok itu menggoyang-goyangkan pundak Felisia. "Jawab, Dav, Bun?"
"Kenapa bunda diam?" tanya Davandra bergetar. Raut wajah cowok itu terlihat sedih. Air bening jatuh dari matanya.
Leon menyunggingkan senyuman mirisnya. "Kenapa kamu diam? Takut kalau Davandra tahu, kalau kamu adalah ibunya?"
"Anak sama ibu sama aja, sama-sama nggak guna!" Leon langsung beranjak dari sana setelah menyelesaikan ucapannya.
Davandra kembali menggoyangkan pundak Felisia. "Apakah benar kalau Dav anaknya bunda?"
Felisia meneteskan air matanya. Dia mengangguk lemah sontak Davandra tidak percaya. Begitu juga dengan Felisia yang sudsh duluan tidak percaya. Ternyata, Davandra adalah anaknya. Orang yang sangat dekat dengannya hampir lima tahun terkahir.
Davandra menjauhkan tangannya dari pundak Felisia. Dia langsung terduduk lemah di kursi tunggu rumah sakit. Cowok itu mendongak ke arah Felisia. "Kenapa bunda? Kenapa harus anak haram?"
Felisia menoleh ke arah Davandra lalu menatap Davandra dengan perasaan bersalah. Air bening terus luruh dari sudut mata wanita itu.
"M-maafin, Bunda," lirih Felisia mencoba menyentuh pipi Davandra. Tapi, Davandra menepis kasar tabgan Felisia.
"Aku sangat sukit untuk menerima kenyataan ini. Di satu sisi aku bahagia kalau aku tahu ibu kandungku. Tapi, hatiku benar-benar sakit sekarang, bunda. Dav, tidak percaya kalau Zelia adalah adik, Dav," ucap Davandra lirih.
"Kamu harus bisa menjaga adik kamu, sebelum bunda benar-benar menyelesaikan tugas bunda sebagai seorang ibu," lirih Felisia.
Felisa mencoba memeluk Davandra.Tapi, Davandra langsung bangkit. "Aku membenci, bunda!" Davandra langsung meninggalkan Felisia begitu saja.
Tapi, bunda sakit, batin Davandra.
Deg.
Davandra membalikkan badannya dan langsung berlari ke arah Felisia yanga tengah menagus tersedu-sedu. Cowok itu memeluk Felisia erat.
"Maafin, sikap Davandra, Bunda."
----oOo----
Maaf kalau part-nya pendek. Aku udah usahain buat update.
Otakku lagi pusing karena habis ngerjain soal TPS, beberapa hari ini.
Btw, semangat buat perjuang SNMPTN DAN SBMPTN!! Semoga lulus! Aamiin!
See you next part!
Spam, next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]
Fiksi Remaja"Kalau mau cium gue jangan ragu-ragu gitu!" sambar Zelia membuat Albarian mematung diam. "Ciuman gue mahal!" Sungut Albarian. __________________ Baca aja!! Aku tantang kalian membaca part 13 dan 14, kalau nggak suka baru tinggalin kalau suka, baca d...