[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]
Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.
Typo bertebaran.
Happy reading.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Albarian tengah berbaring di sebelah brankar Zelia. Cowok itu terus menatap Zelia lekat. Cowok yang mengunakan baju pasien itu tengah menyalurkan darahnya lewat selang yang terpasang di tangannya kepada gadis yang dia sayang. Apapun akan Albarian lakukan untuk kesembuhan Zelia. Dia benar-benar mencintai gadis itu.
Suara mesin EKG terus bergeming. Albarian benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya dari Zelia. Matanya terus tertuju kepada gadis yang terbaring lemah di brankar sampingnya. Air matanya luruh seketika.
"Sayang, ayo bangun. Aku mencintaimu," lirih Albarian.
"Kamu jangan sakit... cukup aku saja. Jika, Tuhan mengizinkan, aku ingin menggantikan posisimu," lirih Albarian dengan air mata yang terus menetes.
"Ze, aku di sini. Kamu mendengarkanku?" tanya Albarian lirih. Hatinya benar-benar hancur saat ucapannya tidak ada balasan dari orang yang dicintainya kecuali sahutan dari mesin EKG.
"Kenapa kamu diam saja? Apakah kamu tidak mencintaiku lagi?"
"Aku lelah. Aku hanya ingin kita bahagia, selamanya.." lirih Albarian.