03. PDKT?

25.3K 2.5K 23
                                    

"Zelia!"

Zelia yang berjalan di koridor lantai dua bersama Nancy mengehentikan langkahnya saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang. Tiba-tiba saja Albarian berdiri di depan Zelia. Gadis yang tingginya hanya sedagu Albarian, menaikkan satu alisnya, menatap Albarian sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Albarian memberi kode lirikan kepada Nancy agar dia pergi. Nancy memahami maksud Albarian. Gadis itu pamit meninggalkan Zelia berdua dengan Albarian.

"Ze, gue pergi dulu, ya."

"Tap-"

"Minta maaf sama gue, cowok tampan di sekolah ini." potong Albarian berdesis. "Buruan!" Albarian menatap tajam kecantikan gadis yang ada di depannya. Demi apapun gadis itu memang cantik, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Apalagi kulitnya, mulus banget, seperti kulit bayi.

"Atas dasar apa gue harus minta maaf sama lo?" ketus Zelia sambil berkacak pinggang.

"Lo jangan sok-sok amnesia!"

"Gue-"

Zelia langsung memasang wajah datar. Gadis itu berlari menjauhi Albarian. Tapi, sayangnya saat dia berlari, kakinya terkilir. Karena kakinya masih sakit akibat kecelakaan tadi pagi di depan jalan sekolah.

Karena hampir terjatuh, Albarian langsung menangkap gadis itu. Mata mereka saling bertatapan beberapa detik.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Sontak mereka berdua langsung sadar. Zelia berdiri dengan benar sambil berjalan tertatih-tatih ke pembatas lantai dua. Kedua tangannya memegang pembatas lantai dua. Sedangkan Albarian mengikuti gadis itu dari belakang lalu berdiri di samping Zelia. Mereka berdua menatap lurus ke depan.

Dari atas itu, semua jelas terlihat, mulai dari lapangan, parkiran, hingga gerbang sekolah. Terlihat semua siswa-siswi berlalu lalang di lapangan. Mereka berdua menatap lurus ke depan.

"Kaki lo kenapa bisa pincang gitu, Ze?" tanya Albarian basa-basi.

Zelia menoleh ke arah Albarian, cowok itu juga menoleh ke arah Zelia. "Lo mau tahu ini semua gara-gara siapa?"

Albarian menaikan satu alisnya ke arah Zelia. Zelia mengalihkan pandangannya, menatap ke arah parkiran, tepatnya ke arah mobil sport berwarna hitam.

"Ini semua salah mobil itu!" Zelia menunjuk ke arah mobil sport berwarna hitam yang membuat dia kecelakaan.

Albarian mengikuti arah tunjuk tangan Zelia. Matanya mendelik, karena itu adalah mobilnya. Albarian menatap ke arah Zelia yang terlihat emosi, seperti ingin membunuh si pemilik mobil.

Jadi, orang yang gue tabrak tadi gadis ini.

"Awas aja tu orang, kalau gue ketemu. Gue jadiin dia semur jengkol!" ucap Zelia emosi ke arah Albarian.

Albarian tertawa terkekeh-kekeh, "Hahahaha."

Zelia menatap aneh ke arah Albarian. "Aneh lo!"

Zelia beranjak pergi meninggalkan Albarian sambil jalan tertatih-tatih. Albarian menatap gadis itu dari belakang. Cowok itu menghampiri Zelia lalu jongkok di depan Zelia.

Zelia mengerutkan keningnya. "Awas! Gue mau lewat."

Tanpa izin Albarian langsung saja menggendong Zelia di belakang punggungnya. Gadis itu mencoba memberontak, tapi Albarian masih bersikeras untuk menggendong gadis itu.

"Turunin gue!" seru Zelia sambil memukul-mukul pundak Albarian.

"Argh." akting Albarian pura-pura sakit. Padahal pukulan gadis itu sangat lembut. Kek kapas. Albarian melangkahkan kakinya berjalan ke arah UKS.

"Turunin atau gue gigit pundak, lo!" ancam Zelia. Albarian tidak menghiraukan itu. Dia hanya ingin bertanggungjawab atas apa yang dia lakukan kepada gadis itu.

"Gigit bibir boleh!" seru Albarian terkekeh-kekeh.

Sontak Zelia langsung menggigit pundak Albarian kuat. Cowok itu mengigit bibir bawahnya seperti menahan kesakitan.

"Sekarang lo berhutang banyak sama gue, awas aja kalau lo nggak bayar, langsung gue lapor polisi," ancam Albarian mengungkit kejadiannya.

Sontak Zelia menelan susah salivanya. Raut wajah gadis itu berubah menjadi gundah. "Lo tega, ya sama gue?" tanya Zelia mengiba.

"Lo belum tahu siapa gue. Siapapun yang membantah kata-kata gue. Gue jamin hidupnya tidak akan selamat."

"Ck, iya deh, Albarian paling ganteng, paling pintar, pokoknya paling semua deh," puji Zelia yang membuat Albarian tersenyum sendiri.

"Lo tahu, nggak?" tanya Albarian.

"Enggak."

"Kalau lo suka sama gue."

"Lah, kok gue?"

"Karena lo muji gue."

"Dasar jelek!"

_ALBARIAN_

Tbc...

Jangan lupa bintang pojok kiri, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau kemana pun itu, biar bisa banyak yang baca.

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang