54. EMOSI ALBARIAN

7.4K 619 19
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Typo bertebaran.

Happy reading.

***

54. EMOSI ALBARIAN

"Al, lepasin tangan gue!" seru Karina.

Gadis itu terus memberontak agar Albarian melepaskan cengkeraman tangannya. Karina tudak tahu mengapa Albarian segitu marahnya dengan dia. Dia melihat jelas bagaimana raut wajah Albarian yang penuh dengan emosi. Cowok itu menyeret Karina dari toilet perempuan berjalan di koridor kelas-kelas menuju ke tempat sepi.

"Al! Sakit! Lepasin tangan gue!" berontak Karina.

"Diam lo!" bentak Albarian.

Albarian melemparkan kasar Karina ke dinding gudang. Ternyata, Albarian membawa gadis itu ke gudang yang terlihat sepi. Raut wajah Karina terlihat ketakutan. Albarian melemparkan tatapan amarah kepada Karina. Karina menciut, ketakutan saat melihat Albarian emosi. Dia sangat mengenal kalau Albarian telah emosi, maka dia bakalan terluka. Ini adalah hal yang sudah biasa didapati oleh Karina saat bertengkar dengan Albarian.

Bruk.

"Aaaa!" pekik Karina histeris sambil menutup kedua telinganya saat Albarian memukul dinding gudang. Di koridor gudang terlihat sepi. Hanya ada mereka berdua. Karena semua orang tengah berada di dalam kelas untuk melanjutkan proses belajar mengajar.

"Lo, kan, yang udah sebarin. Kalau kita bakalan tunangan?!" tanya Albarian ketus sambil menancapkan tangan kanannya ke dinding di samping Karina.

Karina menelan susah salivanya. Gadis itu terlihat ketakutan. "Bukan gue, Al." sanggah Karina membela dirinya.

"Bangsat!" umpat Albarian kesal.

Bruk.

"Bohong, lo!" bentak Albarian. "Gue tahu kalau itu lo!"

Albarian kembali memukul kuat dinding di samping Karina, hingga gadis itu terlihat ketakutan. Tubuh Karina bergetar hebat. Dia sangat takut, kalau melihat Albarian emosi. Cowok itu memang, kalau sudah emosi susah untuk dikendalikan. Tidak ada siapapun yang bisa melerainya.

"Bukan gue, Al! Hiks." Karina meneteskan air mata sambil menangis, berharap Albarian merasa iba padanya. Agar, cowok itu tidak terlalu emosi. Raut wajah Albarian benar-benar sangat menakutkan.

Albarian mencengkeram erat rahang Karina. "Lo jangan main-main sama gue! Atau lo bakalan tahu akibatnya!"

Albarian melempar kasar rahang Karina, hingga kepala gadis itu menoleh ke samping dan membentur dinding. Gadis itu merintih kesakitan. "Arkh."

Zelia memperbaiki rambutnya yang terlihat berantakan. "Albarian!" bentak Zelia menatap cowok itu tajam

Albarian membalikkan badannya, membelakangi Karina. Cowok itu tidak perduli dengan gadis itu. Mau dia kesakitan sekalipun dia tidak perduli. Karena dia benar-benar emosi. Dia sangat sulit untuk mengendalikan emosinya.

Karina menyandarkan tubuhnya di dinding gudang lalu tubuhnya luruh, jatuh ke lantai perlahan-lahan. Dia menggenggam erat kepalanya dengan kedua tangannya. Sakit. Sedangkan Albarian mengacak-acak rambutnya frustasi sambil membelakangi Karina. Cowok itu benar-benar emosi ditambah dengan panik. Dia tidak mencintai Karina. Dia hanya mencintai Zelia.

Albarian kembali menoleh ke arah Karina yang terlihat merintih kesakitan di atas lantai. "Mendingan lo jujur sama gue, atau gue bakalan membenci lo untuk selamanya!"

Karina mendongak menatap tajam Albarian. "Gue jujur! Kalau, bukan gue yang nyebarin berita itu!"

"Bukan gue Al! Hiks." tegas Karina sambil menangis kesakitan.

Albarian mengeraskan rahangnya.

"Tapi, siapa?!" tanya Albarian frustasi sambil menatap Karina tajam.

"Gue nggak tahu!" jawab Karina sambil menangis kesakitan. Kepalanya terasa sakit. Rasanya, dia ingin membalas perbuatan Albarian. Tapi, bagaimana?

Albarian jongkok di hadapan Karina lalu kembali mencengkeram erat rahang gadis itu. Karina merintih kesakitan. "Arkh."

"Al, sakit!" Karina mencengkeram erat tangan kanan Albarian yang menggenggam rahangnya. Dia mencoba untuk menjauhkan tangan Albarian dari rahangnya. Tapi, itu semua percuma.

"Gue yakin, kalau itu ulah lo!" ketus Albarian. "Gue bakalan membatalkan pertunangan ini!"

"Tidak ada siapapun yang bisa melarang gue!"

Albarian menjauhkan tangannya dari rahang Karina. Dia beranjak dari hadapan gadis itu. Meninggalkan Karina seorang diri dengan kepalanya yang terasa sangat sakit. Karina memegang rahangnya yang terasa sakit akibat cengkeraman tangan Albarian.

Karina mendongak menatap nanar punggung Albarian. Gadis itu menghela nafas kasar. Dia melemparkan senyuman miring dari belakang Albarian.

"Lo tahu, Al? Siapa yang telah lo lawan?" ucap Karina sinis. "Karina."

"Lo jangan main-main sama gue."

-oOo-

See you next part!


Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang