49. SAMPAI MENUTUP MATA

7.4K 651 21
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Typo bertebaran.

Happy reading.

***

49. SAMPAI MENUTUP MATA

Maaf, gue tidak bermaksud untuk menyakiti lo. Hanya saja hati gue sakit saat lo mengatakan 'sayang' pada mantan lo.

-Albarian

-oOo-

"Mau ngapain dia?" gumam Albarian sontak dia terkejut saat melihat tubuh Zelia masuk ke dalam danau.

"Bunuh diri?"

Albarian yang menyadari itu langsung menghentikan mobilnya lalu membuka pintu mobilnya, melempar puntung rokoknya ke sembarang arah lalu berlari ke arah Zelia. Dadanya terasa sesak karena asap yang mengepul di dalam mobilnya tadi. Tangannya menekan kuat dadanya yang sesak. Sakit. "Shh.." Apalagi dia pernah kecelakaan hingga dadanya terbentur keras di batu.

Zelia semakin mempercepat langkahnya. Kakinya telah memasuki air danau. Dia terus berjalan, hingga tubuhnya terbenam oleh air perlahan-lahan semakin tenggelam. Air danau telah memotong setengah tubuhnya. Dalam. Gadis itu terus berjalan sambil menangis kecewa. "Kenapa semua orang yang gue sayang meninggalkan gue?"

Pada akhirnya, Zelia tenggelam dan tidak menampakkan diri lagi. Dari atas air terlihat gelembung dan gemaan air yang berbentuk lingkaran akibat Zelia yang tenggelam. Tubuh gadis itu tertelan habis-habisan oleh air danau, hingga dia benar-benar menghilang dari permukaan.

Dari dalam air danau, Zelia memejamkan matanya perlahan-lahan. Dress putih selutut yang dia kenakan sedikit terbawa mengikuti arus air. Sunyi, sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Gelap, seakan-akan semua benar-benar menghilang.

"Tuhan, kenapa sakit sekali rasanya saat orang yang kita cintai membenci kita? Kenapa Tuhan?" Batin Zelia menangis.

"Zelia tidak ingin dia pergi. Tapi, kenapa dia tega meninggalkan Zelia. Maaf kalau kata-kata Zelia membuat dia kecewa. Tapi, Zelia takut. Takut, kalau dia bakalan pergi dari hidup Zelia. Zelia sudah terlanjur mencintainya. Tapi, kenapa? Kenapa cinta itu datang kalau hanya berubah menjadi kecewa lalu pergi, Tuhan?"

"Zelia!" teriak Albarian histeris dari tepi danau. Cemas.

Albarian yang telah berada di tepi danau langsung meloncat, hingga tubuhnya melambung dan tercebur ke dalam danau. Cowok itu mencoba untuk menyelamatkan Zelia. Cowok itu berenang, mencari Zelia, melewati akar-akar serabut yang menari-nari mengikuti arus air.

Mata Albarian mendelik saat mendapati Zelia tenggelam dalam air tanpa pergerakkan sedikit pun. Gadis itu hanya terdiam membiarkan dirinya tenggelam termakan oleh danau. Cowok itu berenang dengan cepat lalu memeluk tubuh gadis itu erat dengan satu tangannya yang berada di pinggang gadis itu. Dia mengiring Zelia untuk naik ke atas permukaan danau.

Albarian membaringkan tubuh Zelia di atas rumput saat telah sampai dipermukaan. Raut wajah Albarian terlihat panik dan khawatir. Badannya sudah basah kuyup, begitu juga dengan Zelia.

"Sayang, bangun, maafkan gue."

"Please baby! Bangun!" Bulir air bening jatuh dari sudut mata Albarian. Cowok itu tidak sanggup melihat gadisnya yang terbaring lemah dengan mata yang tertutup.

Albarian mencoba untuk menekan dada Zelia dengan kedua tangannya beberapa kali, agar air yang terkumpul dalam perut gadis itu keluar. Cowok itu terus berusaha, hingga akhirnya gadis itu memuntahkan air yang tergenang dalam perutnya ke samping.

Hoek.

Hoek.

Zelia duduk lalu membuka matanya Perlahan-lahan. Pandangannya sedikit buram. Dia tidak melihat jelas wajah Albarian. Kepalanya terasa pusing. Tangan kanannya memegang kepalanya yang terasa sakit, sedangkan tangan kirinya bertumpu pada tanah.

"Lo udah sadar?" tanya Albarian lalu langsung memeluk Zelia erat.

"Jangan pergi. Gue mohon. Gue nggak mau kehilangan orang yang gue sayang. Gue sayang sama lo, Ze. Jangan pernah ninggalin cowok cengeng lo ini. Gue nggak bisa melihat orang yang gue sayang sakit hati. Dan gue nggak mau orang yang gue sayang menyayangi orag lain. Hiks." Albarian meneteskan air matanya dengan ucapannya yang terdengar sendu dan sedikit parau.

Zelia melepaskan pelukan Albarian lalu menatap mata cowok itu dalam. Dia menyeka air mata cowok itu. "Berjanjilah kalau lo bakalan hidup semati dengan gue?" Zelia menjulurkan jari kelingkingnya. "Janji?"

Tanpa, berpikir panjang Albarian langsung menautkan jari kelingkingnya di kelingking Zelia. Air mata cowok itu menetes lagi, dia takut kalau dia bakalan membuat gadisnya itu kecewa.

Zelia kembali menyeka air mata Albarian. "Jangan menangis pacar gantengnya, Zelia. I love you my cengeng boyfriend." senyum Zelia. "Makasih, udah mencintai gue dengan tulus."

Albarian memang memiliki sifat yang lemah jika menyangkut orang yang disayanginya menghilang. Dia tidak ingin orang-orang disekitarnya pergi darinya. Baik itu teman, pacar, ataupun keluarganya. Belum tentu cowok bad tidak memiliki perasaan yang lemah. Tidak semua cowok bad itu terlihat menakutkan dan buruk sikap.

Percayalah, di balik sikap nakal itu ada perasaan yang lemah. Ingat! Jika cowok telah menangis di depan wanita, berarti dia sangat menyayangi wanita itu dan tidak ingin wanita itu pergi darinya. Dan, Zelia adalah salah satu wanita yang beruntung memiliki cowok seperti Albarian.

Kepala Zelia kembali terasa sakit. "Shh.." Dia memegang kepalanya erat dengan kedua tangannya. "Al."

"Kenapa sayang?" tanya Albarian panik, merangkul Zelia dalam dekapannya.

"Al, sakit. Ke-kepala gue sa-kit-" Zelia jatuh pingsan ke dalam pangkuan Albarian. Cowok itu terlihat panik. Dia meletakkan tangan kirinya di belakang kepala Zelia lalu menatap gadis itu cemas dan sendu. Air mata cowok itu jatuh di pipi gadis itu.

Albarian menepuk-nepuk pipi Zelia beberapa kali, pelan. Dia mencoba untuk menyadarkan gadis itu. "Bangun sayang! Jangan buat gue gila karena ini."

"ZELIA BANGUN!"

-oOo-

Gimana part 48 dan 49-nya?

Spam next ♥️

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang