51. ZELIA GILA!

8.6K 636 20
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Typo bertebaran.

Happy reading.

***

51. ZELIA GILA!

"Bunda!"

Zelia berteriak sekuat tenaga, hingga membuat suaranya bergema di dalam kamarnya. Gadis itu melirik ke arah jam yang tertancap di dinding kamarnya. Jam yang menunjukkan pukul 07.15. Hanya ada lima belas menit lagi untuk dia ke sekolah. Apalagi hari ini dia ujian semester.

Zelia merasa kesal, kalau bundanya, Felisia tidak membangunkannya hari ini. Dia bangkit dari atas kasurnya, bergegas mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Lalu berlari menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi. Gadis itu telah mengenakan seragam sekolahnya lengkap. Dia tengah menyisir rambutnya di depan cermin lalu mengenakan sebuah bendana berwarna biru muda di rambutnya. Cantik.

Zelia keluar dari kamarnya. Setelah mengunci pintu kamarnya. Dia mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja ruang tamu.

"Nggak makan dulu, Ze?" tanya Felisia yang tengah meletakkan sepiring ikan goreng di atas meja makan lalu menoleh ke arah Zelia.

"Nggak, Bunda." sahut Zelia sambil menyandang tas ranselnya yang berwarna hitam.

Zelia menoleh ke arah Felisia yang berada di meja makan yang tidak jauh darinya. Dia menghampiri bundanya lalu menyalami tangan bundanya. "Zelia pamit dulu, Bunda."

"Assalamualaikum," pamit Zelia lalu beranjak dari hadapan Felisia.

"Wa'alaikumussalam," balas Felisia sambil menatap punggung Zelia yang melewati pintu masuk.

Gadis itu tengah jongkok di teras depan sambil mengenakan sepatunya. Setelah selesai, matanya melirik ke arah jarum jam yang hanya tinggal lima menit lagi.

Zelia mengambil helmnya yang terletak di atas meja teras. Dia berlari kecil ke arah pagar rumahnya, menghampiri Albarian yang baru saja datang dengan motor sportnya. Gadis itu langsung mengenakan helmnya lalu naik ke atas motor sport milik Albarian.

"Buruan! Ntar kita telat!" seru Zelia sudah standby di belakang sambil menepuk pundak cowok itu.

Albarian menoleh ke arah Zelia yang duduk di belakangnya lalu membuka kaca helm full face-nya. "Coba lo turun, deh!"

"Gue? Turun?" tanya Zelia heran menunjuk dirinya sendiri. Albarian mengangguk lalu Zelia turun dari atas motor cowok itu.

"Emang ada apa?" tanya Zelia heran.

Albarian menoleh ke arah ban motornya. Ternyata ban motornya kempes. Cowok itu turun lalu membuka helm full face-nya. Dia meletakkan helm full face-nya di atas motor sportnya lalu berdiri di samping Zelia.

"Ban motor gue bocor," ujar Albarian dengan entengnya kepada Zelia. Nggak tahu apa, kalau pagar sekolah akan tutup.

Zelia menoleh ke arah Albarian dengan ekspresinya yang khawatir. "Apa? Bocor?"

Albarian mengangguk tanpa merasa bersalah.

Zelia menghela nafas kasar. "Motor aja yang mahal. Tapi, nggak guna!" ujar Zelia kesal lalu beranjak dari hadapan Albarian masuk ke dalam rumahnya.

Albarian menatap kepergian Zelia. Cowok itu menaikkan kedua pundaknya lalu menurunkannya sambil mengangkat satu alisnya. Dia berjalan menghampiri motornya lalu jongkok mengecek kondisi ban motornya yang sedang tidak bersahabat.

Dia menggaruk-garuk kepalanya heran. "Kenapa bisa bocor, ya? Kan, udah pakai no drop. No, bocor-bocor."

Tin tin tin.

Albarian mendongak ke samping saat mendengar suara klakson motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Albarian mendongak ke samping saat mendengar suara klakson motor. Cowok itu mendelik sambil ternganga melihat Zelia yang tengah menaiki motor bebek berwarna merah putih milik ayahnya, Dani. Gadis itu menaikkan satu alisnya ke arah Albarian.

"Buruan! Ntar, kita telat," ujar Zelia.

Zelia melemparkan helm khusus yang dibawakannya untuk Albarian, khusus. Helm yang terlihat aneh bagi Albarian. Helm vespa.

Zelia menatap Albarian. "Lo pakai aja!"

"Ayo naik!" Lanjut Zelia.

-oOo-

"Woi! Kampret! Gue belum mau mati!"

"Pelan-pelan anjir!"

"Zeliaaaa!"

"Gue tabok juga pala, lo!"

Albarian terus mengumpat kesal melihat Zelia dengan gilannya membawa motor bebek itu. Gadis itu menancapkan gasnya melewati batas. Motornya membelah jalanan Kota Padang yang terlihat sedikit ramai. Seluruh kendaraan melirik ke arah kami berdua sambil mengklakson tanpa henti.

"Bacot!" umpat Zelia.

"Kek cewek lo! Nggak bisa diam!" lanjut Zelia.

Ngeng...

Zelia menambah kecepatannya.

"Anjir! Lo gila, Ze!" gerutu Albarian lalu memeluk Zelia dengan erat sambil menyandarkan pipinya di punggung gadis itu. Agar dia tidak melayang ke liang lahat hari ini. Sangat erat.

"Anjir modus lo peluk-peluk gue!"

Albarian mendongak.

"Bacot! Anying!" umpat Albarian kesal dengan matanya yang berair karena angin yang berhembus kencang secara berlawanan.

"Diam aja lo! Tinggal duduk manis aja, riweuh."

"Lo cewek, apa cowok, sih, Ze?!"

"Gue setengah jadi!"

"Ha?!"

"Bacot!"

Ngeng......

Zelia semakin melewati batas kecepatannya. Dia meninggalkan pepohonan dan pengendara lainnya dengan cepat. Gadis itu benar-benar sudah gila. Hanya satu menit lagi, pagar SMA Savard akan tutup.

"Zelia! Babi, lo!"

"Zeliaaaa!"

"Awassss!"

-oOo-

Yey, double up!!

Ingat, Albarian meluk Zelia cuman modus semata. Malahan, kalau Albarian yang bawa motor, pasti melebihi Zelia. Secara, dia pembalap gadungan.

Zelia harus diamankan.

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang