[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]
Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.
Typo bertebaran.
Happy reading.
***
Rencana kita memang berbeda, hingga akhirnya kita bahagia dengan cara kita masing-masing.-Davandra
Tit.. tit... tit...
Suara mesin EKG terdengar jelas di telinga semua orang. Beberapa orang hanya menatapi seorang gadis yang terbaring lemah di atas brankar. Mereka hanya bisa menatap gadis itu dari balik jendela ruangan yang transparan.
Sudah dua hari Albarian di rumah sakit. Dia menatap nanar Zelia yang terbaring lemah di ruangan itu. Gadis yang dipenuhi selang ditubuhnya. Dia tidak ingin Zelia meninggalkannya. Apapun akan dia lakukan asalkan Zelia sembuh. Harapan terbesar cowok itu adalah hidup bersama orang yang dicintainya. Air bening terus jatuh dari sudut matanya -mendengar detak jantung Zelia yang terus melemah.
Albarian meletakkan tangannya di kaca transparan itu dengan air mata yang berderai, berharap Dokter bisa menyembuhkan Zelia. "Sayang, aku menunggumu. Jangan biarkan cowokmu ini menunggu," lirih Albarian.
"Nak, ayah di sini. Kenapa kamu harus terbaring di atas sana? Ibumu juga begitu, hingga dia pergi meninggalkan kita untuk selamanya," ucap Dani lemah.
Albarian menoleh ke arah Dani. Matanya terlihat sayu dan berair-air. "Yah, percayalah, Zelia akanA di Inggris tanpa sepengetahuan Davandra.
"Aku tidak mau lagi jadi boneka papa!" teriak Karina tidak sopan.
"Cukup selama ini aku menderita! Setelah, papa tega membunuh mama! Aku benci papa! Papa jahat!" bentak Karina dengan air matanya yang mulai mengalir deras. Urat-urat lehernya mulai bermunculan.
Leon berjalan menghampiri Karina, hancur. Kakinya seakan-akan sulit untuk melangkah. Dia malu saat menampakkan wajahnya di depan anaknya. Dosanya sudah terlalu banyak. Raut wajahnya terlihat sendu. Dia langsung memeluk anaknya erat dengan tubuh yang bergetar hebat. "Maafkan, papa sayang. Papa benar-benar menyesal. Papa mengakui bahwa papa salah. Sekarang papa sadar, kalian lebih penting dari apapun. Papa hanya memiliki kalian. Maafkan, papa." ucap Leon dengan rasa bersalah.
Karina melepaskan pelukan Leon. "Ini semua gara-gara papa! Davandra kecelakaan gara-gara papa! Andai saja papa tidak berniat membunuh dia dan tidak berbuat seenaknya!" bentak Karina.
"Tapi, dia sudah menghamili anak Tante Lia." sanggah Leon. Dia seakan-akan menyudutkan kalai Davandra benar-benar bersalah. Tapi, memang benar, Davandra tidak pernah berhubungan dengan Lidya, kecuali dia pernah mengantarkan Lidya ke hotel dan saat itu dia benar-benar pusing.
"Davandra tidak pernah berbuat seperti itu. Dia baik, pa! Aku tahu betul gimana kak Davandra! Aku yakin dia tidak pernah berhubungan tubuh dengan gadis itu!"
Leon meluruhkan air matanya. "Maafkan, papa. Papa benar-benar menyesal telah memperlakukan kalian keras. Maaf, kalau papa egois."
"Apakah permintaan maaf itu bisa mengembalikan semuanya, Pa?" tanya Karina lirih.
Leon kembali memeluk erat anaknya, Karina. Dia mengelus rambut anaknya sayang. "Percayalah, Davandra pasti kuat. Dia akan sembuh."
"Aku takut kehilangan Davandra, pa. Aku menyesal telah berbuat jahat kepadanya. Andai saja papa tidak menyuruhku melakukan itu semua. Aku pasti akan bahagia bersama dia," lirih Karina hancur.
----oOo----
"Bunda! Jangan pergi! Hiks."
----oOo----
Proses Terbit!!
Epilognya udah selesai, tinggal extra part. Di extra part akan kelihatan, apakah sad, happy, bengek, bobrok ending atau apalah itu.
Kumpulkan jiwa-jiwa dulu, baru baca extra part. Membuat pembaca sedih trus tertawa trus bengek sendiri itu bagus juga🤣
See you next part!!
Spam, next!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]
Fiksi Remaja"Kalau mau cium gue jangan ragu-ragu gitu!" sambar Zelia membuat Albarian mematung diam. "Ciuman gue mahal!" Sungut Albarian. __________________ Baca aja!! Aku tantang kalian membaca part 13 dan 14, kalau nggak suka baru tinggalin kalau suka, baca d...