48. BROKEN HEART

7.8K 652 7
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Typo bertebaran.

Happy reading.

***

48. BROKEN HEART

Kalau hidup gue tersisa sepuluh detik lagi. Gue akan memeluk lo dan mengucapkan "Terima kasih atas semuanya."

-Zelia

-oOo-

Setelah dari tengah danau tadi. Albarian dan Zelia kembali ke tepi danau, lebih tepatnya di tempat pikniknya. Mereka duduk sambil menatap ke arah danau. Langit sudah sedikit berubah warna menjadi jingga. Sudah hampir dua jam lebih mereka menghabiskan hari-hari di danau ini.

"Al?"

"Hm?"

"Apakah lo benar-benar mencintai gue?" tanya Zelia dengan raut wajah sendu sambil mengangkat dan memeluk kedua lututnya.

"Kenapa lo bertanya  seperti itu?" balas Albarian bertanya kembali sambil melempar batu kecil ke danau, hingga menimbulkan beberapa lantunan, sebanyak tiga kali.

"Gue cuman nggak mau dikhianati untuk yang kedua kalinya," jawab Zelia sambil mengingat kenangan pahit yang pernah dialaminya dengan cinta pertamanya, Davandra. Dia melihat jelas dengan mata kepalanya, perselingkuhan dan pengkhianatan yang terjadi dalam hubungannya. Terlalu sakit untuk bertahan dengan orang yang tidak mencintainya, hingga dia memutuskan untuk mengakhiri semuanya.

Tanpa disuruh bulir air bening jatuh dari sudut matanya, Zelia tertunduk sendu Albarian yang menyadari itu menoleh ke arah Zelia yang duduk di sampingnya lalu menyeka air mata gadis itu. "Kenapa lo menangis? Kok lo cengeng, sih? Mana Zelia yang gue kenal? Zelia yang selalu tangguh, keras kepala, dan pemberani."

Zelia menatap bola mata hitam milik Albarian dalam. "Gue perempuan. Gue punya hati. Gue juga lemah, Al."

"Sakit, Al. Sakit."

"Coba lo bayangin. Orang yang udah kita sayang, orang yang selalu ada di saat kita butuh. Orang yang selalu ada di saat kita tertawa, terluka, kecewa, dan bersedih mengkhianati kita. Sakit hati gue Al. Gue mempercayainya karena dia pacar gue. Gue sayang sama dia, hiks. Tapi, kenapa rasa sayang gue dibalas dengan pengkhianatan? Apa karena gue miskin? Apa karena gue nggak pantas buatnya? Gue paham, Al. Gue paham." lanjut Zelia panjang lebar lalu menangis tersedu-sedu. Spontan Zelia memeluk erat cowok yang ada di hadapannya.

Zelia menenggelamkan kepalanya di dada bidang cowok itu. Albarian tidak membalas pelukan gadis itu, dia menjatuhkan tangannya. "Sakit?"

Albarian hanya diam sambil memasang wajah datarnya. Entah kenapa Albarian sedikit berbeda. Dia yang biasanya reflek dengan Zelia, kini berubah menjadi datar. Dia melepaskan pelukan gadis itu, menjauhkan Zelia dari tubuhnya. Zelia masih menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tanpa, menghiraukan Albarian.

Albarian bangkit beranjak meninggalkan Zelia sendirian tanpa gadis itu sadari. Raut wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi sedikit pun, antara kecewa dan sedih. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Cowok itu melangkahkan kakinya ke arah mobil sport berwarna putih miliknya, meninggalkan Zelia sendirian menangis di tepi danau.

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang