[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]
Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.
Typo bertebaran.
Happy reading.
***
39. LULUH
Zelia berlari-lari kecil ke arah Albarian yang sedang menaiki motornya di depan cafe Twilight.
"Maaf nunggu lama," ujar Zelia lalu mengenakan helmnya.
"Keburu jamuran, nih gue nungguin dugong kek, lo," balas Albarian.
"Ck," Zelia berdecak kesal. "Gue santet juga lo!"
Zelia naik ke atas motor Albarian lalu melingkarkan tangannya di pinggang cowok itu sambil menyandarkan pipinya di punggung cowok itu.
"Tumben meluk?" tanya Albarian.
"Bacot!" umpat Zelia kesal. "Buruan jalan!"
"Yang erat, dong!"
Albarian menghidupkan motornya lalu menancapkan gas motornya beranjak dari sana.
Dari kejauhan seorang pria paruh baya menatap ke arah mereka berdua sedari tadi dari balik jendela cafe.
-oOo-
"Kenapa kita ke apartemen?" tanya Zelia heran turun dari motor Albarian lalu melepaskan helmnya dan meletakkannya di atas motor Albarian.
Albarian turun dari motornya lalu melepaskan helm full face-nya dan meletakkannya di atas motor. "Karena, gue males pulang."
"Gue ingin menikmati waktu berdua dengan lo," lanjut Albarian.
Albarian menarik tangan Zelia lalu melangkah masuk ke dalam apartemen. Gadis itu mengikuti cowok itu dari belakang dengan raut wajah pasrah.
-oOo-
Mereka berdua melangkah masuk ke dalam salah satu kamar apartemen milik Albarian. Cowok itu mengunci pintunya setelah melepaskan genggaman tangannya kepada Zelia.
Zelia berjalan gontai ke atas sofa lalu membanting badannya di atas sofa. Zelia menghela nafas lega, setelah pulang bekerja.
Zelia mendongak ke arah Albarian yang tengah membuka sepatu di depan pintu apartemen lalu meletakkannya di rak sepatu.
"Kenapa lo membawa gue ke apartemen?" tanya Zelia heran.
"Gue ingin kita menikmati hal-hal yang indah malam ini," jawab Albarian menghampiri Zelia lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa berwarna putih itu.
Plak!
Zelia menepis bahu Albarian, hingga pria itu memasang raut wajah sedikit kesakitan sambil mengelus-elus bahunya. Walaupun, tidak sakit, sih.
"Jadi, cewek jangan kasar bego!"
"Bacot! Otak lo udah nggak beres," ujar Zelia lalu bangkit berjalan ke arah pintu keluar.
"Anterin gue pulang!" pinta Zelia membelakangi Albarian.
Albarian menatap punggung Zelia lalu bangkit menghampiri gadis itu. Perlahan-lahan Albarian memeluknya romantis dari belakang sontak Zelia terdiam. Walaupun badan Albarian bau keringat karena sudah habis olahraga. Tapi, badan cowok itu masih tetap wangi di hidung Zelia, hingga dia tidak merasakan bau keringat.
"Jangan pulang, di sini aja sama gue. Lagian besok kita libur dan gue bakalan ajak lo jalan-jalan seharian penuh, agar lo bisa bahagia dengan gue."
"Nikmatin aja sayang," lanjut Albarian berbisik lirih ke telinga Zelia sambil menumpukan dagunya di pundak Albarian.
Zelia menelan susah salivanya lalu melepaskan pelukan cowok itu dari tubuhnya. Gadis itu membalikkan badannya lalu menatap dalam ke arah cowok itu.
"Dasar bagong, belatung yang minim otak kek kodok!" umpat Zelia dengan raut wajah geram. Malu-malu mau gitu.
Zelia melewati Albarian begitu saja ke arah sofa lalu kembali membaringkan tubuhnya di atas sofa setelah mengambil remote TV lalu menghidupkan TV. Dia tengah menonton TV sambil menikmati cemilan yang diambilnya di atas meja tadi saat duduk di atas sofa.
Albarian membalikkan badannya ke arah Zelia lalu membuka hodienya. Dan sekarang cowok itu hanya mengenakan singlet dengan sedikit peluh yang bercucuran di tubuhnya.
"Aaaa!" pekik Zelia histeris saat menoleh ke arah Albarian lalu menutup kedua matanya dengan tangannya.
"Pake baju lo goblok!" seru Zelia.
Albarian berjalan gontai ke arah sofa sambil menenteng hodienya.
"Sok-sokan nggak mau lo. Padahal lo pengen," celutuk Albarian lalu duduk di sofa satunya lagi sambil meletakkan hodienya di atas lengan sofa.
Dia mengambil cemilan keripik yang ada di atas meja lalu menikmatinya sambil menonton televisi.
Zelia membuka sedikit celah-celah di jarinya melihat ke arah Albarian yang tengah sibuk mengunyah keripik sambil menatap ke televisi.
"Pakek baju lo bego!" seru Zelia.
Albarian menoleh ke arah Zelia, menghentikan kunyahannya sesaat lalu mengambil hodienya yang basah karena peluh dan melemparkannya ke arah Zelia.
"Bangsat!" umpat Zelia kesal saat hodie Albarian itu menutupi wajahnya.
Albarian tertawa kecil ke arah Zelia lalu melanjutkan memakan keripik sambil menonton televisi, sinetron.
Zelia menjauhkan hodie itu dari wajahnya sontak dia mendelik dan terkejut sambil menelan susah salivanya. Saat wajahnya hanya berjarak satu sentimeter dengan wajah Albarian.
Mereka berdua saling bertatapan dalam. Seakan-akan dunia hanya milik berdua. Bunyian suara malam yang khas, seakan-akan hanya singgahan yang tidak dianggap.
Kenapa cowok itu bisa membuat gue tergila-gila kepadanya? Apalagi dengan wajahnya yang sangat dekat dengan gue, batin Zelia.
Albarian tersenyum manis ke arah Zelia dengan lesung pipinya yang manis. Sontak membuat Zelia meleleh dan raut wajah gadis itu terlihat menahan hati yang akan luluh dan jatuh dalam dekapan cowok itu.
Al, gue nggak kuat, batin Zelia.
Albarian mengelus-elus lembut rambut Zelia. Dia bangkit lalu kembali duduk di sofa sambil menatap ke telivisi. Sedangkan Zelia terus memberikan pandangannya ke arah cowok itu tanpa berkedip sedikitpun.
"Sana mandi!" titah Albarian.
"Ha?!" Zelia terkejut.
"Udah bau bunga bangkai lo."
"Bangsat!" umpat Zelia kesal.
"Mau gue mandiin?"
-oOo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]
Ficção Adolescente"Kalau mau cium gue jangan ragu-ragu gitu!" sambar Zelia membuat Albarian mematung diam. "Ciuman gue mahal!" Sungut Albarian. __________________ Baca aja!! Aku tantang kalian membaca part 13 dan 14, kalau nggak suka baru tinggalin kalau suka, baca d...