[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]
Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.
Happy reading.
***
21. FIX! JADIAN
"Zelia mana?"
"Zelia mana?"
"Zelia mana?"
Pertanyaan itu terus terlontarkan dari mulut Karina. Dia menanyakan keberadaan Zelia kepada seluruh siswa-siswi yang berdiri di koridor kelas XII.
Gadis itu tidak menemukan keberadaan Zelia. Raut wajahnya terlihat sangat kesal. Kelihatannya dia sedang marah sama Zelia. Emang susah kalau punya tunangan saat SMA.
"Lo bego atau gimana ya, kar. Lo tahu kan kalau Zelia di D.O dari sekolah." jawab seorang siswi membuat Karina tersadar kalau Zelia sudah di D.O dari kemarin.
"Sial!" umpat Karina kesal.
_ALBARIAN_
"Semua investasi di sekolah ini akan papa saya cabut!"
Albarian memberikan sebuah ancaman kepada kepala sekolah. Bukan hanya orang tua Karina saja yang memberikan investasi ke sekolah itu. Tapi, juga dengan orang tua Albarian yang memberikan investasi lebih besar kepada sekolah itu.
"Kamu tidak bisa begitu, Al." ujar kepala sekolah bangkit dari kursinya.
Albarian sedang berada di ruang kepala sekolah setelah mengantarkan Zelia ke ruangan UKS agar ditangani oleh petugas UKS.
Albarian menatap tajam ke arah kepala sekolah itu sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Bapak telah mengeluarkan seorang siswi yang ingin mencapai cita-citanya. Bapak tahu kalau sekolah itu adalah hak semua orang. Jadi, jangan mengeluarkan siwi yang tidak bersalah. Andaikan dia tidak datang menolong bersama teman-temannya. Saya yakini kalau fasilitas dan sarana di sekolah ini bakalan hancur."
"Tapi-" sanggah kepala sekolah.
"Saya yakini, nama sekolah ini bakalan buruk!" ancam Albarian lalu melangkah pergi keluar dari ruangan kepala sekolah itu.
_ALBARIAN_
"Bukannya lo udah dikeluarin dari sekolah, Ze?" tanya seorang siswi yang sedang bertugas sebagai petugas UKS sambil memberikan segelas teh hangat kepada Zelia.
Zelia yang tengah duduk di atas ranjang UKS menatap ke arah siswi itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah nakas di samping ranjang dan meletakkan gelasnya di atas nakas.
"Iya. Tapi..." jawab Zelia menatap ke arah siswi itu.
"...Albarian memaksa gue untuk pergi ke sekolah."
"Kelihatannya Albarian suka sama lo," goda siwi berambut sebahu itu sambil mencolek bahu Zelia.
Tap.. Tap.. Tap..
Suara telapak kaki sepatu terdengar ke arah UKS. Siswi yang bertugas sebagai petugas UKS itu menoleh ke arah pintu UKS. Dia mendapati Albarian sedang berjalan masuk ke dalam ruangan UKS dan menghampiri Zelia. Zelia juga menatap ke arah Albarian yang menghampirinya.
"Ze." panggil siswi itu. Zelia menoleh ke arahnya.
"Gue pamit dulu. Ntar, gue malah jadi nyamuk," pamit siwi itu.
Albarian menoleh ke arah siswi itu. "Terimakasih."
"Sama-sama," balas siwi itu lalu melangkah pergi. "Pawangnya datang ya, bund!" siswi itu langsung menoleh ke belakang, ke arah Albarian dan Zelia lalu tersenyum terkekeh-kekeh. Setelah itu, dia langsung meninggalkan ruangan UKS.
"Gimana kaki lo? Udah mendingan?" tanya Albarian merangkul pundak Zelia.
"Udah," jawab Zelia.
Albarian membantu membaringkan tubuh Zelia lalu menutupi tubuh gadis itu dengan selimut berwarna putih.
Zelia menatap ke langit-langit ruangan UKS.
"Andaikan kaki gue di amputasi. Trus, hilang..."
Zelia menatap miring dan menusuk ke arah Albarian sontak ekspresi cowok itu berubah menjadi aneh.
"... kepala lo yang akan gue penggal!"
"Ck, tampang kek lo nggak cocok jadi psikopat," ejek Albarian sambil memberikan tatapan dekilnya.
"Gue santet juga lu!" sambar Zelia membuang wajahnya.
Albarian mengambil sebuah kursi besi di dinding dekat pintu lalu duduk di sebelah Zelia.
"Lo nggak masuk kelas?" tabya Zelia.
"Orang pintar mah, bebas," jawab Albarian songong.
"Ntar, kita lihatin siapa yang bakalan jadi, the winner!" tantang Zelia.
Albarian menatap Zelia intens. "Oke! Siapa takut!"
Albarian kembali mengalihkan pandangannya dari Zelia ke sembarang arah. Sedangkan, Zelia mendongak ke langit-langit ruangan.
"Zel?"
"Hm?"
Albarian menoleh ke arah Zelia. "Tatap bola mata gue!"
Zelia menoleh ke arah Albarian. "Buat?"
"Tatap aja! Jangan ngebantah. Gue nggak suka dibantah."
"Hm." Zelia menatap dalam bola mata hitam milik Albarian. Bola mata yang sangat memikat dan menghanyutkan siapa saja yang menatapnya. Bola mata itu sangat indah.
Zelia terbawa dalam ilusi bola mata Albarian. Mereka berdua saling membalas tatapan dengan sangat dalam. Seakan-akan, dunia hanya milik berdua. Tidak ada yang mengusik mereka. Semua terlihat tenang, damai, dan indah.
"Lo jadi pacar gue sekarang."
Mata Zelia terbelalak karena terkejut mendengar ucapan Albarian barusan.
"Tapi-" Albarian memotong ucapan Zelia dengan menempelkan jari telunjuknya di depan bibir gadis itu.
Perlahan-lahan Albarian mendekatkan wajahnya ke wajah Zelia. Sekarang, sebuah kecupan manis menempel indah di bibir gadis itu. Mereka berdua sangat menikmati apa yang sedang terjadi. Zelia hanya bisa pasrah dan menjalani semua dengan semestinya.
Ciuman pertama gue? Sama, Al?
Albarian menjauhkan wajahnya lalu menatap Zelia dalam.
"Gue mau lo jadi pacar gue. Tanpa, penolakan."
_ALBARIAN_
KAMU SEDANG MEMBACA
Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]
Novela Juvenil"Kalau mau cium gue jangan ragu-ragu gitu!" sambar Zelia membuat Albarian mematung diam. "Ciuman gue mahal!" Sungut Albarian. __________________ Baca aja!! Aku tantang kalian membaca part 13 dan 14, kalau nggak suka baru tinggalin kalau suka, baca d...