73. TULIP KUNING

6.7K 592 38
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Tebarkan komen sebanyak-banyaknya!

Part ini lumayan panjang, sih. Lagi nggak pelit kata-kata:v

Aku mau buat target, ya. 250 readers, 45 vote, 50 komen. Kalau tembus aku langsung update!

Happy reading.

***

73. TULIP KUNING

Zelia terus menangis di belakang Davandra. Davandra sesekali melihat ke arah spion motornya. Motornya membelah jalanan yang tidak padat pengendara. Cowok itu tidak mengenakan helm, begitu juga dengan Zelia, sehingga rambut mereka berdua diterpa angin.

Davandra mengambil tangan Zelia dan mengiringnya ke pinggangnya. Cowok itu melingkarkan kedua tangan Zelia di pinggangnya. Lalu menepuknya sayang.

Zelia tersenyum tipis sambil menangis. Gadis itu terus saja menangis saat menaiki motor Davandra. Dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Davandra yang kosong -mencoba untuk mengisinya.

"Tidak baik kalau lo menangis terus," ucap Davandra.

"Tapi, gue tidak bisa," ucap Zelia parau.

"Kenapa lo harus menangis?" tanya Davandra.

"Gue sayang sama Al. Gue nggak mau kehilangan dia, hiks," lirih Zelia.

"Berhentilah memikirkan dia. Dan hiduplah dengan kebahagiaan lo sendiri."

"Kebahagiaan gue adalah Albarian."

Davandra menghela nafas kasar. "Jika, terlalu sulit untuk melupakannya. Carilah orang yang benar-benar mencinta."

Zelia menyeka air matanya. "Tidak ada siapapun yang tulus mencintai gue di dunia ini."

"Ada," ucap Davandra.

"Siapa?" tanya Zelia.

"Gue, gue mencintai lo, Ze. Kalau ada waktu, gue ingin menikahi lo." -tapi itu tidak mungkin. Air bening jatuh dari sudut mata Davandra.

"Gue nggak mau lo berharap lebih, perasaan gue dulu dan sekarang sudah berbeda. Tapi, gue tidak tahu isi hati gue besoknya. Karena Tuhan bisa membolak-balikkan hati seseorang."

"Nanti malam gue akan menjemput lo. Jam tujuh. Gue ingin merayakan ulang tahun lo. Mungkin untuk terkahir kalinya," ucap Davandra. Tanpa, disuruh bulir air bening jatuh dari sudut mata cowok itu.

Zelia mengeratkan pelukannya. "Jangan pergi, gue butuh lo untuk bersandar. Hati gue terasa sakit. Hanya lo teman curhat gue. Gue akan merayakan ulang tahun gue bersama lo, tapi bukan untuk terkahir kalinya."

Zelia kembali mengingat kenyataan yang pahit. "Kenapa Albarian harus menikah dengan Karina? Apakah dia tidak mencintai gue. Gue sangat mencintainya-"

"Cukup! Gue di sini, Ze," potong Davandra.

"Tapi, Gue sangat mencintai Albarian-"

"Gue lebih mencintai lo. Gue sangat mencintai lo melebihi apapun," lanjut Davandra lirih.

"TUHAN! Kenapa takdirmu begitu kejam!!" lanjut Davandra dengan nada deras, hingga membuat beberapa pengendara motor dan mobil menoleh ke arahnya.

"Maksud lo?" tanya Zelia heran.

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang