63. END?

7.3K 536 15
                                    

[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]

Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.

Tebarkan komen sebanyak-banyaknya!

Happy reading.

***

63. END?

"DIAM LO, BANGSAT!" umpat Davandra kesal. Dia mencoba untuk bangkit sambil menahan dadanya yang terasa sesak. Tangannya mencengkram erat jantungnya. "Shh.." 

Davandra berjalan tertatih-tatih ke arah Albarian. Pandangannya terlihat sinis dan menusuk ke arah Albarian

Zelia juga bangkit. Dia hanya berdiri di tempat sambil menatap nanar ke arah Davandra dan Albarian. Gadis itu hanya bisa menangis. Angin laut semakin bertiup kencang, mengusik tiga insan yang tengah berseteru. Raut wajah Zelia terlihat sendu. Betapa bodohnya dirinya sekarang. Bukan bodoh. Tapi, dia bingung. Siapa yang harus dia pilih? Albarian atau Davandra?

Davandra mendorong pundak Albarian dengan satu jarinya. Cowok itu terkekeh miris lalu menatap Albarian enteng. "Gue kasihan sama lo, Al.

Albarian hanya diam saja. Dia mencoba untuk menahan emosinya.

"Sumpah, gue nggak nyangka. Ternyata lo yang bajingan, bukan gue," lanjut Davandra terkekeh miris.

Davandra menyampirkan tangan kanannya di pundak Albarian. Sedangkan, tangan kirinya masih setia memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak saat dia berdiri dan melangkah -menghampiri Albarian.

"Gue udah percaya kalau lo adalah orang yang tepat untuk Zelia. Ternyata, gue salah menduga akan hal itu. Lo bukan orang yang tepat buat Zelia. Lo itu tak lebih dari sampah!"

Albarian menepis kasar tangan Davandra dari pundaknya. Davandra terkekeh miris sambil menaikkan sudut bibirnya yang terluka. "Ck."

Albarian mengeraskan rahangnya sambil mengepalkan tangan kanannya kuat. Zelia yang melihat itu sontak menghampiri Albarian dan mencengkeram erat tangan Albarian. Cowok itu menoleh ke arah Zelia. Zelia menggeleng lemah.

Zelia menatap dalam Albarian. "Udah, gue nggak mau lo berantem lagi. Ingat, apapun yang Davandra katakan. Gue akan tetap menyayangi dan mencintai lo." Zelia tersenyum.

Zelia mengalihkan pandangannya ke arah Davandra yang terlihat menggigit bibir bawahnya kuat, hingga berdarah. Cowok itu menahan kesakitan.

"Dav, lo nggak papa, kan?" tanya Zelia.

Zelia menghela nafas kasar. "Maaf, kalau selama ini gue salah sangka kepada lo. Gue tahu lo orang baik."

Zelia melepaskan genggamannya dari tangan Albarian lalu melangkah -menghampiri Davandra. Gadis itu memeluk erat Davandra. Davandra membalas pelukan Zelia. Seakan-akan dia tidak ingin Zelia menghilang dari hadapannya.

"Gu-gue s-sayang sa-sama lo, Ze," ucap Davandra parau dan terbata-bata.

Albarian mencoba untuk mengerti keadaan. Walaupun, matanya terasa panas. Percuma kalau dia melawan Davandra. Davandra sudah cukup menderita di mata Albarian.

Zelia mengelus sayang punggung Davandra. "Percayalah, jika Tuhan menakdirkan kita untuk bersama. Kita pasti akan berjodoh. Tapi, jika Tuhan menakdirkan kamu dengan gadis lain. Atau, gue dengan cowok lain. Mungkin itu yang terbaik menurut garis takdir Tuhan."

Menurut garis takdir Tuhan!!!!

Zelia melepaskan pelukannya. Dia menyeka darah segar yang masih mengalir dari sudut bibir Davandra. Matanya terlihat sendu. Gadis itu menatap Davandra dalam.

Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang