[Aku yakin, pasti kalian semua tahu bagaimana cara menghargai penulis.]
Jangan lupa vote, coment, dan bagikan ke teman-temannya atau sosmed.
Tebarkan komen sebanyak-banyaknya!
Happy reading.
***
76. STILL IN LOVE
Bugh.
Davandra memukul Bayu di koridor lantai sepuluh, hingga Bayu terhantam ke arah di dinding. Davandra menghampiri Bayu lalu mencengkeram erat kerah baju cowok itu. "Sekarang lo jujur! Siapa yang nyuruh lo!"
"Gue nggak bisa-"
Bugh.
Bugh.
"Jujur sama gue bangsat?!"
Dada Bayu dan Davandra terlihat naik turun. Pipi Bayu sudah penuh dengan luka lebam yang dia dapati dari pukulan Davandra. Davandra benar-benar membabi buta cowok itu.
"Iya! Gue bakalan jujur!" seru Bayu.
Davandra mengeluarkan ponselnya lalu merekam semua percakapan dia dengan Bayu.
"T-tapi, gue takut. Gue takut kalau keluarga gue dibunuh. Gue takut. Gue terpaksa melakukan ini. Gua nggak melakukan apa-apa pada Zelia. Gua tidak menyentuhnya. Gue masih sadar kalau Zelia itu pacar sahabat gue sendiri. Gue nggak mungkin mengkhianati persahabatan gue."
Davandra mengeratkan cengkeramannya. Bayu terlihat tercekat.
"Jujur sama gue, siapa yang nyuruh lo?!" tanya Davandra dengan nada deras.
"K-karina," jawab Bayu gelagapan.
Raut wajah Davandra terlihat kesal. Dia melempar kasar Bayu, hingga Bayu tergeletak di atas lantai.
Davandra langsung membalikkan badannya. Dia kembali ke kamar nomor 1580. Kamar yang di dalamnya ada Zelia. Saat membuka pintu kamar hotel itu, Davandra langsung mendapati Zelia di hadapannya. Zelia langsung memeluk Davandra erat sambil menangis tersedu-sedu.
Davandra melepaskan pelukan Zelia. Cowok itu menyeka air mata Zelia lalu menyampirkan tangannya di pipi Zelia. Dia menatap dalam gadis yang ada di hadapannya itu.
"Sekarang kamu tidak apa-apa. Aku sudah mengetahui semuanya," ucap Davandra.
"T-tapi, aku takut-" ucap Zelia tersedu-sedu.
"Aku di sini. Selagi aku masih hidup, aku akan melindungi kamu. Itu janjiku."
"Albarian mana?" tanya Zelia.
"Aku nggak tahu. Cowok brengsek itu nggak guna. Dia lebih milih ninggalin kamu dan pergi bersama Karina," jawab Davandra.
Zelia tertunduk. "Tapi, aku mencintainya. Aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri."
Raut wajah Davandra terlihat sendu. Hatinya benar-benar sakit saat Zelia lebih memilih Albarian daripadanya. Apalagi dia yang telah berjuang mati-matian selama ini buat Zelia. Bagaimana jika Davandra menghembuskan nafas terakhirnya sekarang? Apakah Albarian dan Zelia bisa bersatu?
Kamu tidak boleh egois, Dav. Dia adikmu, dia berhak mendapatkan cintanya, batin Davandra.
Air bening menetes dari sudut mata Albarian. Zelia menyeka air mata cowok itu. Gadis itu tahu kalau Davandra tidak perlu pertanyaan. Dia langsung saja memeluk Davandra erat.
"Jika, hati kamu hancur, aku siap untuk jadi sandaranmu," lirih Zelia. Dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Davandra.
"Makasih," Davandra melepaskan pelukan Zelia.
"Aku tidak membutuhkan itu karena aku tahu kamu lebih membutuhkannya. Hidupku hanya sebatas waktu. Jika waktu berhenti berdetak untuk jantungku. Maka, aku juga akan berhenti melihatmu tersenyum," lanjut Davandra. "Sekarang, tersenyumlah!"
"Nggak! Aku nggak mau kamu pergi!" tolak Zelia.
"Aku mohon, sekali saja. Sebelum aku benar-benar melepaskanmu dengan Davandra," lirih Davandra.
"Baiklah." Zelia tersenyum manis.
"Cantik." puji Davandra yang membuat Zelia semakin mengembangkan senyumannya.
Tiba-tiba saja bening air mata jatuh dari sudut mata Zelia. Kelihatanya hati gadis itu tengah hancur. "Dav?"
"Hm?"
"Kenapa Albarian lebih memilih Karina?"
Davandra hanya tertunduk. Telinganya terasa panas.
Jangan egois, Dav, batin Davandra.
"Cukup-"
"Aku nggak bisa, Dav. Aku benar-benar menyukai Albarian. Kenapa cintaku dengannya begitu singkat-?"
Davandra menatap dalam Zelia. Matanya terlihat berkaca-kaca. "Ingat saat aku bilang..." jeda Davandra.
"Kalau aku mencintaimu?" lanjut Davandra.
Deg.
Zelia hanya diam dambil tertegun. Gadis itu tidak bisa berkutik. Dia lupa kalau kata-katanya bisa menyakiti Davandra. Sama seperti kata-katanya dulu yang menyakiti Albarian saat di danau dulu. Itu spontan diucapkan oleh Zelia.
"Aku menyesal untuk mengatakan itu pertama kalinya. Andai aku bisa berkata jujur. Sebenarnya, sampai sekarang..."
"... aku masih mencintaimu." -tapi, takdir menolaknya."
Deg.
----oOo----
Spam, next!
See you next part!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Albarian dan Zelia [ Open Pre-order ]
Fiksi Remaja"Kalau mau cium gue jangan ragu-ragu gitu!" sambar Zelia membuat Albarian mematung diam. "Ciuman gue mahal!" Sungut Albarian. __________________ Baca aja!! Aku tantang kalian membaca part 13 dan 14, kalau nggak suka baru tinggalin kalau suka, baca d...