UPDATE LAGI! SIAP SPAM KOMEN TIAP PARAGRAFNYA?
MAU NITIP GOPUD GAK NIH SAMA Ivan Cafėtaria? KOPI TORABILA-NYA KAKA..
CEMILAN DAH SIAP KAN? JARI JEMARI DAH GATEL MAU SPAM KOMEN? 123 CLOSE THE DOT!
~ Happy Reading! ~
***
"Yakin? Sudah bersyukur hari ini?"
***
"Babu ganteng! Cepet jemput gue di rumah sakit kota sekarang ya! Jangan lupa senyum lebarnya ala-ala pramugara yang ada di pesawat gitu. Abis itu, jangan lupa beli Martabak Manis nanti rasa Keju gak usah pake susu. Kejunya harus banyak kalo nggak hukumannya beli dua kardus indomimie rasa Pempek! Catet ya, babu, hihi..."
David terkekeh pelan mendengar Voice Note yang dikirim langsung oleh Jessie. Gadis itu memang selalu bisa membuatnya tersenyum walaupun memang ia terasa terbebani. Tapi bagaimana pun juga, ia harus menjadi pelayan Jessie selama kurun waktu sebulan.
"Dih, siapa tuh yang chat lo sampe senyum-senyum gitu? Boro-boro cewek, HP lu aja sepinya kek kuburan," tanya Altha, meledek.
David memicingkan matanya curiga. "Ngapain juga lo yang susah? Gue gak boleh senyum, gitu?"
"Kak David?"
David dan Altha sontak menoleh ke arah suara panggilan pelan tersebut. Sudah tampak jelas di belakang mereka terdapat Ivan yang sudah berkacak pinggangnya dengan raut wajah marah menatap tajam David, kakaknya.
"Kok bisa sih mobilnya sampai rusak?! Cicilan belum lunas!" Ujar Ivan seraya mendengkus kesal.
"Santai aja kali, Van. Mobilnya kan--"
"Mau santai gimana hah?! Kirain murah ganti bagian depan mobilnya yang sudah hampir ringsek itu?!" Emosi Ivan semakin berapi-api. Sumpah, David belum pernah melihat Ivan semarah ini sebelumnya.
"Ya maaf, Van. Gue nyetirnya kurang hati-hati, makanya ketabrak tiang," cicit lelaki itu.
Ivan berdecak kesal. Waktu bekerjanya tersita habis hanya untuk menyuruh para karyawan mencari derek untuk menarik mobil Porsche kesayangannya yang sudah rusak itu menuju bengkel mobil khusus yang letaknya sangat jauh dari tempat David meninggalkan begitu saja mobil tersebut di depan bengkel dekat rumah sakit.
"Kakak ngapain juga ke rumah sakit?" Ivan menarik salah satu kursi dan memakainya untuk duduk di samping David. Jiwa makannya seketika memanas saat kedua netranya bertemu tatap langsung dengan sepiring kue tar kecil rasa mangga yang terlantar tanpa ada yang menggubris permintaan kue tersebut untuk segera disantap.
"Nih, makan dulu," ujar David sembari menyodorkan piring kuenya kepada Ivan yang menatap kue tersebut seperti singa yang kelaparan. Ivan pun langsung salah tingkah.
"Kenapa?" Tanya Altha, jail.
"Cowok juga bisa salting ternyata," sindir David.
Ivan mencebikkan bibirnya kesal. "Apaan sih, gue minta sepuluh piring juga bisa. Bukan satu potong gitu doang,"
David terkekeh pelan. "Lo yang jual pelit amat bagi kue sekecil gini harganya lima puluh ribu. Nambahin jigong aja ini mah," ia menyantap kue tar tersebut dalam satu suapan. Lagi-lagi jatuhnya demi menistakan Ivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Memories [END]
Teen FictionEND (TAMAT) PART MASIH LENGKAP ~~~ Jessie Adeline Farasya. Agak tomboi, tapi bisa feminim berhubung langsung dengan keadaan moodnya. Gadis biasa yang harus menerima sebuah konflik percintaan yang rumit dalam hidupnya setelah terlibat sebuah kecelak...