8. Sebuah Alasan

2.6K 553 381
                                    

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA UNFORGETTABLE MEMORIES!

JANGAN LUPA UNTUK VOTE
DAN KOMEN

~ HAPPY READING!~

***

"Please, berhenti sok dingin di depan gue,"

***

DAVID menyantap sepiring kue tar cokelat yang dibawakan Satria. Beberapa kali ia melirik Satria yang sedang fokus menatap layar laptop di dalam mobil.

"Sini, Sat. Makan dulu," ajak David seraya membuang piring dan sendok plastik bekas kue tar cokelatnya ke dalam kantong kresek.

"Oh, maaf Tuan. Saya masih banyak kerjaan," sungkannya seraya membenarkan kacamatanya.

David masuk ke dalam mobil dan menatap layar laptop yang dipegang Satria. "Sudah ah, kerjaan aku jangan diurusi dulu."

"Tapi, semua ini belum selesai. Belum lagi, saya harus mengirim semua ini ke perusahaan." Ujar Satria.

Selama ini, Satria yang mengurusi semua pekerjaan David yang tak jauh-jauh dari perusahaan yang kini dipegang Marina. David sendiri malas mengerjakannya. Jadi, ia menambah gaji Satria tiap bulannya.

"Biar saya yang lanjutkan, kamu coba cari kayu bakar di sekitar sini." Ucap David seraya merebut laptop miliknya.

"Tuan mau berkemah? Harus saya bilang ke Nyonya?" Tanya Satria.

David menggeleng. "Iya. Kamu bawa tendanya kan?"

"Ada di belakang." Satria sudah menduganya. David tak pernah tak berkemah jika mengunjungi Bukit yang tersembunyi dari kota.

"Ya sudah, nggak usah bilang ke Mama. Bilang aja, aku lagi di hotelnya Mama, nginep disana."

Satria mengganguk sambil menyiapkan tenda dan beberapa alat kemah lainnya.

***

AWAN mendung tersebar di langit. Rintik-rintik hujan sudah mulai turun. Jessie sudah siap dengan payung dan jas hujannya sebelum berangkat sekolah.

Laura sudah berangkat kerja lebih dulu. Jessie tak mau diantar Laura kali ini. Ia ingin merasakan jalan kaki menuju sekolah yang belum pernah ia rasakan.

Hujan mulai deras. Jessie memelankan langkahnya karena tak sanggup membawa payung yang terus menerus menahan air hujan. Angin bertiup kencang membuat payung yang digenggam Jessie terbang dan jatuh tak jauh dari letaknya.

Jessie mengambil payungnya dan kembali berjalan menuju sekolah. Hingga angin bertiup lebih kencang dan membuat tubuh Jessie menggigil kedinginan.

Hujan kok ngeselin? Lagi bete ya? Batin Jessie dalam hati.

Jessie meneduh di dekat halte. Masih jauh dari sekolah. Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06:25 WIB. Lima belas menit lagi bel masuk akan berbunyi. Sedangkan, ia sudah pasrah dan tak sanggup lagi berjalan.

Jessie memberanikan diri untuk kembali berjalan. Tiba-tiba, mobil sedan berwarna putih melaju kencang di sampingnya dan membuat Jessie terkena cipratan dari genangan di jalanan. Sontak, ia terkejut hingga terjatuh.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang