7. Cerita Lama

2.8K 577 407
                                    

TERIMA KASIH BUAT
YANG SUDAH MEMBACA!!

~ HAPPY READING! ~

***

"Benci lebih mudah dilakukan daripada mencintai,"

***

JESSIE menatap Agam bahagia. Kakaknya yang sudah dua hari koma bisa tertawa kembali. Beberapa kali mereka bertukar cerita walau hanya berdua di ruangan kamar inap Agam sekarang.

Tebersit tentang David, Jessie langsung menanyakan informasi tentang cowok itu ke Agam yang sedang menikmati sepiring mie goreng.

"Gam, lo tau tentang David?"

Mata Agam membulat ketika mendengar pertanyaan Jessie. "Kenal, kenapa? Dia nyakitin lo?" Tanya Agam seraya menyeruput mie gorengnya.

"Nggak sih. Dia sempet dirawat disini. Gue kenalan sama dia. Dia ramah lho sama gue waktu itu. Tapi, gue nggak tau kenapa dia tiba-tiba aja anggap gue kayak angin," curhat Jessie yang membuat Agam menjadi pendengar yang baik. Biasanya, cowok jangkung itu paling malas mendengar curhatan adiknya yang menceritakan kehidupannya di sekolah.

"Mending lo nggak usah deketin dia. Nggak ada gunanya deketin cowok gak tau diri itu," nada Agam yang kelewat dingin membuat Jessie mengenyitkan dahinya tak mengerti.

"Lah, memangnya kenapa si David? Dia kayak dukun gitu makanya gue nggak boleh deketin dia?" Tanya Jessie sewot.

Agam berdecak pelan dengan tatapan tak suka ke arah Jessie. "Gue gak mau lo deketin dia, dia itu buk-"

"Ya ampun, Agam! Kenapa kamu makan mie goreng? Kan kamu masih gak boleh makan sembarangan dulu," seorang perawat dengan nakas di tangannya tergopoh-gopoh menghampiri Agam.

"Yaelah, cuma makan ini doang Mbak Laras," ujar Agam sambil menampilkan cengiran lebarnya.

"Oh, saya Laras." Perawat itu menyodorkan tangannya pada Jessie sambil tersenyum.

"Jessie."

"Agam, kalau kamu besok masih makan mie goreng beginian, kamu bisa-bisa sakit perut lho. Baru bangun sehari dari koma perut dikasih makanan berat begitu sudah pasti perutnya jadi sakit nanti," Laras meletakkan beberapa obat-obatan dan segelas air mineral di atas meja kecil yang terdapat di samping ranjang.

"Bilang aja kamu khawatir, Mbak. Saya kan ganteng kagak karuan," goda Agam yang membuat pipi Laras memerah.

Jessie bisa menebak. Laras masih cukup muda. Wajahnya masih berkesan remaja di matanya dan berbeda dengan kebanyakan perawat yang acuh tak acuh dengan pasiennya.

"Tunggu aja, perut kamu pasti mules nanti," ujar Laras sambil tersenyum sinis.

***

DAVID melajukan motor ninjanya di jalanan sepi yang jauh dari pinggiran kota. Ia memberhentikan motornya di atas sebuah bukit.

David melepaskan helm fullface miliknya dan berjalan beberapa langkah seraya membawa sebuah buku tebal milik ayahnya. Ia menatap hamparan luas kebun bunga matahari yang ada di bawahnya. Ia membuka kursi lipatnya yang ia bawa seraya menatap langit yang semakin senja.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang