11. Setia?

2.1K 452 210
                                    

HAI! APA KABAR SEMUANYA!
AKHIRNYA BISA UPDATE
TEPAT WAKTU LAGI : )

~ HAPPY READING! ~

***

"Tak ada hati yang
mengkhianati rasa,"

***

Tok... Tok...

Jessie mengetuk dinding gudang berkali-kali. Sudah beberapa jam dia dikurung di gudang. Padahal, waktu belajar sudah berlangsung dan akan memasuki waktu istirahat.

Kriing!

Waktu istirahat telah tiba. Dari salah satu celah, Jessie bisa melihat banyak siswa yang berhamburan memenuhi koridor belakang sekolah yang kebanyakan kakak-kakak kelas dua belas.

"Tolong, aku dikunci!" Ucap Jessie seraya mengetuk kayu dinding berkali-kali hingga salah satu orang mendengarnya dan bergerak mendekati gudang hendak membuka pintu.

"Ya elah, kok bisa dikunci itu lo ngapain? Beruntung gue baik hati, kalau gak udah gue biarin lo dikunci disini," ucap kakak laki-laki itu sambil membukakan pintu kebebasan untuk Jessie.

Jessie melengkungkan bibirnya membentuk senyum. "Makasih, kak." Ucapnya sambil buru-buru pergi menuju kelas.

Jessie menghela napas panjang ketika sesampainnya di kelas. Dinda dan Disa yang sedang mengobrol ria langsung menghampiri Jessie yang berdiri di ambang pintu.

"Lo dari mana aja sih, Jes? Gue sampe khawatir banget lho," ujar Dinda sambil memasang raut wajah khawatir.

"Sebenernya, gue ngerasa kalian bahagia tanpa gue." Entah mengapa, Jessie begitu nekat melontarkan ucapan itu. Sontak, Dinda dan Disa langsung terbelalak.

"Kok elo ngomong begitu sih, Jes?" Tanya Disa dengan tatapan tak percaya dengan ucapan Jessie tadi.

"Ya ampun, Jes! Lo pikir kita nusuk lo dari belakang? Kita setia sama lo. Kita semua khawatir, bahkan nyari lo kemana-mana." Tambah Dinda.

"Nggak usah ngelak deh, mana ada khawatir tapi malah bisa ketawa-ketiwi tanpa gue," Jessie mengeluarkan surat yang dititipkan Dinda kepadanya agar dikirim ke Adam, "Gue belom sempet punya waktu ngirim surat, mending pakek perangko dulu."

Jessie membalikkan badannya hendak keluar. Namun, Disa menahannya dan menariknya agak kasar.

"Lepasin gak!"

"Lo terlalu naif untuk kami," ujar Disa dengan nada dingin. Dinda langsung menyikut lengannya dan melotot tajam ke arahnya.

Dinda beralih menatap Jessie yang membeku dan mencari alasan. "Eh, anu... Jes--"

"Stop, gue memang terlalu naif buat kalian. Gue terlalu mudah buat ditipu. Dan gue, terlalu mudah untuk dikendalikan layaknya robot oleh racun berbahaya," Jessie menarik napas sejenak, lalu terkekeh sarkastis. Ia baru saja memancing kedua orang yang ia pikir sahabatnya untuk membongkar semuanya.

"Memang, sekarang susah buat mencari orang yang setia," Jessie melepaskan tangannya dari genggaman Disa dengan mudahnya dan berlari keluar kelas. Dinda hendak mengejarnya, namun Disa dengan cepat menghentikannya.

"Biarin aja, kita memang nggak setia sama dia," ujar Disa.

***

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang