46. Persiapan Pertempuran

898 101 1
                                    

ADA KACA MECAHIN POT
UDAH BACA JANGAN LUPA VOTE!

YAUDAH, SEBAGAI MANUSIA
YANG BAIK HATI DAN TIDAK SOMBONG, KALIAN BISA LANGSUNG BACA PARTNYA YAW!

SEBENTAR KASIH RACUN
COGAN BENTAR BUAT
MEMO-RABLE TERSAYANG!

TAPI BOONG :V

~ HAPPY READING! ~

***

"Jangan buat dia terluka terlalu dalam. Karena, tidak semua manusia itu pada dasarnya kuat menanggung semua beban,"

***

TATAPAN mereka teralihkan oleh suara cempreng dan memekakkan yang keluar dari mulut seorang cowok yang tak perlu lagi ditanyakan kesetiannya kepada David. Ya, dia lah Altha Emanuel. Sohib David semenjak pertemuan awal mereka saat SMA.

Altha dengan motornya menepi di dekat halte. David berdiri dari atas tempat duduk dan mulai mendekati Altha yang sedang melepaskan jas hujan dan helmnya.

"Ngapain?" tanya David tanpa basa-basi.

Altha menyengir lebar, saking lebarnya mungkin mengalahkan senyum manis Kekeyi. Mungkin kalian harus melihatnya.

"Gak papa, lagian lo ngapain tuh sama adek kelas? Dingin-dinginan lagi. Gelap juga," ujar Altha yang membuat mereka ambigu.

Pletak!

David menjitak kasar kening sahabatnya itu hingga terlihat bekas merah di pelipis Altha. Yang terkena imbasnya pun meringis kesakitan memegang kepalanya yang sakit.

"Woy lah! Sakit, bego!" teriak Altha, kesal.

"Bodoh," jawab David dengan singkat, padat, dan jelas. Sangat berbeda kalau lelaki itu sedang berinteraksi langsung dengan Jessie. Tak mungkin David akan terlihat kasar dan dingin seperti ini. Apalagi dengan wajah yang datar serta menakutkan.

Jessie hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Altha yang mencerocos tidak jelas mengomeli David seperti Ibu-ibu komplek di rumahnya. Ia membuka ponselnya sekali lagi untuk memastikan jam saat ini. Kedua bola matanya membulat saat mengetahui sekarang sudah hampir pukul setengah tiga sore.

Dengan gerakan secepat kilat, Jessie memasukkan ponselnya ke dalam tas ranselnya agar tidak terkena air hujan. Ia memutuskan untuk tidak pamit lagi kepada David karena cowok tersebut fokus berdebat sesuatu yang tidak penting dengan Altha.

Kini, Jessie menikmati setiap tetes air hujan yang turun membasahi sekujur badannya. Ia memeluk tasnya sambil sesekali bersenandung ria menyanyikan lagu-lagu barat yang ia hafal. Ralat, tidak hafal sepenuhnya, sih. Kalimat-kalimat yang tak ia hafal akan ia nyanyikan dengan asal-asalan.

Jessie mengadahkan kepalanya ke atas langit. Menutup matanya sambil menarik napas panjang untuk mencium bau hujan yang khas menusuk indra penciumannya. Belum lagi, angin yang berhembus kencang juga menusuk kulitnya.

Tiba-tiba saja, Jessie merasakan air hujan tidak lagi turun membasahi badannya. Ia membuka kedua bola matanya untuk memastikan. Ternyata, sebuah payung hitam besar menutupinya.

"Jangan main hujan-hujanan. Nanti lo sakit. Siapa juga nanti yang repot kalau bukan gue? Nanti lo suruh gue beli obat demam, terus kompres lo pakai air hangat, belum lagi bikinin lo teh panas," omel David dengan nada yang tegas.

Jessie mencebikkan bibirnya sebal. Jujur saja, ia memang matre. Tapi, tidak seperti kebanyakan cewek-cewek matre kebanyakan, kok! Kalian juga akan melakukan hal yang sama bukan jika seorang cowok kaya raya menyukai kalian dan se-bucin itu? Halu saja lah dulu, berdoa agar hidup kalian juga bisa seberuntung Jessie.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang