2. Takdir

5.2K 886 729
                                    

TERIMA KASIH SUDAH
MEMBACA!!

JANGAN LUPAKAN UNTUK
SELALU MENGIKUTI
CERITANYA!

~ HAPPY READING! ~

***

"Tampan tanpa akhlak? Lebih baik orangnya terlihat bodoh tapi mau melindungi ketika kamu terpuruk,"

***

DAVID membuka matanya perlahan. Ia memutar bola matanya ke arah kanan yang terdapat Marina yang sedang duduk di sampingnya.

"Mama?" David memegang tangan Marina. Marina tersenyum dan mengelus pelan kepala putra semata wayangnya itu sekaligus orang yang akan menemaninya sampai akhir hayatnya.

"Kata dokter, kamu sudah mulai pulih. Kamu boleh jalan-jalan keliling rumah sakit sendirian," ujar Marina dengan senyum manisnya.

"Kamu mau jalan-jalan?" Tanya Marina.

David mengganguk dan menginjakkan kakinya ke lantai. Sambil ditemani Marina, David leluasa berkeliling rumah sakit.

Drrtt...

Terdapat notifikasi baru di atas layar ponsel Marina. Perempuan bermata biru itu langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Wajahnya berubah serius seketika.

"Kenapa, Ma?" David yang sedari tadi berjalan duluan berbalik arah mendekati Marina.

"Mama harus datang ke acara penting perusahaan. Kamu tau, perusahaan kita sudah sampai ke luar negeri. Jadi, banyak perusahaan yang mau bekerja sama," jawab Marina seraya merangkul bahu David.

"Kamu Mama tinggal nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Marina dengan wajah dan nada suaranya yang sedang khawatir.

David tersenyum seraya menggeleng pelan. "Ya sudah, Mama siap-siap aja,"

Marina mencium kening putranya dan bergegas meninggalkan rumah sakit. David tak merasa akan sedih atau kesepian. Karena ia tahu, dirinya bukanlah seorang balita lagi.

Keluarga David adalah pemilik perusahaan terkenal di Indonesia dan sekarang sudah go international. TriStar corp mencakup hotel, pusat perbelanjaan, dan beberapa taman hiburan yang terkenal di Indonesia. Sejak kematian ayahnya David beberapa tahun lalu, Marina terpaksa menjadi pengganti suaminya sebagai tulang punggung keluarga kecilnya.

David duduk termenung seraya menatap pepohonan rindang di hadapannya. Suasananya asri dan menyejukkan. Setidaknya, pagi ini ia merasa rileks.

***

"AGAM!" Jessie memanggil sosok lelaki yang selalu membuatnya seperti api yang membara.

"Gue tau gembel," Agam mengeluarkan diri dari dalam rumah dan segera memakai sepatu.

"Seenggaknya, sepatu gue nggak kayak ceker ayam," cibir Jessie dengan nada angkuh.

Setelah memakai sepatunya, Agam bergegas menuju garasi dan mengeluarkan vespa berwarna biru kesayangannya yang merupakan hadiah ulang tahun Ayahnya saat berumur enam belas tahun.

"Buruan naik!" Ucap Agam seraya menyalakan vespanya.

Jessie menurut dan naik ke atas vespa Agam. Cowok itu langsung menginjak gas dan melaju di jalanan perumahaan yang masih sepi.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang