55. Kemarahan

530 63 0
                                    

HAHA, APA KABAR KALIAN DI HARI YANG MELELAHKAN INI? MASIH LAMA LAGI REBAHANNYA? BANGUN DULU YOK YANG PRODUKTIF ZHEYENGG...

HAPPY 40K READERS-!!
SEMOGA KE DEPANNYA BISA LEBIH LAGI, AAMIIN. KAYAK CITA-CITA AKU YANG MAU PUNYA BANYAK ORANG YANG JUTAAN BACA CERITAKU. SEMOGA KECAPAI WKWK...

MAKANYA! BANTU SHARE CERITA INI LAH! KALAU GADA WATTPAD, SEENGGAKNYA SUPPORT PENULIS DENGAN VOTE DAN KOMEN KALIAN :)

~ HAPPY READING! ~

***

"Bahagia aku, bila bersamamu,"

***

D

AVID menatap kaca jendela sendu. Ia mengadahkan kepalanya ke atas langit Rusia yang sedang hujan salju malam itu. Suhu dingin menusuk tulangnya membuat tubuhnya sangat kedinginan.

Sebenarnya, sudah ada perawat yang mengingatkan David untuk tetap di ranjang agar untuk beristirahat bersama selimut tebal yang hangat. Sayang, David sedang bebal malam ini.

Cowok itu menyeruput teh hangat untuk menghangatkan tubuhnya. Ia menatap pemanas yang masih berfungsi baik di dalam kamarnya. Walau begitu, ia masih merasa kedinginan.

Ceklek.

Pintu terbuka. David tak mengindahkan siapa pun orang yang masuk ke dalam kamarnya selarut ini. Ingin itu dokter, perawat, atau Marina serta keluarga Irene yang menyebalkan itu ia tak peduli.

David, kenapa keluar dari tempat tidur?"

David langsung mengetahui suara yang sangat familiar di telinganya. Ya, suara Marina yang memang terdengar lemah lembut. Namun di baliknya, tersembunyi sesuatu yang besar dan tentu menyiksa.

"Gak papa," jawab David, sekenanya.

"Ya ampun, sudah malam begini masa David belum tidur? Ayo, besok kan mau kemoterapi. Kondisi badan kamu harus fit," ujar Mina yang ada di sana juga bersama Irene.

David bangkit dari kursinya. Ia membalikkan badannya menatap tiga perempuan tersebut datar dan dingin. Dengan pelan-pelan, ia mendekati ranjangnya dan mulai merebahkan tubuhnya.

"David! Kamu gak sopan kayak gitu. Disini ada Tante Mina dan Irene lho," tegur Marina.

David mendengkus sebal. Ia menarik selimutnya dan tak menggubris teguran Marina.

"DAV--"

"Udah kali, Mar. Pasti David masih kelelahan hari ini. Mendingan aku dan Irene pulang aja hari ini," sela Mina.

YEAYYYY!! sorak Irene dalam hati.

"Aduh, gak enak nih sama kamu. Maaf ya dengan sikap David yang kekanakan," ucap Marina.

Kekanakan? Ah, David benar-benar tak merasa tersinggung. Ia menjadi pembangkang karena semua adalah salah Marina. Ibunya lah yang mengubah dirinya menjadi seperti ini.   Andai media tahu tentang sifat asli Marina yang seperti ini. Rasanya akan sangat puas sekali.

"Gak usah minta maaf, Mar," ucap Mina seraya menatap David. "Tante pulang dulu ya, David."

David tak menggubrisnya. Ia memilih untuk tetap tutup telinga dan berpura-pura tidur untuk saat ini. Ia takkan mau lagi berkomunikasi dengan keluarga Irene bahkan Marina. Semuanya orang jahat di matanya.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang