43. Perjodohan Paksa

903 93 6
                                    

BAIK BANGET GAK SIH
SAYA UPDATE SECEPAT INI?

ADA NIATAN MAU BUAT JADWAL UPDATE LEBIH CEPAT SEKARANG. MAU NURUTIN KATA KALIAN AJA DEH EHE :^

OH IYA, BUAT YANG KEMBALI DARING, JANGAN LUPA TUGASNYA DIKERJAIN! JANGAN BACA WATTPAD DULU YA! ISTIRAHAT JUGA TERATUR, JANGAN BEGADANG TERUS WALAUPUN AKU SENDIRI SERING UPDATE DIATAS JAM SEMBILAN MALEM 😜😶

~ HAPPY READING! ~

***

"Bahkan seburuk-buruknya manusia, mereka masih memberimu sebuah pelajaran," ~Habib Ali Zaenal Abidin Al Kaff

***

"BAKSONYA kakak," sapa Mang Ujang yang merupakan pemilik warung gerobak bakso tersebut. Aksen sunda pria paruh baya itu membuat tiga pasang mata menoleh ke asal suara. Tiga mangkuk bakso dengan teh hangat pun terhidang di atas meja pesanan mereka.

"Makasih, Mang," jawab ketiganya.

Jessie mengambil mangkuk miliknya untuk bersiap-siap ia santap sekarang. Namun, Wisnu langsung menghadangnya. Lelaki itu justru yang menyodorkan mangkuk bakso tersebut beserta teh hangat ke hadapannya. Sial, hatinya sudah dugem sekarang.

"Makasih," jawab Jessie sambil menarik seulas senyum tipis.

Wisnu hanya menjawabnya dengan anggukan. Setelah itu, tidak ada lagi interaksi di antara mereka bertiga. Mereka semua dalam keadaan canggung sekarang. Apalagi, ketika Agam menatap terus Wisnu yang membuat tentu Wisnu menjadi merasa risih.

"Jangan banyak-banyak sambelnya. Inget, kamu punya lambung," peringat Wisnu ketika mendapati Jessie sedang menuangkan lima sendok sambal ke dalam mangkoknya.

"Adek gue emang punya lambung. Jadi, lo pikir dia makan pake apa?" ucap Agam.

Wisnu sedikit tertegun menyadari kebodohannya. Maksudnya, Jessie memiliki penyakit mag yang bisa kambuh kapan saja. Itu yang ia maksud. Bukan perihal Jessie memiliki lambung atau tidak.

"Emm... maksud saya--"

"Apaan sih, anjir! Gak usah sok sopan di depan gue. Aslinya juga malu-maluin kok," sela Agam seraya menarik smirk andalannya ketika menatap Wisnu mengembuskan napas panjang. Sebentar lagi, pancingannya pasti akan berhasil.

"Iya, Wiwin. Makasih perhatiannya," Jessie akhirnya membuka suara yang membuat otot leher Wisnu yang mengencang ingin meninju wajah Agam langsung melemas. "Aku sayang kamu." lanjutnya sambil melakukan kiss bye.

"Love you, too," balas Wisnu dengan senyum indahnya yang menampilkan deretan gigi rapi dan putih miliknya. Tentu saja pastinya, Jessie merasa insecure dengan gigi  kekasihnya yang sangat bersih dan mengkilap. Sedangkan ia saja gosok gigi hampir tidak pernah.

"Kok elo malah jadi belain si kambing ini sih?!" ujar Agam tak terima harus menjadi nyamuk lagi dan lagi. Lelah sudah ia berada di posisi ini. Mau di sekolah atau pun di rumah rasanya tetap saja.

"Nama saya Wisnu, kak. Bukan kambing," mendengar kata-kata polos yang keluar dari mulut Wisnu membuat Jessie selama itu harus menahan tawanya yang ingin pecah. Aneh rasanya menemui sikap Wisnu yang polos dan lucu seperti sekarang.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang