48. Harus Pergi

746 82 0
                                    

NIATNYA DOUBLE UPDATE SIH
KEMARIN. CUMA SUSAH
BANGET HUAAA :(

OGHEY, DI PART KALI INI, AKU
MENYARANKAN KALIAN BUAT
RAMEIN KOMENNYA. KENAPA? KARENA BUAT YANG BERUNTUNG BAKALAN DAPET HADIAH NIH MWEHEHEHEHE~

RAMEIN KOMEN GRATIS KOK! BIASAKAN JANGAN JADI SILENT READERS YA BNGST!

[BNGST = ABANG SATE]

~ HAPPY READING! ~

***

"Aku harap, ada yang bersedih
saat nantinya aku akan pergi,"

***

"PELAN-PELAN AJA DONG! LIAT NIH, KELUAR KAN AIRNYA!"

"Itu oli, kak. Motor kakak kayaknya kena sesuatu deh di jalan, makanya botol oli kakak di dalam jok jadi tumpah," ujar seorang anak kecil yang sekitar berumur tujuh tahun seraya turun dari atas motor yang dibawa oleh Agam tersebut.

"YA KOK BISA?!" ucap Agam dengan raut wajah panik ketika botol oli di dalam jok motor semakin banyak mengeluarkan cairan berwarna hitam.

Wisnu berdecak sebal. Untung saja, ia belum melakukannya. Khilaf dah!

"YA AMPUN, JIOOO!" Jessie tersenyum lebar kala melihat anak kecil yang dibawa oleh Agam adalah Jio, sepupunya yang berasal dari luar kota.

"Kak Jessie!" sapa Jio seraya mendekati Jessie, lalu memeluknya erat.

"Dah gede ya, sekarang," ujar Jessie sembari membawa tubuh Jio ke dalam gendongannya walaupun terasa berat.

Wisnu memutar bola matanya jengah. Itu hanya anak kecil, kan? Sedangkan dia? Dipeluk saja rasanya jarang sekali, apalagi oleh Jessie! Iri setengah mati, pokoknya.

"Ada apa? Gue tau pasti bukan masalah yang penting, kan?" tanya Agam yang sedang membersihkan bekas oli yang menempel pada sela-sela motor menggunakan kain.

"Anda katarak, ya?"

Agam beralih menatap Wisnu yang masih terkulai lemah. Jadi, ia menempuh perjalanan hampir sepuluh menit hanya untuk melayani seorang cowok tukang onar dan berandalan di sekolahnya? BIG NO, ALWAYS!

"Itu doang?" Agam berdecih pelan seraya melirik Wisnu dengan tatapan meledek.

Wisnu tahu, orang yang dimaksud oleh Agam pastinya adalah dia. Ia berdiri tegak sambil menyugar rambutnya yang basah terkena air hujan. Perlahan, ia mendekati Agam dengan tatapan tajam.

"Kenapa, lo? Cie, cowok kok baperan," Agam malah semakin bodoh. Seakan-akan kakak Jessie tersebut seperti masuk ke dalam kandang singa yang kelaparan.

Wisnu tidak meluapkan amarahnya seperti yang biasa ia lakukan. Mungkin saja, ini efek obatnya yang baru saja ia konsumsi setengah jam yang lalu di markas sebelum kemari.

Perhatian Jessie mulai teralihkan. Setelah berbincang singkat dengan Jio, ia langsung menurunkan anak kecil laki-laki tersebut dan buru-buru melerai Agam dan Wisnu untuk mencegah sesuatu yang lebih parah nantinya.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang