HAI GUYS! TERIMA KASIH
SUDAH MAU MENUNGGU!
JANGAN LUPA VOTE DAN
KOMEN, KALO GAK BISA
LEBIH BAIK BAGIKAN DAN
REKOMENDASIKAN CERITA
INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.~ HAPPY READING! ~
***
"Yang lo liat hanya realita, tapi
nggak seperti ekspetasi,"***
DAVID membuka pintu mobilnya dan menatap gedung club yang ada di hadapannya. Sudah lama dia tak datang kembali kesana semenjak Marina melarangnya.
David menenggak bir segelas besar hingga tak tersisa. Saat itu juga, kepalanya pusing. Namun tetap saja, ia menuangkan bir ke dalam gelasnya dan hanya menenggaknya setengah.
"Vodka satu." Ujar David kepada salah satu bartender.
"David, kamu yakin gapapa? kamu dateng kesini lagi pasti ada masalah. Cerita aja," ucap bartender tersebut sambil menyodorkan sebotol vodka.
"Gimana ya, To. Gue nggak tau harus milih minta maaf atau tetap cuek sama dia..." David tak melanjutkan kata-katanya. Kini, dirinya sudah dalam keadaan mabuk.
Tito--nama si bartender--dengan sigap membantu David berjalan hingga ke luar club dan memasukannya ke dalam mobil.
"To... gue minta lo jawab--" tubuh David langsung melemas membuatnya tak mungkin dapat menyetir. Tanpa pikir panjang, Tito segera mengemudikan mobil milik David dan membawanya pulang. Dia pernah melakukannya ketika David masih jauh dari kata dingin.
Kejadian itu sudah dua tahun yang lalu.
Sesampainya di rumah David, Tito langsung bergerak membantu David berjalan hingga di depan pintu. Pintu tersebut dikunci dari dalam. Bertanda Marina sudah pulang kerja.
"Aduh, gue harus gimana?" Gumam Tito.
Tito memencet bel berulang-ulang. Hingga akhirnya seorang wanita paruh baya membuka pintu dan terkejut melihat putranya yang sudah tak berdaya.
"Tito?" Tebak Marina.
"Iya, Tante. Saya tadi melihat David mabuk di club. Jadi, saya bawa dia kesini." Ucap Tito seraya membaringkan tubuh David di atas sofa ruang tamu.
"Sekali lagi, terima kasih. Perlu saya anter ke--"
"Gak usah, Tante. Saya balik jalan kaki saja. Permisi," pamit Tito.
Marina mengantarkan Tito hingga ke depan gerbang. Ia tahu, Tito yang membantu David dua tahun yang lalu. Jika disana tak ada Tito, mungkin kini David sudah berada di pemakaman.
***
JESSIE memasuki gerbang sekolah dengan santai. Dia kembali memilih berjalan kaki dan beruntungnya dia bisa sampai di sekolah tepat waktu. Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan jam 06.30 WIB.
"Selamat pagi!" Jessie memasuki kelasnya dengan senyum ceria dan hanya disambut hangat oleh kedua sahabatnya.
"Jes, gue minjem buku tulis apa aja punya lo dong," pinta Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Memories [END]
Teen FictionEND (TAMAT) PART MASIH LENGKAP ~~~ Jessie Adeline Farasya. Agak tomboi, tapi bisa feminim berhubung langsung dengan keadaan moodnya. Gadis biasa yang harus menerima sebuah konflik percintaan yang rumit dalam hidupnya setelah terlibat sebuah kecelak...