58. Drop Out

448 68 13
                                    

YUHUUU!! ASYIK GAK NIH
UPDATENYA KAYAK LAGI
DIKEJAR-KEJAR MANTAN?!!

KALIAN MANA TAU RASANYA NULIS
3000++ KATA DALAM SEHARI. MAKANYA DONG, SUPPORT AKU
DENGAN VOTE, DAN RAMEIN KOLOM KOMENTARNYA!

JANGAN LUPA JANGAN SHARE CERITANYA KE TEMAN-TEMAN
KALIAN YAWW!!

INGAT! TERUS JAGA KESEHATAN, TERAPKAN 3M. SEMOGA KITA BISA BERTAHAN MELEWATI PANDEMI INI.

~ HAPPY READING! ~

***

"Semua berubah ketika kamu datang dalam hidupku. Ya, hidupku yang tenang ini terkena kutukan olehmu,"

***

SAAT ini, satu sekolah di buat gempar dengan peristiwa penganiayaan yang di alami oleh Jessie. Hari Senin yang seharusnya tenang itu, berubah menjadi hari yang sangat mencekam.

Semua orang terkejut bukan main melihat adegan berdarah di hadapan mereka semua. Darah segar yang jumlahnya cukup banyak itu mengalir dari bahunya. Semuanya diam membeku sambil melihat darah yang terus menetes.

Ya, Nasya menikam Jessie dengan pisau lipatnya. Tepat di bahu sebelah kanannya.

Jessie terpaku melihat pisau yang tertancap di bahunya itu. Ah, rasanya seperti deja vu saja. Ia langsung mengingat bagaimana saat Wisnu juga pernah merasakan hal yang sama sepertinya yang ia rasakan sekarang.

Rasa sakit sama kali tak terasa. Tangannya terasa kebas. Jessie menatap darah segar yang terus mengalir membasahi seragam putihnya yang di penuhi oleh bercak darah dimana-mana.

Nasya tertawa keras. Ia melepaskan tangannya yang menggenggam pisau lipat itu membiarkannya begitu saja. Ia melihat semua orang yang menatapnya tak percaya, termasuk teman-temannya.

"J-jessie..." lirih Dinda. Ia sangat ketakutan.

Jessie mendongak menatap Dinda. Ia menarik seulas senyum tipis. Bagaimana bisa ia tenang di saat dirinya sedang dalam keadaan seperti ini?! Bukannya panik atau menangis seperti kebanyakan orang bila bernasib sama seperti dirinya sekarang.

"RASAIN ITU! BARU PISAU KECIL GITU DOANG, BESOK GUE BAWA GOLOK SEKALIAN BUAT MUTUSIN TANGAN LO!" ujar Nasya di iringi oleh suara tawanya yang semakin membesar.

"E-eh, Buk. Itu Jessie di tusuk kok diem-diem aja kayak film India," celetuk seorang murid yang berdiri di samping Bu Tania.

Jessie tersenyum. "Gue gak tau salah gue apa. Tapi, rasanya gak begitu sakit sih," ucapnya.

Nasya hendak bergerak untuk memukul Jessie kembali. Namun, dengan sigap beberapa murid laki-laki langsung menahannya.

"LO ITU YANG MEREBUT DAVID DARI GUE!! KENAPA LO GAK SEGERA SADAR?! LO YANG MEMBUAT GUE HARUS LAKUIN IN!" ujar Nasya.

Benar, Jessie harus bersyukur itu hanya lah pisau kecil. Perlahan-lahan, ia baru merasakan rasa sakit yang teramat perih. Entah seberapa jauh ujung pisau itu menusuk dagingnya.

"Jessie! Gue mohon tahan sebentar!" ujar Dinda sambil menenangkan Jessie yang meraung kesakitan.

"S-sakit..." lirih Jessie.

Unforgettable Memories [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang