HEYYO SEMUANYA!
DAUS BUKA PART INI DENGAN PENUH SUKA CITA ❤❤❤MAKASIH BANYAK BUAT YANG DUKUNG DAUS KEMARIN, BERARTI BANGET BUAT DAUS
HAPPY READING!
***
"Cinta itu buta. Maka jadikanlah cinta itu bisa merasakan tanpa melihat,"
***
BEL rumah berbunyi menggema di seluruh rumah. Jessie yang sedari tadi rebahan di kamar langsung turun ke bawah untuk mengecek tamu yang datang.
Jessie membukakan pintu menampilkan Dinda yang membawa dua kantong besar di tangannya.
"Hai Jes! Nih gue bawain jajanan," ujar Dinda dengan nada ramahnya.
Jessie terkekeh pelan, "Makasih ya, masuk dulu yuk,"
Dinda meletakkan dua kantung besar itu di atas meja. Ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
"Ya ampun, dah lama banget deh kayaknya gue gak kesini. Rindu banget bau kopinya," ucap Dinda.
"Yaelah, begituan doang kok," jawab Jessie, "Gue bikinin minum ya,"
Jessie bergerak menuju dapur yang tak jauh dari ruang tamu. Jadi, ia masih bis berkomunisasi dengan Dinda.
"Oh iya!" Dinda menepuk keningnya, "Kak Wisnu katanya koma ya? Gue bingung deh kenapa semua orang koma mulu. Kemarin Kak David, terus abang lo, sekarang Kak Wisnu," ujarnya.
Jessie berhenti sejenak kegiatannya. Dadanya terasa sesak saat kembali mengingat Wisnu yang masih dalam kondisi antara hidup dan mati. Tuhan bisa saja mencabut nyawa Wisnu dengan mudah.
Jessie menghela napas, "Dia masih koma," jawabnya.
Jessie membawa nampan dengan dua cangkir teh serta beberapa stok camilannya. Lalu meletakkannya di atas meja.
"Din," panggil Jessie pelan.
Yang dipanggil menoleh sambil berdeham. Sedari tadi ia terus menyantap camilan dengan rakusnya.
"Lo yakin bisa benerin semuanya?" Tanya Jessie dengan nada sendu. Entahlah, perasaan gelisah terus-menerus mengancamnya.
"Maksud lo?" Tanya Dinda kebingungan.
"Gue gak tau. Gue terus ngerasa kalo lo berpihak sama gue, Dinda dan Kak Nasya pasti bakalan bully lo habis-habisan. Gue gak pengen merugikan orang lain, Din," Jessie menunduk sendu. Air mukanya tampak sangat gelisah, begitu pula isi lubuk hatinya.
"Yaelah, lo jangan jadi sadgirl deh. Tenang aja, kalau gue digituin juga gak bakalan ninggalin lo," decak Dinda sambil mengibaskan rambutnya, lalu kembali menyantap kentang gorengnya.
Jessie menarik napas dan mendongakkan kepalanya menatap langit-langit atap rumahnya yang berwarna abu-abu. Sesekali, bayangan buruk terus-menerus merana di pikirannya. Entahlah, bisa jadi ucapan Dinda ada benarnya. Ia tak seharusnya terlalu gelisah seperti sekarang.
***
"Assalamualaikum, cogan pulang nih!" Ucap Agam sambil membuka pintu. Jessie yang sedari tadi asyik menyantap camilan seraya menonton televisi langsung berlari secepat kilat untuk menyambut kakak satu-satunya itu.
"Yeaaay!! Abang udah pulang!" Jessie langsung melompat ke gendongan Agam. Karena terkejut, Agam langsung membanting Jessie sehingga tubuhnya bertabrakan keras dengan lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Memories [END]
Fiksi RemajaEND (TAMAT) PART MASIH LENGKAP ~~~ Jessie Adeline Farasya. Agak tomboi, tapi bisa feminim berhubung langsung dengan keadaan moodnya. Gadis biasa yang harus menerima sebuah konflik percintaan yang rumit dalam hidupnya setelah terlibat sebuah kecelak...