Roommate (VIII)

758 88 5
                                    

"Jadi sebenarnya...."

Doyoung menggantungkan ucapannya. Melirik sebentar kearah Ten yang sedang memandanginya intens.

"Bunda kelamaan! Jadi sebenarnya, aku dan Doyoung berencana ingin menjodohkan Mark dengan Jaemin. Bagaimana menurut kalian?" ujar Jaehyun tenang.

"Menjodohkan Mark dan Jaemin? Tapi, bukankah mereka berdua baru saja saling mengenal?" Johnny bertanya dengan wajah herannya.

"Johnny hyung tidak suka dengan Mark ya?" keluh Doyoung dengan wajah lesu.

Mendengar penuturan Doyoung, Jaehyun lantas menggeleng. Sementara Ten dan Johnny kelabakan. Merasa bersalah pada ibu dua anak itu.

Ten pun berinisiatif menghampiri dan memeluk Doyoung yang tengah mendalami perannya. "Bukan begitu, Doyoung-ah. Maafkan Johnny hyung ya."

"Jadi, kalian akan mengijinkan aku untuk menjodohkan Mark dan Jaemin kan?" Doyoung berujar dengan wajah yang benar-benar memelas.

"Bunda, jangan memaksa begitu." Jaehyun ikut bersuara. Bermaksud menghentikan istrinya yang sedang drama itu.

"Ayah diam saja ih! Tidak membantu sama sekali! Bunda kan ingin memiliki menantu yang imut seperti Nana! Lagipula Bunda rasa juga mereka berdua saling menyukai."

Sementara itu, di dapur kedua namja kesayangan kita masih saja menempel satu sama lain. Oh, tidak! Sebenarnya Mark lah yang menempel pada Jaemin.

Jaemin bukannya merasa risih, ia hanya merasa malu dengan sikap Mark. Bagaimana tidak? Saat ini Mark masih saja melingkarkan lengannya di pinggang Jaemin. Tak lupa dengan kepala yang sudah bersandar begitu nyaman di pundak yang lebih muda.

"Kak Mark~"

"Hm? Kenapa, Na?"

Balasan dari Mark benar-benar tak membantu. Jaemin malah semakin tak bisa mengendalikan debaran jantungnya yang sudah akan meledak. Mark memang jago sekali menggoda Jaemin.

"Nana tidak akan cepat selesai kalau Kak Mark seperti ini terus," rengek Jaemin yang justru mengundang kekehan dari Mark.

"Tidak apa-apa, Na. Aku masih ingin seperti ini dengan Nana."

"Kakak ih!"

Mark kembali dibuat tertawa dengan sikap Jaemin yang menurutnya begitu menggemaskan.

Bukannya melepas pelukannya pada Jaemin, Mark malah semakin mempererat pelukannya pada Jaemin. Membuat Jaemin terlonjak kaget.

Benar-benar kelakuan pemuda maniak semangka itu. Selalu sukses membuat Jaemin terdiam kaku.

Mark yang merasa sedikit kasihan dengan Jaemin yang wajahnya sudah memerah pun perlahan melonggarkan pelukannya. Diikuti cubitan pelan di pipi si manis.

"Arraseo. Jadi, Nana ku yang manis ini sedang membuat minuman untuk siapa?"

"Untuk Ayah, Bunda, Mamih, dan Papih," jawab Jaemin singkat.

"Orang tuamu ada disini?"

Jaemin tak lagi membalas, hanya memberikan anggukan samar sebagai jawaban.

"Wah! Kenapa tidak bilang daritadi sih Nana?"

"Ya kan kakak tidak tanya," balas Jaemin tanpa dosa. "Memangnya kenapa?"

"Aniya. Aku hanya senang akhirnya bisa bertemu dengan calon mertua."

Jaemin seakan tersedak ludahnya sendiri saat mendengar perkataan Mark yang begitu frontal. "Ca-calon mertua?"

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang