Our Destiny (VII)

481 68 16
                                    

Previous Chapter...

"Tunggu dulu! Kenapa sepertinya wajahmu tidak asing sekali ya?" ujar eomma Mark dengan tatapan yang begitu intens pada Jaemin.

"Dia Na Jaemin, eomma."

"A-apa katamu? Dia-"

.

.

.

"Jadi kau ini, Nana?" tanya eomma Mark mencoba mengulang penjelasan Mark.

Jaemin mengangguk pelan sebagai jawaban dengan raut wajah yang tentu saja bingung.

Eomma Mark sontak beridiri dari tempatnya dan berjalan menghampiri Jaemin dengan air mata yang sudah bercucuran. Membuat seisi rumah heran dan hanya mengernyit akan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh eomma Mark.

"Maafkan ahjumma." Hanya kalimat itulah yang diucapkan oleh eomma Mark masih dengan mata yang begitu sembab dihadapan Jaemin yang benar-benr tidak mengerti.

"Boleh ahjumma memelukmu?"

Dengan senyum yang begitu tulus, Jaemin kembali mengangguk dan membiarkan yeoja dihadapannya itu memeluknya.

Sementara Mark dan eomma dari Jaemin hanya bisa terdiam menunggu apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh yeoja yang telah membesarkan Mark itu.

Setelah melepas pelukannya pada Jaemin, eomma Mark kembali merapalkan ucapan maaf yang mana membuat Jaemin tidak tega dan hanya membalasnya dengan ucapan 'tidak apa-apa'.

Mark seakan mengerti dengan sikap sang eomma. Mark hanya bisa menunduk dengan kepalan tangan yang begitu kuat. Tak tahan melihat apa yang baru saja terjadi.

"Sudahlah, eomma. Jangan seperti ini. Maafkan eomma ku, Jaemin," ujar Mark dengan tatapan menyesal.

Dengan lirih, eomma Mark kembali berujar, "maafkan ahjumma atas kesalahan yang pernah ahjumma lakukan padamu, Jaemin. Ahjumma benar-benar menyesal."

Sementara Jaemin sendiri hanya bisa tertunduk lemas, tak tahu harus membalas apa. Ia sungguh tak menyangka bisa serumit ini. Kedatangan Mark dan juga eomma-nya sungguh membuat luka yang selama 6 tahun ini sudah ia kubur dalam-dalam kembali terbuka lebar. Bahkan terasa semakin menyakitkan.

"Lebih baik sekarang kalian pulang dan jangan lagi muncul dihadapan Nana. Dia sudah memiliki kehidupan yang baru. Saya tidak ingin Nana kembali mengingat-ingat kejadian di masa lalu yang sudah berhasil membuat anak saya tertekan. Saya mohon, jangan ganggu hidup Nana lagi," pinta eomma Jaemin dengan wajah yang begitu memelas. Pertanda bahwa ia benar-benar sudah tidak ingin kehidupan Jaemin kembali diusik oleh orang-orang yang saat ini tengah berada dihadapannya.

"Maafkan saya sudah mengganggu waktu Anda. Saya akan kembali dan berjanji tidak akan lagi muncul dihadapan putra Anda. Saya benar-benar minta maaf," balas Mark yang langsung mengambil Jisung dari pangkuan Jaemin. Membuat si kecil menangis.

"HUWEEEEE EOMMAAAAA."

"Ichung-ah, kita harus pulang. Kita tidak bisa mengganggu Jaemin hyung lagi."

"TIDAK MAU! ICHUNG INGIN DENGAN EOMMA!" teriak Jisung masih dengan tangisan yang begitu membahana di seluruh ruangan. Membuat Jaemin tidak tega. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan. Namja manis itu masih tidak memiliki keberanian jika ia harus terus berhubungan dengan Mark. Luka itu masih terasa begitu menyakitkan baginya.

Mark berpamitan seraya membungkuk dalam pada eomma Jaemin dengan Jisung yang terus meronta dalam pelukannya. Si kecil itu terus saja memandangi Jaemin dengan mata sayu yang penuh akan air mata.

Sepeninggal Mark, Jisung, dan juga sang eomma, keadaan menjadi begitu hening dengan Jaemin yang mulai menahan tangis. Jaemin tak sanggup lagi.

"Kau masih begitu mencintainya?" tanya Nyonya Na tiba-tiba. Sontak saja Jaemin mengangkat kepalanya pelan, menghadap eomma tercintanya itu.

"A-aku tidak."

"Kau bisa saja berbohong pada seluruh dunia. Tapi eomma sangat memahamimu, sayang. Eomma bisa melihat jika masih ada binar cinta yang begitu besar dari matamu saat memandang Mark."

"Aku tidak mencintai Mark hyung, eomma."

"Tapi hatimu berkata sebaliknya. Jangan menyiksa dirimu seperti ini, sayang," ujar eomma Jaemin dengan tepukan pelan di bahu Jaemin.

Jaemin hanya bisa membalas perkataan sang eomma dengan tangisan yang semakin tak tertahan. Jaemin sungguh tidak mengerti dengan jalan hidupnya. Kenapa disaat ia sudah benar-benar melupakan semuanya, Mark justru kembali dengan begitu mudahnya. Terlebih lagi dengan kehadiran sosok malaikat kecil yang sudah mampu merebut atensinya. Jisung.

"Selesaikan masalah kalian. Bicarakan baik-baik. Eomma yakin masih ada begitu banyak hal yang ingin kalian bicarakan. Eomma tidak akan melarangmu jika kau masih ingin kembali pada Mark. Eomma tahu jika satu-satunya yang mampu membuatmu bahagia hanyalah Mark."

"Eomma tidak membenci Mark hyung?"

"Tentu saja eomma sangat membenci Mark. Eomma ingin sekali memenggal kepalanya karena sudah dengan teganya menyakiti anak eomma yang manis ini."

"Eomma~"

"Lihat? Kau bahkan merengek hanya karena eomma ingin memenggal kepalanya," goda eomma Jaemin membuat si manis mendelik tajam.

"Sekarang dengarkan eomma. Segera hubungi Mark dan selesaikan semuanya. Jangan menunda-nunda lagi," lanjut eomma Jaemin sembari mengelus surai hitam sang anak.

Jaemin menunduk dalam mendengar ucapan sang eomma. Pasalnya ia tidak tahu bagaimana harus menghubungi Mark. Jaemin kan tidak memiliki nomor ponsel Mark.

Wajah Jaemin seketika murung. Mungkin memang tidak akan ada lagi harapan baginya untuk bisa kembali dengan Mark.


TBC/END

Holaaaa akhirnya bisa kita up lagi ya ff ini :v

Jadi, mau dilanjut apa end aja nih?

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang