My First and Last (IV)

508 56 5
                                        

Mark dan Jaemin tiba di sebuah rumah makan yang letaknya tak jauh dari mall.

"Ayo turun," ujar Mark sembari mempersilakan Jaemin untuk berjalan mendahuluinya.

Jaemin yang mengerti lantas berjalan lebih dulu.

Ditatapnya rumah makan yang begitu terlihat 'mewah'. Jaemin sebenarnya tidak yakin untuk memasuki rumah makan itu. Pasalnya sudah jelas jika makanan di tempat itu pasti harganya mahal.

Namun, bagaimana lagi. Ia tidak akan mungkin meminta Mark untuk memilih tempat lain.

"Bagaimana jika kita duduk di sebelah sana saja, hyung?" tanya Jaemin dengan jemari yang menunjuk ke arah tempat duduk yang tepat di pojok restoran. Menghadap langsung ke arah jalan raya.

Mark hanya mengangguk sebagai jawaban. Menyetujui usulan Jaemin.

Setelahnya, Mark memanggil waiters dan segera memesan makanan.

Jaemin yang bisa dibilang belum pernah sekalipun makan di tempat semewah itu pun hanya bisa membulatkan matanya tajam saat melihat list harga dari makanan yang ada.

Pada akhirnya, Jaemin hanya memesan salad. Mengingat hanya makanan itulah yang harganya lumayan masih bisa ia jangkau.

"Kau yakin hanya memesan salad? Bukankah kau bilang kau lapar?" tanya Mark yang heran dengan pesanan Jaemin.

"Tidak apa, hyung. Aku sedang diet." Bagus sekali Na Jaemin. Alasan yang sungguh tak logis.

Mark sontak memberikan tatapan menyelidik pada Jaemin. "Diet? Tubuhmu sudah sekecil itu dan kau masih berniat diet?"

Jaemin memberikan senyum tipis sebagai balasan. Tidak tau lagi harus memberikan alasan apa pada Mark.

Usai memesan makanan, keduanya kembali terdiam.

Suasana benar-benar canggung.

Baik Mark maupun Jaemin memang bukanlah termasuk seseorang yang banyak bicara.

"Ngomong-ngomong kau ini seonsaengnim Jisung di sekolah kan?" tanya Mark mencoba untuk mencairkan suasana.

"Ne, hyung."

"Kalau boleh tahu, memangnya kenapa kau memilih untuk bekerja sebagai seonsaengnim? Kupikir, itu bukanlah hal yang mudah."

Jaemin lantas tersenyum, "entahlah, hyung. Aku hanya suka saat berada disekeliling anak-anak. Itulah alasanku memilih untuk menjadi seorang seonsaengnim. Hyung sendiri saat ini bekerja dimana?"

"Aku bekerja di perusahaan appa," balas Mark menatap Jaemin intens.

.

.

.

Hari ini, seperti biasa Jaemin sudah bersiap untuk pergi ke sekolah.

Wajahnya begitu riang kala membayangkan pertemuan dengan para haksaeng.

Disaat Jaemin masih merapikan pakaiannya, tiba-tiba saja terdengar suara mobil berhenti di halaman rumahnya.

"Sayang, di bawah ada temanmu," ujar Nyonya Na menghentikan aktivitas Jaemin yang sedang bersiap.

"Temanku siapa, eomma?" tanya Jaemin dengan raut wajah bingung.

"Entahlah, eomma juga baru melihatnya. Tapi, temanmu itu sangat tampan btw," goda Nyonya Na membuat Jaemin sontak memberikan tatapan datar.

Tanpa banyak bicara, Jaemin segera menuju ke bawah untuk melihat siapa sebenarnya 'teman' yang dimaksud oleh eommanya.

Saat sudah sampai di ruang tamu, alangkah terkejutnya Jaemin saat tahu siapa yang sedang menunggunya.

Mark. Namja yang merupakan sepupu dari Koeun.

"Mark hyung?"

"Hai, Na," sapa Mark dengan lembut.

"Sedang apa hyung disini?"

"A-ah, aku tadi sedang kebetulan saja lewat sini. Jadi sekalian, aku mau mengajakmu untuk berangkat bersama," terang Mark masih dengan senyum yang begitu hangat.

Jaemin mengangguk sebagai jawaban.

Keduanya pun segera berpamitan pada eomma dan appa Jaemin yang sedang menyantap sarapan.

Sepanjang perjalanan, Mark dan Jaemin sudah tak lagi merasa canggung. Keduanya sama-sama menceritakan aktivitas yang sedang mereka geluti.

Mark yang sibuk akan tumpukan dokumen dan rapat yang seakan tak ada habisnya. Sedangkan Jaemin, sibuk dengan rekapan nilai untuk para siswanya. Mengingat minggu ini memang sudah mendekati pekan untuk penerimaan hasil belajar.

Tak lama, keduanya sudah sampai di depan gerbang sekolah tempat Jaemin bekerja.

"Terimakasih banyak sudah mengantarku, hyung." Jaemin berujar dengan senyum yang begitu manis. Membuat Mark juga turut tersenyum.

"Tidak masalah, Na."

Jaemin sudah akan beranjak. Namun, tangan Mark lebih dulu mencekalnya.

"Ada apa, hyung?"

"Nanti selesai jam berapa? Siapa tahu aku bisa menjemputmu," ujar Mark menawarkan diri.

Jaemin sontak menggeleng ribut, "eh?! Tidak perlu, hyung. Aku bisa pulang sendiri kok. Lagipula aku tidak enak jika harus merepotkan hyung terus."

Mark terkekeh ringan dengan balasan Jaemin. "Kau tidak pernah merepotkanku sama sekali, Na. Kan aku juga sekalian menjemput Jisung."

"Tapi tetap saja, hyung. Rumah kita kan tidak searah," sesal Jaemin. Ia sungguh merasa tidak enak pada Mark.

"Sudahlah, nanti aku akan menjemputmu. Kabari aku saja kau nanti selesai jam berapa," final Mark.

Jaemin mendesah pasrah, "baiklah, hyung."

Jaemin lantas melangkahkan kakinya untuk memasuki area sekolah. Tak lupa memberikan lambaian tangan terlebih dahulu pada sosok Mark yang kini tengah menjauh bersama mobil hitamnya.

"Jisung-ah!" sapa Jaemin pada Jisung yang tengah berjalan di koridor sekolah bersama Chenle.

"Jaemin seonsae? Ada apa?"


Tbc dulu deh :v

Kira-kira apa ya yang mau dibicarain Jaemin ke Jisung???

Btw, jangan lupa follow akun kita ya botolcouple

Last, voment jusseyo 😘😘😘

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang