“Aku akan tetap menunggu hyung disini," batin Jaemin dengan sebuah boneka mungil yang ia peluk begitu erat.
Boneka bermata sipit dengan senyum yang begitu lebar. Itulah boneka pemberian sang namjachingu beberapa waktu yang lalu. Benda yang begitu berharga bagi Jaemin.
Entahlah, sudah berapa kali ia terus mengulang kalimat itu setiap harinya. Terhitung sudah hampir 8 bulan ini, ia selalu mengucapkan kalimat yang sama.
Sebuah kalimat yang mampu membuatnya tetap bersikukuh untuk mempertahankan hubungannya dengan sang namjachingu yang terpaut jauh di Negeri Paman Sam.
Namja manis penyuka segala jenis kopi ini memang telah menjalin hubungan dengan namjachingu-nya yang tak lain adalah sahabatnya sejak kecil.
Seorang namja keturunan Kanada-Korea dengan paras yang sangat tampan. Dialah Lee Minhyung atau yang lebih dikenal dengan Mark, namja yang telah mampu menumbuhkan benih-benih cinta dalam hati Jaemin.
Jaemin menatap langit-langit kamarnya sejenak hingga tanpa sadar ia kembali mengingat saat-saat dimana ia masih dapat menghabiskan waktunya bersama Mark.
Mulai dari kebiasaan Mark yang kerap kali menjemputnya untuk bergegas menuju sekolah bersama, hingga saat keduanya berkencan di sepanjang Sungai Han.
***
Siang ini Jaemin terlihat tengah bersiap untuk bertemu dengan Renjun. Seorang sahabat yang juga sepupu tersayangnya.
Selama ini Renjun memang telah menjadi seseorang yang seringkali berperan sebagai tempat bagi Jaemin untuk mencurahkan segala keluh kesahnya. Begitupun sebaliknya.
"Hai, Nana!" sapa Renjun seraya melambaikan tangannya pada Jaemin.
"Hai juga, Injun-ah!" balas Jaemin dengan nada yang terdengar sangat manis.
"Haha, bagaimana kabarmu? Apa semalam kau menangis lagi?" tanya Renjun.
"Ya, seperti biasa. Kau juga pasti sudah hafal dengan kebiasaanku selama delapan bulan ini," ujar Jaemin pelan.
"Apa kekasihmu yang kelebihan kalsium itu masih belum juga memberikan kabar padamu?" Renjun kembali bertanya dengan pandangan yang begitu hangat.
“Kau ini! Mark hyung tidak kelebihan kalsium! Dan, ya. Dia belum memberikan kabar apapun padaku," jawab Jaemin lesu.
"Mian, aku hanya bercanda. Faktanya kekasihmu itu kan memang memiliki tubuh yang tingginya benar-benar diatas rata-rata."
"Tapi tetap saja, jangan menyebutnya seperti itu. Aku tidak suka," ungkap Jaemin dengan wajah serius.
"Oke, aku tidak akan menyebutnya seperti itu lagi."
“Baguslah." Kini wajah Jaemin tampak sedikit lebih cerah dari sebelumnya.
“By the way, apa kau sungguh masih ingin tetap menunggunya setelah delapan bulan ini dia tak pernah sekalipun menghubungimu?”
"Entahlah, jujur saja sebenarnya aku mulai khawatir. Aku takut jika ternyata alasan dibalik perubahan sikap Mark hyung beberapa bulan ini karena dia telah memiliki namja atau yeoja lain didalam hatinya." Jaemin kembali menatap Renjun dengan tatapan yang sayu.
“Jangan berpikiran negatif seperti itu. Sebenarnya inilah yang ku takutkan sejak awal, Na. Kau sendiri juga tahu bukan? Hubungan jarak jauh yang kau jalani saat ini memang tidak akan mudah, dan yang kutahu tidak banyak dari mereka yang menjalani long distance relationship seperti ini dapat bertahan sampai akhir. Begitupun denganmu, aku tahu kalau lambat laun akan ada perubahan dalam hubunganmu dengan Mark hyung ini. Salah satunya dengan perubahan yang Mark hyung tunjukkan selama delapan bulan ini. Apa kau masih tidak menyadarinya?"
Renjun hanya bisa memandang sahabat sekaligus sepupunya ini dengan perasaan iba yang membuncah. Ia paham benar bahwa saat ini Jaemin pasti sedang mengkhawatirkan hubungannya dengan Mark.
Mendengar serangkaian kalimat yang baru saja diucapkan oleh Renjun membuat Jaemin tertunduk lesu. Renjun benar, sejak awal ia memang sudah tidak yakin bahwa ia akan mampu menjalani hubungan jarak jauh dengan Mark.
Pasalnya selama ini ia memang sudah terbiasa menghabiskan hari-harinya bersama dengan Mark. Ditambah dengan intensitas kedekatan mereka yang memang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Sungguh, sejujurnya ia tak pernah merelakan Mark untuk jauh darinya. Namun disisi lain ia juga tak mau menjadi seseorang yang egois dan menjadi penghalang bagi Mark untuk meraih mimpi besarnya.
Perlahan air mata yang sedari tadi telah menumpuk dibalik kelopak mata Jaemin kini mulai lolos begitu saja membasahi pipinya. Ia sudah tidak mampu lagi menahan kepiluannya selama delapan bulan ini.
"Menangislah jika itu mampu membuatmu merasa lebih tenang," kata Renjun pelan sembari memeluk erat Jaemin.
“Apa yang harus ku lakukan? Aku sungguh tidak kuat lagi," gumam Jaemin dibalik pelukan sang sahabat dengan bahu yang kini tampak bergetar hebat.
"Tenangkanlah dirimu terlebih dahulu, baru setelah itu kau dapat memikirkan apa yang seharusnya kau lakukan. Jangan pernah membuat keputusan disaat kau sedang emosi seperti saat ini karena kau pasti akan menyesalinya di kemudian hari. Jika kau ingin mengakhiri penantianmu ini, coba ingatlah kembali momen-momen disaat kau masih mampu bercengkrama secara langsung dengan Mark hyung. Aku juga yakin jika kau masih begitu mencintainya. Jadi, pikirkanlah dengan baik-baik apa yang akan menjadi keputusanmu nantinya," saran Renjun berusaha menguatkan Jaemin.
Tak berapa lama kemudian, Jaemin telah mampu mengendalikan emosinya. Dihapusnya lelehan air mata yang tengah membasahi baby face-nya sambil sesekali mengembuskan napas secara perlahan.
Sementara itu, Renjun tampak memandangi sahabatnya itu dengan sendu. Ia benar-benar merasa dadanya sesak saat melihat Jaemin terus saja mengeluarkan air mata.
Mungkin itulah yang membuat keduanya bersahabat hingga saat ini. Karena disaat yang satu sedang sedih, maka yang lain pun akan merasakan kesedihan pula.
"Sebaiknya kau segera beristirahat. Ayo kuantar ke apartemenmu." Renjun berujar dengan lembut sambil berjalan beriringan dengan Jaemin yang masih sesenggukan.
"Tidak usah, aku sendiri saja. Bukankah kau sudah ada janji dengan calon tunanganmu?" tanya Jaemin dengan suara yang terdengar begitu parau.
"Tak apa, aku bisa membatalkan janjiku dengannya. Saat ini kaulah yang lebih membutuhkanku. Biarkan saja manusia nojam itu menungguku. Lagipula kita hanya akan membicarakan hal-hal membosankan tentang persiapan pertunangan kita saja," terang Renjun dengan senyum tipisnya.
"Pergilah, aku sungguh tak apa. Persiapan pertunanganmu jauh lebih penting. Apa kau mau calon tunanganmu itu kembali mendiamkanmu seperti beberapa minggu yang lalu?"
"Ah, aku hampir lupa kalau calon tunanganku itu manusia langka yang suka sekali ngambek seperti yeoja," gerutu Renjun dengan wajah yang terlihat masam.
"Kau ini! Sudah, pergilah temui Jeno. Aku pulang sendiri saja."
"Apa kau yakin?" tanya Renjun dengan nada kekahawatiran yang begitu kentara.
"Iya. Aku baik-baik saja."
Setelah memastikan bahwa Jaemin akan baik-baik saja tanpanya, Renjun pun bergegas meninggalkan sahabatnya itu untuk bertemu dengan calon tunangannya. Lee Jeno.
Ya, beberapa minggu lagi Renjun akan melangsungkan pertunangan dengan kekasihnya.
Tbc dulu ya manteman ehe 😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
De TodoJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08