Falling For You, My Bestfriend! (II)

1.6K 159 5
                                        

"Tidak mau. Wleeeee," seru Mark sambil berlari menjauhi Jaemin. Tunggu, sekarang siapa yang sebenarnya seperti anak kecil.

"Dasar Mark hyung bodoh!" Jaemin segera ikut berlari mengejar Mark yang sudah jauh di depan.

***
"Daebak! Kau benar-benar terlihat lebih cantik jika tanpa kacamata seperti ini." Mark berseru dengan nada ceria yang begitu kentara. Dihiasi dengan senyuman yang membuatnya tampak semakin tampan.

"Terserah! Aku sungguh tidak mengerti dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa aku berteman dengan orang seperti hyung? Sudah dingin, suka memaksa, memyebalkan pula!" seru Jaemin penuh penekanan.

"Tapi kau tetap menyayangiku kan?" tanya Mark dengan wajah sok polosnya. Lagi.

"Hm, tidak juga. Kata siapa aku menyayangi hyung?"

"Na Jaemin! Awas kau, dasar kutu buku!" ejek Mark seraya mengejar Jaemin yang sudah berlari menjauhinya.

"Daripada hyung! Maniak semangka," balas Jaemin dengan ejekan yang tentu saja membuat Mark geram.

Pada akhirnya Mark dan Jaemin pun saling berkejaran dengan tidak elitnya. Bahkan mereka sudah tidak mempedulikan lagi tatapan dari para pejalan kaki yang berada di sekitar mereka. Begitulah persahabatan mereka. Terkadang begitu aneh dan mengagumkan disaat yang bersamaan.

***

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Mark kembali menjemput Jaemin di rumahnya untuk berangkat menuju sekolah bersama. Mereka berdua memang selalu seperti ini. Semenjak duduk di bangku SD, mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi.

Mereka sudah bersahabat sejak keduanya menjadi tetangga. Selain itu, kedua orang tua mereka juga merupakan sahabat lama. Itulah yang membuat keduanya begitu dekat hingga saat ini mereka duduk di bangku SMA.

"Selamat pagi, ahjumma," sapa Mark dengan senyum khasnya pada nyonya Na yang terlihat sedang sibuk menyiram tanaman kesayangannya.

"Selamat pagi juga, Mark. Kau masuk ke dalam saja, mungkin Jaemin masih berada di kamarnya," kata eomma Jaemin dengan begitu ramah.

"Ne, ahjumma."

Tanpa berlama-lama lagi, Mark pun segera beranjak menuju kamar Jaemin. Dilihatnya pintu kamar Jaemin yang masih tertutup, pertanda bahwa Jaemin masih belum juga usai bersiap diri.

"Cepatlah, Na! Kita bisa terlambat jika kau terlalu lama berdandan!" seru Mark sambil terkekeh pelan.

"Iya, sebentar lagi! Lagipula kata siapa aku sedang berdandan? Dan lagi, jangan berteriak-teriak seperti itu! Hyung bisa membuat seisi rumah tuli!" balas Jaemin dengan suara yang cukup melengking. Membuat Mark seketika mengulum senyum.

Beberapa menit kemudian, terdengar derit pintu terbuka. Ya, tentu saja itu adalah suara yang berasal dari kamar Jaemin. Dengan senyum yang sudah mengembang di wajahnya, Jaemin menghampiri Mark yang tampak sedang berbincang dengan appa-nya.

Melihat Mark yang tampak sedang asyik tertawa, entah mengapa tiba-tiba saja jantung Jaemin berdebar dengan begitu cepat. Bahkan ia bisa merasakan pipinya memanas hanya dengan menatap sahabatnya itu tersenyum.

"Ada apa denganku? Mengapa tiba-tiba saja aku merasa gugup seperti ini? Ah, sial! Aku tidak mungkin 'kan jatuh cinta pada hyung maniak semangka itu! Tenanglah, Nana. Itu hanya ilusimu saja," batin Jaemin.

Tanpa disadari Jaemin, Mark kini tengah memandanginya dengan tatapan bingung. Pasalnya, saat ini Jaemin tampak seperti orang aneh. Ia tampak berbicara sendiri seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang