Become One (I)

1.1K 92 0
                                    

"Kita ke kantin, yuk!" ajak Jaemin pada sahabatnya, Renjun.

"Oke," jawab Renjun singkat seraya menarik lengan Jaemin pelan.

Setibanya di kantin sekolah, seperti biasa suasana disana sangat ramai dan tentu saja sedikit sesak. Setiap siswa lebih memilih untuk saling berdesakan, dibanding harus antri sesuai dengan urutan kedatangan mereka.

Bahkan tak jarang pula ada siswa yang bersikap curang dan mendorong siswa yang menghalanginya.

"Kalau begini caranya, kapan kita bisa beli makanannya?" gerutu Renjun dengan raut wajah yang sudah ditekuk, pertanda bahwa ia benar-benar kesal.

"Entahlah! Apa kita kembali ke kelas saja, ya?" usul Jaemin pasrah.

"Tapi aku lapar," rengek Renjun sembari memegang perutnya yang sejak tadi sudah keroncongan.

"Sama, aku juga." Jaemin hanya bisa mengangguk sambil terus berusaha untuk menerobos siswa-siswa yang ada di depannya.

Disaat Jaemin sedang memperhatikan siswa-siswa yang berada di depannya, tiba-tiba saja pandangannya berhenti di satu titik yang membuatnya terheran.

Pandangan Jaemin seketika terpaku pada salah seorang siswa yang juga sedang berada di kantin. Tanpa sadar, senyuman sudah terulas manis di wajah namja bersurai madu itu. Mungkin rona merah kini juga sudah menghiasi pipi Jaemin.

"Hei! Kamu kenapa?" tanya Renjun memecah angan Jaemin.

"A-aku cuma, itu-" Jaemin kembali tertunduk dan tak melanjutkan ucapannya.

"Kamu ini, aneh sekali. Sudah ah, kita kembali ke kelas saja, yuk!" kata Renjun dengan wajah yang masih saja ditekuk.

Tanpa pikir panjang lagi, Jaemin pun mengikuti Renjun yang sudah lebih dulu keluar dari kantin. Mengingat tubuh Jaemin yang memang mungil untuk seumurannya itu, tak jarang tubuhnya menjadi mudah sekali dihempaskan oleh siswa-siswa lain yang masih berada di dalam kantin.

Sampai pada akhirnya Jaemin hampir terjatuh.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya seseorang dengan sangat lembut.
Sementara mata Jaemin masih terpejam dan tak menyadari bahwa kini tubuhnya telah ditopang oleh seseorang yang dia sendiri tidak tahu.

"Eh?!" Jantung Jaemin terasa berdegup dengan cepat. Jaemin hanya bisa mengerjapkan matanya, memeriksa apakah penglihatannya masih berfungsi dengan baik.

Pasalnya orang yang tengah berada di hadapannya itu adalah orang yang selama ini diam-diam dia perhatikan.

Orang yang mampu membuat jantung Jaemin berdebar dengan hebat untuk pertama kalinya. Dan orang yang mampu membuat hatinya berbunga-bunga tanpa alasan.

"Hei! Kamu tidak apa-apa?" tanya namja itu sambil masih melingkarkan lengannya di pinggang Jaemin.

"A-aku ti-tidak apa-apa kok. Maaf, Sunbae," ucap Jaemin singkat seraya berlari menuju kelas tanpa menoleh ke arah namja tadi sekalipun.

***
Siang ini Jaemin kembali pergi ke sekolah dengan naik bus, karena jarak dari rumah menuju sekolahnya lumayan jauh.

Selain itu, Jaemin juga belum diperbolehkan untuk membawa sepeda motor sendiri.

Saat berada di dalam bus, Jaemin melihat bahwa tempat duduk sudah penuh.

"Fiuh! Lagi-lagi harus berdiri," gumam Jaemin sangat pelan.

Namun, tak lama kemudian.

"Ya, haksaeng! Duduklah di depan sini!" teriak seorang ahjussi pada Jaemin sambil menunjuk tempat duduk yang berada diseberangnya.

Jaemin pun mengangguk dan mengikuti arahan ahjussi tersebut.

"Lho, kamu?" tanya seseorang yang berada di sebelah Jaemin.

"Eh? Sunbae?" sahut Jaemin begitu kaget.

Pasalnya seseorang yang tengah berada di sebelahnya itu adalah orang yang selama ini diam-diam ia kagumi.

"Kamu naik bus juga?" tanya namja itu lagi dengan sebuah senyum yang sudah mengembang di wajahnya.

"I-iya," jawab Jaemin tiba-tiba menjadi gugup. Sungguh jantung Jaemin benar-benar berdetak dengan cepat.

"Oh ya, perkenalkan namaku Mark. Kamu?" tanya namja keturunan bule itu sembari mengulurkan tangannya pada Jaemin.

"A-aku Jaemin." Jaemin menyambut uluran tangan Mark dan sedetik kemudian, keduanya sama-sama tertawa kecil.

Beberapa menit kemudian, bus sudah berhenti di depan gerbang sekolah. Mark dan Jaemin pun segera turun dari bus dan menuju ke kelas mereka masing-masing.

Setelah berada di dalam kelas, entah mengapa hati Jaemin merasa begitu bahagia dan tersenyum sendiri saat mengingat pertemuannya dengan Mark yang selama ini hanya bisa aku kagumi secara diam-diam.

Hingga pada saat proses pembelajaran berlangsung pun Jaemin masih tetap menampakkan senyum yang tidak biasanya ia tunjukkan saat berada di dalam kelas.

Ah, mungkin Jaemin sudah hampir terlihat seperti orang gila saat ini.

Kembali terlintas di pikiran Jaemin saat pertama kali aku mulai mengagumi sosok Mark yang cukup terkenal di kalangan para yeoja dan uke di sekolahnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Mark memang memiliki wajah yang sangat tampan dan tak lupa dengan senyum yang begitu mematikan.

Lamunan Jaemin seketika berhenti saat ia dengar sebuah suara yang cukup melengking memanggil namanya. Ya, suara itu adalah suara Park Ssaem yang sedang menjelaskan materi di depan kelas.

"Na Jaemin!" seru Park Ssaem dengan suara khasnya.

"I-iya. Ada apa, Ssaem?" sahut Jaemin sedikit gugup.

"Bisakah kamu membantu saya untuk mengambil buku yang sudah saya siapkan di ruang guru?" pinta Park Ssaem seraya menatap Jaemin tajam.

"Ba-baik, Ssaem. Saya permisi." Jaemin segera melangkahkan kakinya menuju ruang guru, setelah sebelumnya Jaemin meminta izin terlebih dahulu pada Park Ssaem.

Jaemin melangkahkan kakinya dengan gontai. Sungguh Jaemin merasa sangat malas harus pergi ke ruang guru sendiri. Pasalnya, jarak dari kelasnya menuju ruang guru cukup jauh.

Karena terlalu asyik menggerutu sendiri, Jaemin sampai tidak melihat bahwa di depannya kini tengah ada seseorang. Seketika itupun Jaemin mengarahkan pandangannya ke arah depan.

Tbc 😂

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang