"Selamat ya, hyung. Kau benar-benar hebat."
"Gomawo, Jen."
"Hey, Makgeolli!!" Lucas berteriak dengan suara lantang yang sungguh membuat teman-temannya, termasuk Mark malu.
"Temanmu itu memalukan sekali, hyung!"
Mark hyung hanya terkekeh pelan mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh adiknya, Jeno. Memang benar sih, sikap Lucas barusan cukup memalukan.
Renjun yang sedari tadi hanya terdiam pun ikut berceletuk, "selamat ya, Mark hyung."
Mark membalas dengan senyuman tulus, "terimakasih, Njun."
"Hoi! Kau ini kan baru saja berhasil launching perusahaanmu sendiri. Kenapa mukamu malah ditekuk seperti itu?" Lucas bertanya sambil menyenggol lengan Mark cukup keras.
"No. Aku baik-baik saja, Luke."
Keempatnya merasa begitu miris dengan Mark. Pemuda bermarga Lee itu tampak benar-benar tak bersemangat bahkan hingga detik ini.
Renjun dan Haechan bahkan sudah hampir saja meneteskan air mata. Namun, sebelum itu, Mark terlebih dahulu berucap dengan senyum tipis, "aku sungguh tak apa. Kalian tidak perlu khawatir denganku."
Tak ingin semakin membuat suasana semakin muram, Jeno pun mengajak ketiga namja lainnya terkecuali Mark untuk berpindah ke dalam ruangan. Membiarkan Mark untuk lebih focus pada rekan kerjanya yang sudah mulai berdatangan.
Hah, andai saja kau ada disini, Na
Mark menghela napas kasar sembari memandangi langit biru yang hari ini tampak sedikit mendung, seakan menggambarkan betapa abu-abunya perasaannya kini.
Meanwhile
"Aku kasian melihat Mark hyung," ujar Haechan memandang kearah Mark yang kini tengah termenung.
"Kau benar, Chan. Meskipun pada awalnya aku begitu kesal dengan Mark hyung, tapi melihatnya seperti ini justru membuatku menyesal." Renjun ikut menimpali dengan jemari yang tampak saling bertaut.
"Sudahlah, mungkin memang ini karma untuk Mark hyung."
Renjun, Haechan, dan Lucas hanya merespon dengan tatapan heran pada Jeno. Bisa-bisanya Jeno bersikap se-biasa itu dengan sikap Mark yang menyedihkan.
"Mwo?!"
"Aniya. Percuma bicara denganmu. Tidak pernah mengerti."
.
.
.
"Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Bunda Na lembut.
"Aku baik-baik saja, Bunda. Memangnya ada apa?"
"Kau merindukan Seoul, kan? Bagaimana jika libur musim panas ini kita kembali ke Seoul?"
Jaemin lantas menggeleng. "Aku ingin disini saja, Bunda."
"Sampai kapan kau akan seperti ini, sayang?"
"Bunda, aku sudah bahagia dengan kehidupanku sekrang. Kenapa Bunda masih saja menganggap jika aku tak bahagia?" tanya Jaemin dengan nada sedikit meninggi.
"Bukan seperti itu. Bunda hanya merasa jika anak Bund aini akan lebih bahagia jika kembali ke Seoul dan bertemu lagi dengan orang-orang yang kau sayangi disana," tutur Bunda Na membuat Jaemin mengembuskan napas pasrah.
"Baiklah, kita kembali ke Seoul."
Ya. Saat ini Jaemin dan kedua orang tuanya memang sedang berada di Jepang. Sudah 3 tahun lebih mereka menetap disana. Jaemin lah yang memaksa untuk pindah ke Jepang dengan alasan ingin lebih dekat dengan sang nenek. Meskipun Bunda dan Ayahnya tahu bukan itu alasan Jaemin yang sebenarnya.
Musim panas tiba
"Huwaaaa!!! Nana-ku!" seru Renjun dan Haechan secara bersamaan. Keduanya bahkan berlarian untuk berebut memeluk Jaemin yang baru saja sampai di bandara.
"Kita sangat merindukanmu, Na. Kenapa sih kau betah sekali di Jepang? Apa laki-laki disana lebih tampan-tampan?" celetuk Haechan yang langsung saja ditimpuk oleh Renjun.
"Hehe, kurasa perkataan Haechan ada benarnya juga."
"Wah! Jangan-jangan disana kau sudah memiliki kekasih ya?" Renjun bertanya dengan semangat. Membuat Jaemin hanya bisa terkikik. Lucu sekali kedua sahabatnya ini.
Jaemin kembali memeluk kedua sahabatnya dengan begitu erat. Mencurahkan kerinduan yang selama ini ia pendam pada kedua sahabat baiknya itu.
Melihat interaksi antara Jaemin dan Renjun serta Haechan membuat Bunda Na mengelus surai pekat ketiganya dengan penuh kasih sayang. "Kalian ini manis sekali sih."
"Ya sudah, kita makan siang dulu saja ya. Bunda dan Ayah sudah rindu sekali masakan Seoul."
Kelimanya pun bergegas menuju mobil jemputan keluarga Na untuk menuju ke salah satu tempat makan yang dulu sering sekali dikunjungi Jaemin dan keluarganya.
Disepanjang perjalanan, Jaemin tak henti-hentinya diminta Renjun dan Haechan untuk bercerita apa saja yang Jaemin lakukan saat berada di Jepang. Jaemin tampak begitu antusias saat berbagi cerita, begitupun dengan Renjun dan Haechan.
Merasa lelah, ketiganya pun berhenti untuk berceloteh dan lebih memilih untuk fokus pada ponsel masing-masing.
"Wow! Mark benar-benar sudah menjadi laki-laki yang hebat ya ternyata. Berita tentang launching perusahaanya bahkan jadi topic utama di seluruh pemberitaan korea. Kalian berdua masih sering bertemu kan dengan Mark?" Bunda Na dengan enteng-nya menyebut nama Mark yang notabenenya masih berusaha Jaemin hilangkan dari ingatannya.
Renjun dan Haechan yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Bunda Na hanya menggaruk leher mereka canggung, "ne, Bunda. Kita masih sering bertemu dengan Mark hyung."
Bunda Na kembali menyahuti jawaban dari Renjun dan Haechan, "benarkah? Bagaimana Mark sekarang? Pasti dia semakin tampan, ya."
"Mark hyung kan memang selalu tampan, Bunda. Hehe," balas Haechan berusaha setenang mungkin.
"Nana? Kau tidak ingin bertemu dengan Mark hyung-mu itu?"
Yuhuuuu kita udah up sequelnya dong hehe
Semoga kalian suka yaaaa


Cakep banget ini Mark sama Jaemin
Nggak ada obat 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Stories [MarkMin]
RandomJust the stories [ficlet] of MarkMin as the most sweetest couple on nct dream 😍 by : bc08
![Drabble Stories [MarkMin]](https://img.wattpad.com/cover/194525304-64-k577988.jpg)