On the Third Rains (I)

1.6K 137 2
                                    

Mark melangkahkan kakinya dengan santai di tengah cuaca dingin yang kala itu sedang menyerang Provinsi Gangwon-do. Mark berjalan menelusuri keindahan suasana malam hari di Pulau Nami menjelang tahun baru dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya.

Dilihatnya lampu-lampu yang berkelip dengan sangat cantik, juga beberapa pasang mata yang tampak sedang sibuk bercengkerama satu sama lain. Inilah mengapa Mark selalu memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Dia merasa lebih bahagia ketika menyambut tahun baru di kota tercintanya ini dibandingkan harus berada di ibukota yang terlalu riuh.

Saat Mark melewati deretan pepohonan yang dihiasi oleh dedaunan yang sudah tertutup oleh putihnya salju, senyumannya semakin terulas dengan lebar. Mark segera menuntun langkahnya untuk menuju tempat yang terletak wilayah Chuncheon-si itu dengan tetap menggenggam sebuah payung transparan disatu sisi tangannya.

Setibanya disana, Mark melihat seorang namja yang sedang duduk di bangku tepat dihadapan pepohonan itu. Tanpa mengenakan payung dan tubuhnya yang sudah terlihat begitu kedinginan.

Ia tampak mengenakan pakaian casual yang dilapisi jaket berwarna peach. Dan ia terlihat sedang menatap lurus ke arah pepohonan yang sejak tadi telah membuat Mark tertarik.

"Permisi, bolehkah aku duduk disini?" tanya Mark dengan hati-hati. Namja itu hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

Mark memposisikan dirinya untuk duduk di sebelah namja yang dia rasa cukup mungil itu.

"Hmm, apa kau tidak kedinginan? Saat ini sedang hujan dan kau justru duduk disini tanpa mengenakan payung," tanya Mark kembali sekedar memecah keheningan. Beberapa detik kemudian namja itu menoleh sejenak ke arah Mark dan kembali menampakkan senyumnya. Sungguh, mengapa ketika melihat raut wajah dan senyuman namja itu, Mark merasa sangat damai dan tenang.

Selama beberapa menit hanya Mark yang berbicara. Sementara namja yang berada disampingnya itu hanya tersenyum sambil sesekali menoleh ke arahnya. Namun hal ini membuat Mark sedikit bingung.

Mengapa namja itu tidak sekalipun membalas ucapannya? Apakah namja itu merasa terganggu akan kehadirannya? Sedetik kemudian, pemikiran itu ditepis kasar oleh Mark. Tidak mungkin bahwa namja tampan sepertinya akan mengganggu namja bersurai madu itu. Ah! Sungguh pemikiran yang konyol.

***

Malam pergantian tahun semakin dekat dan suasana hari ini begitu menyegarkan. Suhu yang cukup dingin sedikit tertutupi oleh kilauan mentari yang hangat. Untuk itu, hari ini Mark berkeinginan untuk berjalan-jalan kembali disekitar Nami Island sembari memotret setiap obyek yang ada disana.

Dengan kemeja polos berwarna biru dan celana jeans berwarna hitam, Mark berjalan dengan wajah cerianya menuju tempat yang akan ia jelajahi. Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 09.00 pagi, namun sudah banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya.

Setelah sampai, tiba-tiba saja hujan kembali turun. Mark pun segera mencari tempat berteduh. Namun pandangan Mark seketika membulat saat menangkap sosok namja yang kemarin sempat ia temui.

Dia merasa terkejut, ternyata namja itu telah duduk di bangku taman dengan wajah manisnya, sama seperti kemarin. Tanpa berpikir panjang lagi, Mark segera menghampiri namja itu.

"Selamat pagi! Wah, tidak ku sangka kita bisa bertemu lagi disini! Tapi apa kau benar-benar tidak kedinginan? Hujannya cukup lebat. Lebih baik kau segera berteduh atau kau akan sakit," ujar Mark lembut.

Sama seperti kemarin, namja itu hanya menoleh sejenak ke arah Mark seraya menyunggingkan senyum khasnya. Sementara Mark hanya bisa tertunduk. Ia sungguh tak mengerti mengapa namja itu tak sekalipun membalas ucapannya. Apakah kehadirannya benar-benar membuat namja itu terganggu?.

"Apakah kehadiranku mengganggumu?" tanya Mark kembali membuka pembicaraan. Dan namja itu masih tidak menjawab pertanyaannya.

Mark justru mengerutkan keningnya saat melihat namja itu menulis sebuah kalimat di secarik kertas yang baru saja ia keluarkan dari dalam tas punggungnya.

"Tidak. Kehadiranmu sama sekali tidak menggangguku." Itulah kalimat yang ditulis oleh namja mungil itu.

"Lalu mengapa kau tidak membalas ucapanku?" tanya Mark dengan raut wajah yang semakin bingung.

"Maafkan aku." Kalimat itu ditulis di secarik kertas lain dengan sangat rapi oleh namja yang masih belum Mark ketahui namanya itu.

"Eh? Mengapa kau justru meminta maaf?" sahut Mark kembali memandang namja itu dengan intens.

"Aku tidak akan pernah bisa membalas ucapanmu." Namja itu kembali menyerahkan secarik kertas pada Mark.

"Apa maksud ucapanmu?" Mark kembali bertanya. Dia sungguh penasaran dengan namja di sampingnya itu.

"Aku seorang tunawicara." Boom! Kalimat terakhir yang berhasil ditulis oleh namja bertubuh mungil dengan tatapan yang tampak begitu sayu itu sukses membuat Mark tertegun.

Melihat kalimat yang baru saja ditulis oleh namja itu benar-benar membuat Mark shock dan tak percaya. Ia merasa bersalah dan sangat menyesal. Sejak kemarin ia selalu bertanya dan tanpa sadar meminta namja di sampingnya itu untuk membalas ucapannya. Kini Mark hanya bisa terdiam lesu sambil merutuki kebodohannya.

"Ah! Kau sungguh bodoh, Mark!" gumam Mark sambil memukuli pucuk kepalanya sendiri.

Tanpa Mark sadari, sebuah tangan yang cukup mungil tengah meraih tangannya agar tak lagi memukuli pucuk kepalanya. Seketika itupun Mark menoleh ke arah namja yang saat ini sedang menunjukkan senyum khasnya.

Sebuah senyum yang mampu membuat jantung Mark berdegup diatas batas normal. Dan Mark hanya bisa memandangi wajah namja itu dengan sebuah senyum yang sudah terlukis di wajah tampannya.

"Aku minta maaf. Aku sungguh tidak tahu jika kau..." Mark menghentikan ucapannya. Ia takut jika ucapannya akan menyakiti namja di sampingnya itu.

"Perkenalkan, namaku Lee Minhyung. Tapi biasa dipanggil Mark. Namamu siapa?" tanya Mark dengan lembut. Kemudian dengan cepat namja berwajah manis itu kembali menulis di sebuah kertas.

"Namaku Na Jaemin."

"Nama yang cantik," batin Mark seraya memamerkan deretan gigi indahnya.

Tbc 😆

Tbc 😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang