"Nana! Kemarilah!" teriak Renjun dan Haechan bersamaan sembari melambaikan tangan pada Jaemin yang baru saja memasuki kelas.
"Wae?" Jaemin membalas dengan tatapan datar.
"Kau tau tidak?!"
"Tidak," seru Jaemin lagi-lagi dengan muka lempeng.
"Kita belum selesai bicara, Nana. Dengarkan kita dulu."
Merasa kesal, Haechan membiarkan Renjun yang mengambil alih untuk berbicara pada Jaemin. "Mark hyung."
Mendengar Renjun menyebut satu nama, Jaemin lantas menatap Renjun dengan intens. Tak lama, karena menit berikutnya Jaemin kembali berkutat dengan ponselnya.
"Na, kau masih dengar kan?"
"Hm."
Haechan ikut menimpali, "Mark hyung benar-benar kembali, Na. Jeno sendiri yang mengatakannya pada Renjun."
Jaemin tak bereaksi apapun. Ia justru menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Membuat Renjun dan Haechan mendecak sebal. Apa-apaan sih dengan reaksi Jaemin.
"Kita tidak salah kan, Njun?"
"Molla. Sudahlah, yang penting kita sudah memberitahu Nana. Terserah dia setelah ini akan bagaimana."
Jaemin hanya bisa menarik napas dalam. Semenjak kedua temannya itu menyebutkan sebuah nama yang selama ini sudah berusaha Jaemin hilangkan dari ingatannya, ia sudah tak bisa lagi fokus akan apapun.
Jujur saja, Jaemin sebenarnya sangat senang mendengar jika Mark sudah kembali. Tapi entahlah ada sebagian dari dirinya yang merasa tidak peduli lagi dengan kakak dari Jeno, pacar dari sahabat mungilnya, Renjun.
*** "Bundaaaaa, Nana pulang!" Jaemin berjalan memasuki rumahnya dengan santai sembari melemparkan tasnya ke sembarang tempat.
"Bundaaaa! Ih, bunda kemana coba?" gerutu Jaemin.
"Ada apa, sayang? Kenapa teriak-teriak seperti itu sih? Kau tidak malu, hah?"
Jaemin sontak mengerutkan keningnya bingung. "Malu? Kenapa harus malu? Bunda amnesia ya? Setiap hari kan aku juga seperti ini. Bunda aneh deh."
"Bukan dengan bunda. Tapi dengan dia," balas Bunda Jaemin sambil menunjuk ke arah seseorang yang sedang duduk di ruang tamu.
Jaemin mengikuti arah tunjuk Bundanya. Sedetik kemudian, Jaemin berlari menuju kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Membuat baik Bunda maupun seseorang itu tadi terdiam.
"Kau susul saja ke kamarnya, Mark. Nana pasti masih shock melihatmu tiba-tiba berada disini."
Ya. Mark Lee. Dialah seseorang yang sejak tadi berada di ruang tamu kediaman Jaemin.
"Kalau begitu, aku permisi ke kamar Nana dulu, Bunda."
Mark lantas melangkahkan kakinya menuju kamar si manis Jaemin Na.
Mark sudah menyadari bahwa pasti akan seperti ini. Jaemin pasti akan menghindarinya. Dia tahu jika Jaemin pasti masih sangat membencinya.
"Na? Aku boleh masuk, ya?" Mark mengetuk pintu kamar Jaemin dengan pelan. Begitupun dengan suara lembut yang meminta ijin pada Jaemin untuk membiarkannya masuk.
Tak ada jawaban apapun selama hampir 10 menit Mark berdiri dibalik pintu. Mark sudah akan memutar knop pintu, sebelum Jaemin lebih dulu membuka pintu kamarnya. Ah, tidak! Sebenarnya Jaemin hanya membuka sedikit. "Pergilah, hyung." Dan pintu kembali tertutup rapat.
"Hah, kau harus sabar Mark."
Setelah mendapat 'usiran' dari Jaemin, Mark pun melangkah dengan lesu menuju dapur. Menghampiri Bunda Na yang tengah menyiapkan makan siang.
"Bunda, aku pamit pulang dulu."
"Oh, Mark! Apa Nana masih tidak mau bertemu denganmu?"
Gelengan kepala menjadi balasan atas pertanyaan Bunda Na.
"Kau harus lebih berusaha jika ingin mendapatkan hati Nana lagi, Mark. Bunda pasti akan selalu membantumu."
Mark hanya bisa tersenyum. Merasa begitu tenang mendapatkan semangat dari Bunda Na yang ternyata masih mempercayainya. "Terimakasih banyak, Bunda."
Bunda Na lantas membalas dengan senyuman hangat, "tidak masalah, Mark."
Tbc~
Halooohalooookitaada drabble barulagi nih tentangMarkmin. Berhubungmarkminjugalagi ada banyak moment huhu
Janganlupavoment ya 😁😁😁
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.