My First and Last (II)

508 63 6
                                        

Semenjak pertemuannya dengan seseorang yang ia ketahui sepupu dari Koeun, entah kenapa Jaemin jadi terus saja memikirkan namja yang ia ketahui bernama Mark itu.

Ya, tepat setelah pertemuannya dengan Koeun, yeoja imut itu jadi terus saja mengirimkan pesan padanya. Bukan untuk hal yang penting sebenarnya, justru Koeun hanya membicarakan tentang sepupunya itu.

Jaemin sendiri hanya menanggapi seadanya. Ia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa. Pasalnya Jaemin memang merupakan tipe orang yang tidak terlalu peduli dengan kehidupan orang lain.

Seperti hari ini, Koeun tiba-tiba saja mengirimkan pesan pada Jaemin dan memintanya untuk bertemu.

Jaemin mengiyakan saja, hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih atas tumpangan yang tempo hari diberikan Koeun padanya.

"Jisung-ah, kenapa masih disini?" tanya Jaemin pada salah satu siswanya.

"Saya masih menunggu kakak saya, Jaemin seonsae," jawab Jisung.

"Kau masih diantar jemput? Tumben sekali, bukankah biasanya kau membawa motor sendiri?" Jaemin lanjut menanyai Jisung yang saat ini sedang duduk disampingnya.

"Hanya sedang ingin saja hehe."

Detik selanjutnya, tak ada lagi yang berbicara. Keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Hingga sebuah suara klakson mobil mengagetkan mereka berdua.

Jaemin yang masih saja menunduk, sibuk dengan ponselnya tidak menyadari jika tengah diperhatikan.

"Hai, Jaemin!" sapa Koeun begitu bersemangat.

"Hai juga, Koeun. Sejak kapan berdiri disitu? Sudah lama?"

Koeun menggeleng sebagai jawaban.

Melihat interaksi antara Jaemin dan Koeun lantas membuat Jisung heran. "Noona kenal dengan Jaemin seonsae?"

"Tentu saja. Ya sudah, kita pulang. Tapi kau ikut aku dulu. Aku sudah ada janji dengan Jaemin," seru Koeun seenaknya.

"Eh? Memangnya kita mau kemana?" tanya Jaemin pada Koeun.

"Temani aku ke toko buku. Bukankah kau juga ingin membeli buku?" balas Koeun.

"Ya, benar juga. Ada buku yang harus kubeli."

Selanjutnya, Koeun segera meminta Jaemin untuk masuk ke dalam mobilnya.

Jaemin yang sudah akan membuka pintu mobil bagian belakang sontak dicegah oleh Koeun.

"Kau duduk di depan saja. Aku mengantuk, ingin tidur di belakang."

"Kenapa tidak Jisung saja yang di depan?"

Koeun kembali membalas, "dia berisik. Bisa-bisa dihabisi oleh Mark nanti."

Dengan berat hati, Jaemin pun menuruti permintaan Koeun untuk duduk di samping Mark.

Sepanjang perjalanan, hanya Jisung dan Koeun yang berceloteh entah tentang apapun itu. Sungguh random.

Sementara Jaemin dan Mark sama-sama tak bersuara sedikitpun. Mark yang memang tengah fokus berkendara dan Jaemin yang sedang menikmati lagu.

Tak lama, keempatnya sudah sampai di sebuah pusat perbelanjaan. Jisung memutuskan untuk tidak ikut masuk. Koeun yang notabenenya pihak yang mengajak Jaemin justru sudah berlari entah kemana.

Kini tinggallah Jaemin dan Mark yang harus diliputi kecanggungan.

Keduanya berjalan dengan langkah yang terasa begitu berat.

"Maaf sebelumnya, tapi aku akan ke toko buku dulu," ujar Jaemin berpamitan pada Mark.

Mark berdehem sebagai balasan dari perkataan Jaemin.

Jaemin melangkah menuju toko buku dengan diikuti Mark dibelakangnya. Mark memang sebenarnya tidak tahu harus kemana. Pasalnya ia memang sebenarnya tidak berniat untuk pergi kemanapun.

Setelah memasuki toko buku, Mark dan Jaemin pada akhirnya berpisah. Mark lebih dulu menghubungi Koeun untuk menanyakan dimana keberadaan sepupunya itu.

YAK! KAU ADA DIMANA?!

Aku tiba-tiba sakit perut, jadi tadi aku buru-buru ke toilet

Dasar menyusahkan saja!

Hehe maafkan aku, tolong jaga Jaemin sebentar ya

Memangnya dia anak kecil, kenapa juga harus kujaga

Jangan seperti itu, Jaemin temanku
Awas saja jika sampai terjadi apa-apa pada Jaemin

Terserah!

Mark mengakhiri panggilannya dengan dengusan kasar. Tidak percaya pada kelakuan Koeun yang benar-benar menyebalkan.

Disaat Mark sibuk menggerutu tidak jelas, ia melihat Jaemin yang tampak sedang kesusahan untuk mengambil sebuah buku yang memang letaknya di rak paling atas.

Tanpa sadar, Mark mengulas senyum tipis memandang teman sepupunya itu. Lucu sekali pikirnya.

"Kalau tidak bisa, mintalah bantuan pada orang lain," ujar Mark seraya membantu Jaemin untuk mengambil buku yang sebelumnya dipegang oleh Jaemin itu.

Jaemin hanya terdiam sembari membelalakkan mata. Terkejut bukan main dengan sikap Mark.

"Te-terima kasih," balas Jaemin dengan suara bergetar.

Mark kembali tersenyum samar. "Tidak masalah."

Tbc

Ada yang masih nungguin ff ini nggak sih? :(((

Ada yang masih nungguin ff ini nggak sih? :(((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rindu ini begitu menyiksa 😭😭😭

Drabble Stories [MarkMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang